BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan
memaksimumkan nilai perusahaan dengan asumsi bahwa pemilik perusahaan atau pemegang saham akan makmur jika kekayaannya meningkat. Nilai perusahaan
dikatakan sebagai penghargaan investor terhadap sebuah perusahaan. Nilai tersebut tercermin pada harga saham perusahaan. Harga saham yang meningkat
menunjukkan bahwa investor memberikan nilai yang tinggi terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya harga saham, pemegang saham akan mendapatkan
keuntungan melalui capital gains dan memberikan pengaruh yang baik terhadap
nilai perusahaan tersebut. Menurut Brigham dan Houston 2009: 137 “beberapa faktor yang
umumnya dipertimbangkan dalam mengambil keputusan mengenai nilai perusahaan yaitu stabilitas penjualan, struktur aktiva,
leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi
pinjaman, perusahaan penilai kredibilitas, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan”. Bagi Chen 2002: 24 “faktor yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan, diantaranya adalah capital structure,
profitability, tax rate, capital expenditure, dan firm size. Namun, pada penelitian
Universitas Sumatera Utara
ini variabel yang akan diteliti hanya menggunakan leverage, growth, dan size
dalam menentukan nilai perusahaan. Salah satu hal yang menentukan nilai perusahaan adalah
leverage. Dalam melakukan investasi, investor akan melihat kemungkinan munculnya risiko yang
timbul dari penggunaaan hutang. Kemampuan perusahaan mengelola hutang merupakan salah satu penarik minat investor. Untuk memperoleh persepsi positif
dari investor yang akhirnya dapat menaikkan harga saham, pihak manajemen akan menggunakan
leverage pada tingkatan yang optimal. Namun, disisi lain hutang yang besar adalah risiko bagi perusahaan. Hutang yang terlalu besar menyebabkan
perusahaan rawan akan kebangkrutan sehingga pasar modal dapat bereaksi negatif yang menyebabkan harga saham menurun. Dengan kata lain,
leverage memiliki dampak baik dan buruk bagi perusahaan, yang dapat menyebabkan perusahaan
menjadi berkembang lebih baik kinerja baik atau dapat menyebabkan kemunduran bagi perusahaan kinerja buruk yang mengakibatkan kebangkrutan.
Kemudian pertumbuhan perusahaan growth merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Machfoedz 1996 dalam Debbianita 2012
Growth menggambarkan seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi
untuk industri yang sama. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan. Perusahaan dengan pertumbuhan yang
tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang berkembang. Jika investasi dilakukan dengan tepat, maka pertumbuhan perusahaan akan
mendatangkan laba di masa depan. Hal ini tentu merupakan informasi yang baik
Universitas Sumatera Utara
bagi investor. Pertumbuhan perusahaan diharapkan berbanding lurus dengan pergerakan nilai perusahaan.
Ukuran perusahaan size merupakan faktor yang penting dalam
menentukan nilai perusahaan. Size perusahaan dilihat dari total aset yang dimiliki
perusahaan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam
mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dirasakan oleh pemilik atas
asetnya. Jumlah aset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika dilihat dari sisi pemilik perusahaan. Tetapi, jika dilihat dari sisi manajemen kemudahan
yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan.
Size yang besar memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan. Perusahaan umumnya memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam masalah
pendanaan melalui pasar modal. Kemudahan ini bisa ditangkap sebagai informasi yang baik.
Size yang besar dan tumbuh bisa merefleksikan tingkat profit mendatang Suharli, 2006.
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan cenderung untuk tidak menambah hutang, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhan rendah
cenderung untuk meningkatkan hutangnya. Kemudian perusahaan dengan total aset yang besar memiliki operasional yang stabil, sehingga jauh dari risiko
kebangkrutan dan kesulitan keuangan financial distress dan dapat memberikan
laba lebih tinggi yang pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan kecil yang memiliki total aset kecil. Berikut ini
Universitas Sumatera Utara
disajikan data perkembangan total hutang dan total aset terbesar pada perusahaan di indeks LQ-45.
Tabel 1.1 Data Total Hutang Perusahaan Terbesar
di Indeks LQ-45 Periode 2009-2012
No. Nama Perusahaan
Total Hutang Jutaan Rupiah 2009
2010 2011
2012
1 PT. Bumi Resources Tbk
54.846.002 58.902.617
56.146.499 67.324.256
2 PT. Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk
47.636.512 43.343.684
42.073.000 44.391.000
3 PT. Astra International
40.006.000 54.168.000
77.683.000 92.460.000
4 PT. Adaro Energy Tbk
24.953.474 21.970.369
29.169.380 35.751.943
5 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
24.886.781 22.423.117
21.975.708 25.181.533
Sumber: www.idx.co.id, 2014 data diolah Pada Tabel 1.1 diketahui bahwa kelima perusahaan yang memiliki total
hutang terbesar di indeks LQ-45 merupakan perusahaan yang bergerak di bidang non-keuangan. Pencapaian total hutang tertinggi dimiliki oleh PT. Astra
International Tbk pada tahun 2012 sebesar Rp. 92.460.000 juta. Kecenderungan perusahaan memiliki total hutang yang begitu besar dikarenakan hutang dijadikan
sumber dana untuk pembiayaan yang digunakan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 Data Total Aset Perusahaan Terbesar
di Indeks LQ-45 Periode 2009-2012
No. Nama Perusahaan
Total Aset Jutaan Rupiah 2009
2010 2011
2012
1 PT. Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk
97.559.606 99.758.447
103.054.000 111.369.000
2 PT. Astra International Tbk
88.938.000 112.857.000
153.521.000 182.274.000
3 PT. Bumi Resources Tbk
69.907.289 78.765.440
66.814.128 71.116.344
4 PT. Adaro Energy Tbk
42.465.408 40.600.921
51.315.458 64.714.116
5 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
40.382.953 47.275.955
53.585.933 59.324.207
Sumber: www.idx.co.id, 2014 data diolah
Pada Tabel 1.2 diketahui bahwa total aset terbesar pada indeks LQ-45 merupakan perusahaan non-keuangan. Pencapaian total aset terbesar dimiliki oleh
PT. Astra International Tbk pada tahun 2012 sebesar Rp. 182.274.000 juta. Bila berdasarkan Tabel 1.1 sebelumnya, perkembangan data total hutang menunjukkan
adanya kenaikan dan penurunan setiap tahunnya pada kelima perusahaan tersebut. Berdasarkan Tabel 1.2, pergerakan ini tidak sejalan dengan adanya kecenderungan
kenaikan total aset dari kelima perusahaan tersebut pada tahun 2009-2012. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan nilai perusahaan sebagai akibat adanya
informasi yang positif bagi investor dikarenakan total aset masih lebih tinggi daripada total hutang.
Indeks LQ-45 merupakan indeks yang terdiri dari 45 saham yang terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham
Universitas Sumatera Utara
dengan likuiditas jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dan kapitalisasi pasar volume transaksi yang tinggi. Saham-saham emiten yang
termasuk di dalam indeks LQ-45 terus dipantau dan setiap enam bulan akan diadakan
review awal Februari dan Agustus. Apabila ada emiten yang sudah tidak memenuhi kriteria akan diganti dengan emiten lain yang memenuhi syarat.
Alasan peneliti memilih indeks LQ-45, karena saham-saham LQ-45 merupakan saham-saham yang paling banyak diminati investor di pasar modal Indonesia,
memiliki tingkat likuiditas tinggi, dan nilai kapitalisasi pasar yang tinggi, serta dijadikan sebagai patokan naik turunnya harga saham di Bursa Efek Indonesia.
Berikut ini data emiten yang memiliki nilai kapitalisasi pasar terbesar di indeks LQ-45 pada periode Februari dan Agustus tahun 2013.
Tabel 1.3 Data Kapitalisasi Pasar Terbesar Indeks
LQ-45 Periode Agustus 2012
No. Tahun 2012
Nama Perusahaan Kapitalisasi Pasar
Rp Harga Penutupan
Saham Rp
1 PT. Astra International Tbk
263.143.095.410.000 6.500
2 PT. Unilever Indonesia Tbk
242.634.000.000.000 31.800
3 PT. Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk
239.903.991.432.000 11.900
4 PT. Perusahaan Gas Negara Persero Tbk
143.024.898.356.400 5.900
5 PT. Semen Indonesia Persero Tbk
90.159.104.000.000 15.200
Sumber: www.idx.co.id, 2014 data diolah
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa bahwa kapitalisasi pasar di indeks LQ-45 terbesar dimiliki oleh PT. Astra International Tbk pada tahun 2012
sebesar Rp.263.143.095.410.000. Perkembangan data pergerakan nilai kapitalisasi pasar tidak sejalan dengan pergerakan harga penutupan saham di akhir tahun,
justru PT. Unilever Indonesia Tbk yang memiliki harga penutupan saham terbesar senilai Rp.31.800. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai kapitalisasi pasar yang
tinggi tidak mempengaruhi harga saham suatu perusahaan di indeks LQ-45. Dilatar belakangi oleh fenomena-fenomena bisnis yang terjadi,
keberagaman nilai total hutang, total aset, kapitalisasi pasar, dan harga saham perusahaan di indeks LQ-45, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
pada perusahaan indeks LQ-45 yang tercantum di Bursa Efek Indonesia dengan
judul “Pengaruh Leverage dan Growth serta Size terhadap Nilai Perusahaan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah