Pasangan Usia Subur PUS .1 Pengertian Pasangan Usia Subur Kerangka Konsep Variabel Independen Hipotesis Penelitian

11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi. 12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

2.2.2 Pemenuhan Hak-hak Reproduksi Wanita

Berdasarkan UU No. 71984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan dokumen Kairo dapat disimpulkan hak reproduksi dan implikasinya pada kesehatan reproduksi selalu menyangkut dua komponen dasar. Komponen pertama, kebebasan dalam menentukan jumlah anak dan waktujarak kelahiran. Arti “kebebasan” ini tidak dapat dilepaskan dari dokumen-dokumen hak asasi manusia lainnya dan bersifat mutlak. Ia harus berdasarkan rasa tanggungjawab, baik terhadap kehidupannya, anaknya maupun masyarakatnya. Tanggung jawab seperti ini hanya akan bisa terwujud kalau perempuan menempati posisi yang kuat, posisi dimana ia dapat bernegosiasi dengan lingkungannya keluarga, suami serta masyarakat dan pemerintah. Komponen berikutnya adalah entitlement yang menyangkut erat masalah memperoleh informasi serta pelayanan keluarga berencana. Entitlement merupakan manifestasi dari rasa tanggung jawab masyarakat dan negara, terhadap kehidupan reproduksi perempuan dan memiliki nilai sosial Adrina dkk, 1998. 2.3 Pasangan Usia Subur PUS 2.3.1 Pengertian Pasangan Usia Subur Pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15-49 tahun, dan secara operasional pula pasangan suami istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan Universitas Sumatera Utara telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tetapi belum menopause BkkbN, 2011. 2.4 Keluarga Berencana 2.4.1 Pengertian Keluarga Berencana Adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas BkkbN, 2011.

2.4.2 Jarak Kehamilan

Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 30 tahun hanya sekitar 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi. Sedangkan kehamilan berlangsung selama 40 minggu, dengan perhitungan bahwa satu bulan berumur 28 hari. Menurut Manuaba 1998 untuk mendorong kesehatan reproduksi yang optimal ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Kehamilan sebaiknya dengan interval lebih dari 2 tahun. 2. Jangan hamil sebelum berumur 20 tahun atau setelah 35 tahun. 3. Jumlah kehamilan, kelahiran 2 sampai 3 orang mempunyai optimalisasi kesehatan.

2.4.3 MenghentikanMengakhiri KehamilanKesuburan

Usia istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah memiliki 2 orang anak. Alasan mengakhiri kesuburan adalah : 1. Karena alasan medis dan alasan lainnya, ibu di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamiltidak punya anak lagi. 2. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap. 16 Universitas Sumatera Utara 3. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai resiko kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

2.4.4 Pemilihan Metode Kontrasepsi

Tidak ada satupun metode yang aman dan efektif bagi semua klien. Oleh karena itu berbagai faktor harus dipertimbangkan, seperti status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan dan kehamilan yang tidak diinginkan, rencana besarnya jumlah keluarga, persetujuan pasangan, norma budaya dan lingkungan Pinem, 2009. 2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Hak-Hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS Memiliki anak merupakan salah satu cara untuk memenuhi kewajiban dalam budaya reproduksi. Menanamkan konsep pada kaum perempuan bahwa mengandung dan melahirkan anak adalah kewajiban, tanpa diimbangi dengan hak dan juga pilihan lainnya. Di banyak negara berkembang, bahkan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi pun bukan merupakan keputusan perempuan, meskipun pada akhirnya yang menggunakan adalah perempuan itu sendiri Mohamad, 1998. Hal ini berkaitan dengan kesehatan seorang wanita yang tergambar dari perilaku hidup sehat yang diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berhubungan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme orang, namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang bersangkutan. 17 Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor yang membedakan tersebut disebut dengan determinan perilaku yang dibedakan menjadi dua, yaitu : faktor internal tingkat kecerdasanpengetahuan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya dan faktor eksternal lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, masyarakat dan sebagainya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan. Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatan mempelajari perilaku adalah sangat penting, karena pendidikan kesehatan berfungsi sebagai media atau sarana untuk merubah perilaku individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat Notoatmodjo, 2003. Lawrence Green 1980 seperti dikutip Notoatmodjo 2003 menyatakan, terdapat 3 faktor yang mendasari perilaku pasien yaitu presdiposing, enabling, dan reinforcing. Faktor predisposing meliputi pengetahuan dan sikap pasien yang merupakan kognitif domain yang mendasari terbentuknya perilaku baru. Hal lain dari faktor ini adalah tradisi, sistem nilai, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor enabling mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan, berupa peraturan prosedur tetap dan kesempatan pemberian informasi. Faktor reinforcing meliputi dukungan keluarga, lingkungan dan perilaku petugas kesehatan. Dalam penelitian ini diambil faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB adalah faktor predisposing yaitu pengetahuan, sikap, tingkat pendapatan, status wanita dalam keluarga, dan faktor Universitas Sumatera Utara reinforcing yaitu dukungan suami, dan dukungan sosial, sedangkan untuk faktor enabling tidak termasuk karena responden adalah pekerja di fasilitas kesehatan Rumah Sakit itu sendiri.

2.5.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang Notoatmodjo, 2003.

2.5.2 Sikap

Menurut Notoatmodjo 2003, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2.5.3 Tingkat Pendapatan

Menurut Depkes RI bekerjasama dengan United Nations Population Fund 2003 faktor diluar kesehatan yang berpengaruh buruk terhadap hak reproduksi salah satunya adalah kemiskinan. Kemiskinan berpengaruh buruk terhadap kemungkinan terpenuhinya derajat kesehatan reproduksi karena menjadi hambatan terhadap akses Universitas Sumatera Utara pelayanan kesehatan, yang pada akhirnya dapat berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian Pinem, 2009.

2.5.4 Status Wanita dalam Keluarga

Pada zaman sekarang status wanita juga masih dianggap rendah, tidak setinggi nilai laki-laki dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat Widyastuti dkk, 2009. Makin rendah kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat, makin rendah kemungkinan terpenuhinya hak reproduksi. Kedudukan tersebut ditentukan oleh banyak hal seperti budaya dan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat mereka tinggal, keadaan sosial ekonomi dan lain-lain Pinem, 2009.

2.5.5 Dukungan Suami

Bentuk peran dan tanggung jawab bersama antara suami dan istri dalam KB dan kesehatan reproduksi akan terwujud karena alasan berikut ini: - Suami-istri merupakan pasangan dalam proses reproduksi - Suami-istri bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam keluarga - Suami-istri sama-sama mempunyai hak-hak reproduksi yang merupakan bagian dari hak azasi manusia yang bersifat universal - KB dan Kesehatan Reproduksi memerlukan peran dan tanggung jawab bersama suami-istri bukan suami atau istri saja - Program KB dan Kesehatan Reproduksi berwawasan gender Kusmiran, 2012. 20 Universitas Sumatera Utara

2.5.6 Dukungan sosial

Menurut Gottlieb 1984 yang dikutip oleh Lubis dan Hasnida 2009 dukungan sosial adalah informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan nyata atau tingkah laku diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.

2.7 Kerangka Konsep Variabel Independen

Variabel Dependen Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS yang Bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2013.

2.8 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanitapasangan usia subur . 2. Ada pengaruh sikap terhadap pemenuhan hak-hak reproduksidalam ber-KB pada wanitapasangan usia subur. 3. Ada pengaruh tingkat pendapatan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur. Pemenuhan Hak-hak Reproduksi Dalam Ber- KB Pada Wanita Pasangan Usia Subur 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Tingkat Pendapatan 4. Status Wanita Dalam Keluarga 5. Dukungan Suami 6. Dukungan Sosial Universitas Sumatera Utara 4. Ada pengaruh status wanita dalam keluarga terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur. 5. Ada pengaruh dukungan suami terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur. 6. Ada pengaruh dukungan sosial terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur. 7. Ada pengaruh sebagian atau semua variabel independen pengetahuan, sikap, tingkat pendapatan, status wanita dalam keluarga, dukungan suami, dan dukungan sosial terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. 3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Materna Medan, terletak di Jln. Teuku Umar no. 9-11 Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli – Februari 2014. 3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah seluruh pegawai wanita pasangan usia subur yang bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan sebanyak 61 orang.

3.3.2 Sampel

Seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 61 orang. 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data yang diperoleh langsung dari responden melalui teknik wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. 23 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Pengaruh Sosial Budaya terhadap Pemenuhan Hak-Hak Reproduksi Wanita pada Pasangan Usia Subur di Rumah Sakit Tingkat II DAM I/BB di Kota Medan Tahun 2012

2 43 111

Respon Pasangan Usia Subur Terhadap Program Keluarga Berencana Gratis Di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

1 30 90

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Terhadap Ketidakikutseraan Dalam Program Keluarga Berencana Di Desa Salaon Dolok Kabupaten Samosir Tahun 2013

12 600 121

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Terhadap Ketidakikutseraan Dalam Program Keluarga Berencana Di Desa Salaon Dolok Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 0 15

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Terhadap Ketidakikutseraan Dalam Program Keluarga Berencana Di Desa Salaon Dolok Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Terhadap Ketidakikutseraan Dalam Program Keluarga Berencana Di Desa Salaon Dolok Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 0 8

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Terhadap Ketidakikutseraan Dalam Program Keluarga Berencana Di Desa Salaon Dolok Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 0 26

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Terhadap Ketidakikutseraan Dalam Program Keluarga Berencana Di Desa Salaon Dolok Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 0 28

Faktor-faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur dalam Pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014

0 0 19