Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Hak-Hak Reproduksi dalam ber-Keluarga Berencana pada Wanita Pasangan Usia Subur yang Bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Tahun 2013
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMENUHAN HAK-HAK REPRODUKSI DALAM BER-KELUARGA BERENCANA PADA
WANITA PASANGAN USIA SUBUR YANG BEKERJA DI RUMAH SAKIT UMUM MATERNA MEDAN
TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH :
JULIA ALISTAWATY PURBA NIM. 111021046
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
JULIA ALISTAWATY PURBA NIM. 111021046
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : FAKTOR−FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PEMENUHAN HAK-HAK REPRODUKSI
DALAM BER−KELUARGA BERENCANA PADA
WANITA PASANGAN USIA SUBUR YANG BEKERJA DI RUMAH SAKIT UMUM MATERNA MEDAN TAHUN 2013
Nama Mahasiswa : JULIA ALISTAWATY PURBA No. Induk Mahasiswa : 111021046
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Kesehatan Reproduksi Tanggal Lulus : 11 Februari 2014
Disahkan Oleh Komisi Pembimbing
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D NIP. 19640826 199003 2 002 NIP. 19581110 198403 1 001
Medan, April 2014 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Dr. Drs. Surya Utama, M.S NIP. 19610831 198903 1 001
(4)
Penduduk Indonesia tahun 2010 dan laporan pendahuluan SDKI 2012 menunjukkan kesenjangan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS yang bekerja di RSU Materna Medan tahun 2013. Desain penelitian adalah cross sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh wanita PUS dan dijadikan sampel berjumlah 61 orang.
Hasil menunjukkan hanya 28 responden (45,9%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Ada hubungan pengetahuan (p = 0,030), sikap (p = 0,0001), tingkat pendapatan (p = 0,023), dukungan suami (p = 0,013), dukungan sosial (p = 0,001) dengan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB kecuali status wanita dalam keluarga (p = 0,274). Secara bersama-sama variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB adalah variabel sikap (p = 0,017) dan dukungan sosial (p = 0,029).
Diharapkan pegawai wanita PUS yang bekerja si RSU Materna agar meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama suami beserta keluarga agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi.
Kata kunci : Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB, Wanita Pasangan Usia Subur, Materna
(5)
ABSTRAC
The fullfillment of reproductive rights in family planning among women of reproductive age couples includes the fullfillment of the rights in the number of children, birth interval, and the selection of contraceptive. Indonesian population census in 2010 and the Indonesian Demography Health Survey (IDHS) preliminary report in 2012 indicated the existence of gaps in this fullfillment.
This study aimed to analyze the factors influenced the fullfillment of reproductive rights in family planning among women of reproductive age couples who worked at Materna general hospitals in 2013. The design of the study was cross sectional study. The population of this study were the women of reproductive age couples and samples consisted of 61 people.
The results showed that only 28(45.9%) respondents were fullfilled their reproductive rights in family planning. There were relationship between knowledge (p = 0.030), attitude (p = 0.0001), income level (p = 0.023), husband's support (p = 0.013), social support (p = 0.001) with the fullfillment of reproductive rights in family planning except status of women in the family (p = 0.274). Simultaneously variables that significantly influenced on the fullfillment of women's reproductive rights in family planning were the attitude (p = 0.017) and social support (p = 0.029).
It is expected that the women of reproductive age couples worked at the Materna general hospital should be more increase the concern and the responsibility along with her husband and family in order to implement the reproductive function. Keyword : Reproductive Rights in Family Planning, Women of Reproductive Age
(6)
Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi/26 Juli 1982
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Jumlah Anggota Keluarga : 4 Bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Danau Mantana Lk. II Tebing Tinggi Riwayat Pendidikan
a. Tahun 1988-1994 : SD Methodist I Tebing Tinggi b. Tahun 1994-1997 : SMP Negeri I Tebing Tinggi c. Tahun 1997-2000 : SMU Negeri I Tebing Tinggi d. Tahun 2000-2003 : Poltekes Depkes Prodi Kebidanan
Pematangsiantar
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Hak-Hak Reproduksi dalam ber-Keluarga Berencana pada Wanita Pasangan Usia Subur yang Bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Tahun 2013”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Surya Utama, M.S selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Biostatistika serta selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan saran, masukan, dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan akademik selama penulis
(8)
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Maya Fitria, S.K.M, M.Kes selaku penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan staf administrasi di Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 8. Bapak dr. Richard Sutanto, Aifk, MHA selaku direktur Rumah Sakit Umum
Materna yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan teman-teman staf pegawai Rumah Sakit Umum Materna yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini.
9. Ibunda yang terkasih Ny. H. J. Purba br Saragih serta abang, kakak, dan adikku tersayang yang telah memberikan dukungan moril dan spirituil kepada penulis.
10.Rekan-rekan sepeminatan di Departemen Kependudukan dan Biostatistika dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkatNya kepada kita semua.
Medan, Januari 2014
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRAC ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Umum ... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Kesehatan Reproduksi ... 10
2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi... 10
2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi ... 11
2.2 Hak Reproduksi Wanita ... 12
2.2.1 Pengertian Hak Reproduksi... 12
2.2.2 Pemenuhan Hak-hak Reproduksi Wanita ... 15
2.3 Pasangan Usia Subur ... 15
2.3.1 Pengertian Pasangan Usia Subur ... 15
2.4 Keluarga Berencana ... 16
2.4.1 Pengertian Keluarga Berencana ... 16
2.4.2 Jarak Kehamilan ... 16
2.4.3 Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan/Kesuburan ... 16
2.4.4 Pemilihan Kontrasepsi ... 17
2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 17
2.5.1 Pengetahuan ... 19
2.5.2 Sikap ... 19
(10)
2.8 Hipotesis Penelitian ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 23
3.2.2 Waktu Penelitian ... 23
3.3 Populasi dan Sampel ... 23
3.3.1 Populasi ... 23
3.3.2 Sampel ... 23
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 23
3.4.1 Data Primer ... 23
3.4.2 Data Sekunder ... 24
3.5 Definisi Operasional... 24
3.5.1 Variabel Dependen ... 24
3.5.2 Variabel Independen ... 24
3.6 Alat Pengumpulan Data ... 25
3.7 Aspek Pengukuran ... 25
3.8 Teknik Pengolahan Data ... 28
3.9 Analisis Data ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30
4.1 Gambaran Umum RSU Materna Medan ... 30
4.1.1 Lokasi dan Sejarah Singkat Berdirinya RSU Materna Medan ... 30
4.1.2 Sarana RSU Materna Medan ... 30
4.1.3 Jumlah Karyawan RSU Materna Medan ... 31
4.2 Analisis Univariat ... 31
4.2.1 Karakteristik Responden ... 32
4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 34
(11)
4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
pada Wanita PUS ... 36 4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendapatan tentang Pemenuhan Hak-hak
Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 38 4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Wanita dalam Keluarga tentang Pemenuhan Hak-hak
Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 38 4.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 40 4.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 41 4.2.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 43 4.3 Analisis Bivariat ... 44 4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemenuhan Hak-hak
Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 44 4.3.2 Hubungan Sikap dengan Pemenuhan Hak-hak
Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 45 4.3.3 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS 46 4.3.4 Hubungan Status Wanita dalam Keluarga dengan
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
pada Wanita PUS ... 46 4.3.5 Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi Dalam Ber-KB Pada Wanita PUS ... 47 4.3.6 Hubungan Dukungan Sosial dengan Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita
PUS ... 48 4.4 Analisis Multivariat ... 48 BAB V PEMBAHASAN ... 52 5.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemenuhan Hak-hak
(12)
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada
Wanita PUS ... 54
5.5 Pengaruh Dukungan Suami terhadap Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 55
5.6 Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
6.1 Kesimpulan... 59
6.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 62
Lampiran 2. Master Data... 66
Lampiran 3. Hasil Pengolahan Statistik ... 72
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 94
Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 95
Lampiran 6. Data Dasar Rumah Sakit Se-Kota Medan Tahun 2013 ... 96
(13)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden yang Bekerja di RSU
Materna Medan ... 32 Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 34 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita
PUS... 35 Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Sikap Responden tentang Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 36 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 37 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita
PUS... 38 Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Status Wanita dalam Keluarga Responden
tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada
Wanita PUS ... 38 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Status Wanita dalam
Keluarga tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam
ber-KB pada Wanita PUS ... 39 Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Dukungan Suami Responden tentang
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita
PUS... 40 Tabel 4.11 Distribusi Dukungan Suami Responden tentang Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 41 Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Dukungan Sosial Responden tentang
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita
PUS... 41 Tabel 4.13 Distribusi Dukungan Sosial Responden tentang Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita ... 42 Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam
ber-KB pada Wanita PUS ... 43 Tabel 4.15 Distribusi Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
pada Wanita PUS ... 44 Tabel 4.16 Hubungan Pengetahuan dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi
dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 44 Tabel 4.17 Hubungan Sikap dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam
(14)
Reproduksi dalam ber-KB Pada Wanita PUS ... 47 Tabel 4.21 Hubungan Dukungan Sosial dengan Pemenuhan Hak-hak
Reproduksi dalam ber-KB Pada Wanita PUS ... 48 Tabel 4.22 Hasil Uji Analisis Bivariat ... 49 Tabel 4.23 Hasil Uji Analisis Multivariat dengan Regresi Logistik Berganda .... 50 Tabel 4.24 Probabilitas Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
(15)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS yang Bekerja di Rumah Sakit Umum
(16)
Penduduk Indonesia tahun 2010 dan laporan pendahuluan SDKI 2012 menunjukkan kesenjangan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS yang bekerja di RSU Materna Medan tahun 2013. Desain penelitian adalah cross sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh wanita PUS dan dijadikan sampel berjumlah 61 orang.
Hasil menunjukkan hanya 28 responden (45,9%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Ada hubungan pengetahuan (p = 0,030), sikap (p = 0,0001), tingkat pendapatan (p = 0,023), dukungan suami (p = 0,013), dukungan sosial (p = 0,001) dengan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB kecuali status wanita dalam keluarga (p = 0,274). Secara bersama-sama variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB adalah variabel sikap (p = 0,017) dan dukungan sosial (p = 0,029).
Diharapkan pegawai wanita PUS yang bekerja si RSU Materna agar meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama suami beserta keluarga agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi.
Kata kunci : Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB, Wanita Pasangan Usia Subur, Materna
(17)
ABSTRAC
The fullfillment of reproductive rights in family planning among women of reproductive age couples includes the fullfillment of the rights in the number of children, birth interval, and the selection of contraceptive. Indonesian population census in 2010 and the Indonesian Demography Health Survey (IDHS) preliminary report in 2012 indicated the existence of gaps in this fullfillment.
This study aimed to analyze the factors influenced the fullfillment of reproductive rights in family planning among women of reproductive age couples who worked at Materna general hospitals in 2013. The design of the study was cross sectional study. The population of this study were the women of reproductive age couples and samples consisted of 61 people.
The results showed that only 28(45.9%) respondents were fullfilled their reproductive rights in family planning. There were relationship between knowledge (p = 0.030), attitude (p = 0.0001), income level (p = 0.023), husband's support (p = 0.013), social support (p = 0.001) with the fullfillment of reproductive rights in family planning except status of women in the family (p = 0.274). Simultaneously variables that significantly influenced on the fullfillment of women's reproductive rights in family planning were the attitude (p = 0.017) and social support (p = 0.029).
It is expected that the women of reproductive age couples worked at the Materna general hospital should be more increase the concern and the responsibility along with her husband and family in order to implement the reproductive function. Keyword : Reproductive Rights in Family Planning, Women of Reproductive Age
(18)
Saat ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak dibahas dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference of Population and Development, ICPD) di Kairo, Mesir pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi (Hanim, 2013).
Dengan demikian pengendalian kependudukan telah bergeser kearah yang lebih luas, yang meliputi pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi bagi laki-laki dan perempuan, termasuk hak-hak reproduksinya, kesetaraan dan keadilan gender, pemberdayaan perempuan dan penanggulangan kekerasan berbasis gender, serta tanggungjawab laki-laki dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi. Paradigma baru ini berpengaruh besar antara lain terhadap hak dan peran perempuan sebagai subyek dalam ber-KB. Masalah lainnya adalah masalah kesehatan reproduksi perempuan, termasuk perencanaan kehamilan dan persalinan yang aman secara medis harus menjadi perhatian bersama, bukan hanya kaum perempuan saja karena mempunyai dampak yang luas sekali dan menyangkut berbagai aspek kehidupan yang menjadi tolok ukur dalam pelayanan kesehatan (Azwar, 2005).
(19)
Upaya pengendalian penduduk perlu mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi laki-laki dan perempuan sepanjang siklus hidup dan hak reproduksi mendapat perhatian khusus. Hak reproduksi didasarkan pada pengakuan akan hak-hak azasi manusia yang diakui di dunia internasional. Hak reproduksi perorangan dapat diartikan bahwa setiap orang baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama) mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab mengenai jumlah anak, jarak antar anak, untuk menentukan waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan (Pinem, 2009).
Sebagaimana disampaikan dalam Undang-undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pada pasal 17 bahwa perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan guna menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Selain itu pemerintah juga melaksanakan upaya promosi dan pemenuhan hak reproduksi yang tertuang dalam Kebijakan Teknis Program Perlindungan Hak-hak Reproduksi yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas dengan meningkatkan kesadaran, pemahaman, perlindungan, dan dukungan untuk pemenuhan hak-hak reproduksi bagi semua individu dan keluarga (BKKBN, 2001).
Akan tetapi belum terpenuhinya hak reproduksi ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka 2
(20)
Kematian Bawah Lima Tahun (AKBalita), selain itu jumlah penduduk yang terus melaju dapat kita lihat dalam hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Beberapa hasil penelitian seperti Suyoto (2003) di Kabupaten Bengkulu Utara menggambarkan pengetahuan masyarakat suku Rejang tentang hak-hak reproduksi wanita masih pada tingkat sedang sebanyak 41,7%, sikap baik sebanyak 76%, dan tindakan kurang baik sebanyak 39,6%, dari 90 responden 53,1% memiliki jumalah anak 3-4 orang dan 57,3% mempunyai jarak kelahiran dibawah 3 tahun. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Hia (2010) tentang hak kesehatan reproduksi wanita di Kabupaten Nias Barat menyatakan bahwa penentuan jumlah dan jarak anak tidak dapat ditentukan oleh wanita tetapi tergantung suami dan mertua. Kemudian penelitian oleh Naibaho (2012) yaitu pengetahuan responden (ibu pasangan usia subur yang datang berkunjung ke Rumah Sakit TK II DAM I/BB untuk memeriksakan kehamilan, melahirkan, dan mengunjungi klinik KB) mayoritas dengan pengetahuan baik sebesar 56,7%, sikap mayoritas dengan sikap baik sebesar 60,0%, nilai atau aturan baik sebesar 58,9%, kepercayaan baik sebesar 66,7%, menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan memilih pelayanan kesehatan mayoritas dengan kategori terpenuhi 51,1%, terdapat pengaruh sosio budaya (pengetahuan, sikap dan nilai atau aturan) terhadap pemenuhan jumlah anak, jarak kelahiran dan mendapat pelayanan kesehatan dan tidak terdapat pengaruh sosio budaya (kepercayaan) terhadap pemenuhan jumlah anak, jarak kelahiran dan mendapat pelayanan kesehatan.
(21)
Banyak penelitian tentang pemenuhan hak-hak reproduksi wanita pada masyarakat umum terkhusus ibu rumah tangga tetapi belum ada yang meneliti pada wanita yang bekerja di unit pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit maupun Puskesmas, padahal para wanita ini diharapkan mampu untuk menerapkan hak-hak reproduksinya sendiri sebelum mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada orang lain terkhusus kesehatan reproduksi. Karena aspek yang dianggap penting tentang kesehatan perempuan adalah kesehatan reproduksinya yang didalamnya terkandung hak reproduksi antara lain : hak semua pasangan dan individu untuk memutuskan dan bertanggungjawab terhadap jumlah, jarak serta hak akan pelayanan kesehatan reproduksi agar perempuan dapat mempunyai pengalaman kehidupan seksual yang sehat, terbebas dari penyakit, dari tindak kekerasan, dari ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau dari kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan seksualitasnya (Sadli, 2002).
Berbicara mengenai hak reproduksi wanita tidak terlepas dari kesehatan reproduksi itu sendiri yang mencakup seluruh siklus kehidupan perempuan. Oleh karena itu agar seseorang dapat melalui fungsi reproduksinya secara sehat, kesehatannya harus terjaga sejak ia masih berusia muda, bahkan sejak masih anak-anak. Ada tiga unsur yang diperhatikan, yaitu : bagaimana kemampuan dalam bereproduksi dalam keadaan sehat, bagaimana menjamin mereka melewati masa reproduksinya secara aman tanpa komplikasi, dan bagaimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai semua itu (Mohamad, 1998). Terpenuhi atau tidaknya hak reproduksi wanita digambarkan dalam derajat 4
(22)
kesehatan reproduksinya yang berkaitan dengan lima indikator kesehatan wanita yaitu kesehatan ibu (kehamilan, persalinan dan nifas), kesehatan reproduksi remaja (usia pernikahan pertama), keluarga berencana (jumlah dan jarak anak), indikator penghasilan, dan indikator pendidikan (Widyastuti dkk, 2009).
Dilihat dari indikator keluarga berencana, Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang tingkat kelahiran tetap tinggi dan hanya beberapa pasangan membatasi jumlah keluarga. Ini karena anak-anak dilihat sebagai sesuatu yang berharga di dalam masyarakat, dimana langkah kesejahteraan sosial terbatas. Padahal keluarga berencana membantu perorangan atau pasangan untuk memilih apakah ingin mempunyai anak atau menentukan jumlah anak yang mereka inginkan (pembatasan keluarga). Pilihan itu tergantung pada pengaruh sosial, budaya, dan psikologis yang rumit (Jones, 2005). Laporan pendahuluan SDKI 2012 menyatakan ada sebanyak 62% wanita kawin usia 15-49 tahun menggunakan alat cara KB, 58% diantaranya menggunakan metode kontrasepsi modern dan hanya 2% yang menggunakan kondom dan metode operatif pria.
Medan sebagai salah satu kota metropolitan dengan perkembangan yang pesat dalam segala aspek pada saat ini. Perkembangan tersebut berupa bertambah luasnya areal kota, jumlah penduduk sebanyak 2.109.339 orang (16,24%) dan menduduki urutan teratas dari total jumlah penduduk Sumatera Utara (Sensus Penduduk, 2010), dengan jumlah PUS lapangan sebanyak 326.606 orang ditambah pencapaian akseptor KB aktif sebanyak 66,91% dan hanya 6,91% yang menggunakan kondom dan metode operatif pria (Badan PP dan KB Medan, 2012), pembangunan baik berupa
(23)
bangunan perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel, sekolah/universitas dan rumah sakit dan lain sebagainya.
Khusus rumah sakit di kota Medan sudah ada sekitar 77 rumah sakit, baik yang dikelola pemerintah, maupun swasta (Dinkes Medan, 2013), termasuk salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Materna Medan dengan status lulus akreditasi pada tahun 2012 yang terletak di pusat kota sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah, selain sebagai pegawai rumah sakit yang mementingkan pelayanan kesehatan termasuk kesehatan reproduksi dan pemahaman akan pentingnya hak reproduksi wanita dalam penentuan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi maka diharapkan implementasinya apakah sesuai dikehidupan rumah tangga masing-masing, sebagaimana acuan dari definisi kesehatan reproduksi itu sendiri.
Dari hasil wawancara awal yang dilakukan pada pegawai wanita pasangan usia subur (jumlah pegawai wanita pasangan usia subur sekitar 61 orang) yang memiliki latar belakang agama, suku, dan pendidikan yang berbeda menyatakan bahwa hak penentuan jumlah anak sebagai hak suami-istri bukan hanya terletak pada mereka tetapi juga kepada orangtua pasangan dalam hal ini orangtua dari pihak suami, terlebih bila belum mempunyai anak laki-laki. Dari 6 orang pegawai 5 diantaranya (sekitar 83,33%) menyatakan bahwa pemilihan pemakaian alat kontrasepsi untuk mengatur jarak anak juga di dominasi oleh suami, alat kontrasepsi suntik dan pil lebih dipilih suami dari pada IUD (Intra Uterine Devices) dengan alasan takut mengganggu hubungan seksual, dalam hal pelayanan kesehatan Rumah 6
(24)
Sakit Umum Materna dipilih sebagai sarana pelayanan kesehatan selain pertanggungan biaya (jamsostek), pihak Rumah Sakit juga masih menanggung kelahiran anak lebih dari 2 orang karena alasan kekeluargaan. Sehingga walaupun pegawai wanita awalnya merencanakan jumlah anak 2 orang akan tetapi karena fasilitas mendukung maka hal tersebut tidak terlaksana.
Beberapa hal ini lah yang mendorong untuk dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur yang bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan terutama dalam hal menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi sebagai pencerminan salah satu misi Program Keluarga Berencana Nasional di dalam upaya perlindungan hak-hak reproduksi untuk mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas sejak dimulainya proses pembuahan dalam kandungan (BKKBN, 2001).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : faktor-faktor apakah yang memengaruhi pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur yang bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan. 1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur yang bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2013.
(25)
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksidalam ber-KB pada wanitapasangan usia subur .
b. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanitapasangan usia subur .
c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendapatan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
d. Untuk mengetahui pengaruh status wanita dalam keluarga terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
e. Untuk mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
f. Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pegawai Rumah Sakit Umum Materna Medan yang sekaligus sebagai tenaga kesehatan untuk meningkatkan promosi tentang kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita terutama tentang menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam merumuskan kebijakan kesehatan reproduksi dalam upaya peningkatan 8
(26)
pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
3. Sebagai bahan informasi dan masukkan bagi peneliti berikutnya yang meneliti berkaitan dengan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Reproduksi
2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Sedangkan menurut Depkes RI (2000), kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.
Dalam Konferensi kependudukan di Kairo 1994, disusun pula defenisi kesehatan reproduksi yang dilandaskan kepada defenisi sehat menurut WHO : keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, dan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya. Oleh karena itu, kesehatan reproduksi berarti bahwa setiap orang dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman, dan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan apakah mereka ingin melakukannya, bilamana dan berapa sering. Termasuk keadaan akhir ini adalah hak pria dan wanita untuk
(28)
memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap cara keluarga berencana yang aman, efektif, terjangkau, dan dapat diterima yang menjadi pilihan mereka, serta metode lain yang mereka pilih untuk pengaturan fertilitas yang tidak melawan hokum, dan hak untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan yang tepat, yang akan memungkinkan para wanita dengan selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan kesempatan yang terbaik kepada pasangan-pasangan untuk memiliki bayi yang sehat.
2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi : 1. Kesehatan bayi dan anak.
2. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi, termasuk PMS-HIV/AIDS.
3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi. 4. Kesehatan reproduksi remaja.
5. Pencegahan dan penanganan infertilitas. 6. Kanker pada usia lanjut dan osteopororosis.
7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi genital, fistula, dan lain-lain.
Kesehatan reproduksi ibu dan bayi beru lahir meliputi perkembangan berbagai organ reproduksi mulai dari sejak dalam kandungan hingga meninggal. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk pada saat pertama anak perempuan mengalami haid/menarche, hingga menyakut kehidupan remaja memasuki masa perkawinan.
(29)
Selain itu seseorang berhak terbebas dari kemungkinan tertulari penyakit infeksi menular seksual yang bias berpengaruh pada fungsi reproduksi. Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen Kesehatan RI dilaksanakan secara integratif memprioritaskan pada empat komponen kesehatan reproduksi yang menjadi masalah pokok di Indonesia yang disebut paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE), yaitu :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir. 2. Keluarga berencana.
3. Kesehatan reproduksi remaja.
4. Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk HIV/AIDS. Sedangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK) terdiri dari PKRE ditambah kesehatan reproduksi pada usia lanjut (Widyastuti dkk, 2009). 2.2 Hak Reproduksi Wanita
2.2.1 Pengertian Hak Reproduksi Wanita
Menurut Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup. Sedangkan menurut UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 pada bagian keenam tentang Kesehatan Reproduksi dinyatakan bahwa setiap orang berhak:
a. menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman, serta bebas dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan yang sah.
(30)
b. menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi, paksaan, dan/atau kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur yang tidak merendahkan martabat manusia sesuai dengan norma agama.
c. menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi sehat secara medis serta tidak bertentangan dengan norma agama.
d. memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pada International Conference on Population and Development (ICPD) Kairo 1994, hak reproduksi dinyatakan sebagai berikut : “ Hak-hak reproduksi berlandaskan pada pengakuan terhadap hak asasi pasangan atau individu untuk secara bebas dan bertanggung jawab menetapkan jumlah, jarak dan waktu kelahiran anaknya dan hak untuk memperoleh informasi serta cara untuk melakukan hal tersebut, dan hak untuk mencapai standar kesehatan reproduksi dan seksual yang setinggi mungkin.” Sedangkan menurut BkkbN (2011) hak-hak reproduksi adalah hak setiap individu dan pasangan untuk menentukan kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak dan jarak anak yang dilahirkan serta memilih upaya untuk mewujudkan hak-hak tersebut (pemakaian kontrasepsi).
Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai metode keluarga berencana yang mereka pilih, aman, efektif, terjangkau, serta metode-metode pengendalian kelahiran lainnya yang mereka pilih dan tidak bertentangan dengan hukum serta perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak ini mencakup, hak untuk memperoleh pelayanan
(31)
kesehatan yang memadai sehingga para wanita mengalami kehamilan dan proses melahirkan anak secara aman, serta memberikan kesempatan bagi para pasangan untuk memiliki bayi yang sehat (Kusmiran, 2012).
Hak reproduksi wanita secara umum diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu dalam hal ini perempuan yang berkaitan dengan keadaan reproduksinya. Hak-hak reproduksi wanita merupakan hak asasi manusia. Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dalam International Conference on Population and Development (ICPD) 1994 di Kairo bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi :
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi. 2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi. 3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi. 4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual. 8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi.
9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya. 10.Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
(32)
11.Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
12.Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
2.2.2 Pemenuhan Hak-hak Reproduksi Wanita
Berdasarkan UU No. 7/1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan dokumen Kairo dapat disimpulkan hak reproduksi (dan implikasinya pada kesehatan reproduksi) selalu menyangkut dua komponen dasar. Komponen pertama, kebebasan dalam menentukan jumlah anak dan waktu/jarak kelahiran. Arti “kebebasan” ini tidak dapat dilepaskan dari dokumen-dokumen hak asasi manusia lainnya dan bersifat mutlak. Ia harus berdasarkan rasa tanggungjawab, baik terhadap kehidupannya, anaknya maupun masyarakatnya. Tanggung jawab seperti ini hanya akan bisa terwujud kalau perempuan menempati posisi yang kuat, posisi dimana ia dapat bernegosiasi dengan lingkungannya (keluarga, suami serta masyarakat) dan pemerintah. Komponen berikutnya adalah entitlement yang menyangkut erat masalah memperoleh informasi serta pelayanan keluarga berencana. Entitlement merupakan manifestasi dari rasa tanggung jawab masyarakat dan negara, terhadap kehidupan reproduksi perempuan dan memiliki nilai sosial (Adrina dkk, 1998).
2.3 Pasangan Usia Subur (PUS) 2.3.1 Pengertian Pasangan Usia Subur
Pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15-49 tahun, dan secara operasional pula pasangan suami istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan
(33)
telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tetapi belum menopause (BkkbN, 2011).
2.4 Keluarga Berencana
2.4.1 Pengertian Keluarga Berencana
Adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (BkkbN, 2011).
2.4.2 Jarak Kehamilan
Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 30 tahun hanya sekitar 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi. Sedangkan kehamilan berlangsung selama 40 minggu, dengan perhitungan bahwa satu bulan berumur 28 hari. Menurut Manuaba (1998) untuk mendorong kesehatan reproduksi yang optimal ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Kehamilan sebaiknya dengan interval lebih dari 2 tahun. 2. Jangan hamil sebelum berumur 20 tahun atau setelah 35 tahun.
3. Jumlah kehamilan, kelahiran 2 sampai 3 orang mempunyai optimalisasi kesehatan.
2.4.3 Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan/Kesuburan
Usia istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah memiliki 2 orang anak. Alasan mengakhiri kesuburan adalah :
1. Karena alasan medis dan alasan lainnya, ibu di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya anak lagi.
2. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
(34)
3. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai resiko kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.
2.4.4 Pemilihan Metode Kontrasepsi
Tidak ada satupun metode yang aman dan efektif bagi semua klien. Oleh karena itu berbagai faktor harus dipertimbangkan, seperti status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan dan kehamilan yang tidak diinginkan, rencana besarnya jumlah keluarga, persetujuan pasangan, norma budaya dan lingkungan (Pinem, 2009).
2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Hak-Hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Memiliki anak merupakan salah satu cara untuk memenuhi kewajiban dalam budaya reproduksi. Menanamkan konsep pada kaum perempuan bahwa mengandung dan melahirkan anak adalah kewajiban, tanpa diimbangi dengan hak dan juga pilihan lainnya. Di banyak negara berkembang, bahkan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi pun bukan merupakan keputusan perempuan, meskipun pada akhirnya yang menggunakan adalah perempuan itu sendiri (Mohamad, 1998). Hal ini berkaitan dengan kesehatan seorang wanita yang tergambar dari perilaku hidup sehat yang diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berhubungan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon
(35)
Faktor-faktor yang membedakan tersebut disebut dengan determinan perilaku yang dibedakan menjadi dua, yaitu : faktor internal (tingkat kecerdasan/pengetahuan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya) dan faktor eksternal (lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, masyarakat dan sebagainya). Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan. Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatan mempelajari perilaku adalah sangat penting, karena pendidikan kesehatan berfungsi sebagai media atau sarana untuk merubah perilaku individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat (Notoatmodjo, 2003).
Lawrence Green (1980) seperti dikutip Notoatmodjo (2003) menyatakan, terdapat 3 faktor yang mendasari perilaku pasien yaitu presdiposing, enabling, dan reinforcing. Faktor predisposing meliputi pengetahuan dan sikap pasien yang merupakan kognitif domain yang mendasari terbentuknya perilaku baru. Hal lain dari faktor ini adalah tradisi, sistem nilai, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor enabling mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan, berupa peraturan prosedur tetap dan kesempatan pemberian informasi. Faktor reinforcing meliputi dukungan keluarga, lingkungan dan perilaku petugas kesehatan.
Dalam penelitian ini diambil faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB adalah faktor predisposing yaitu pengetahuan, sikap, tingkat pendapatan, status wanita dalam keluarga, dan faktor 18
(36)
reinforcing yaitu dukungan suami, dan dukungan sosial, sedangkan untuk faktor enabling tidak termasuk karena responden adalah pekerja di fasilitas kesehatan (Rumah Sakit) itu sendiri.
2.5.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2.5.2 Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
2.5.3 Tingkat Pendapatan
Menurut Depkes RI bekerjasama dengan United Nations Population Fund (2003) faktor diluar kesehatan yang berpengaruh buruk terhadap hak reproduksi salah satunya adalah kemiskinan. Kemiskinan berpengaruh buruk terhadap kemungkinan terpenuhinya derajat kesehatan reproduksi karena menjadi hambatan terhadap akses
(37)
pelayanan kesehatan, yang pada akhirnya dapat berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian (Pinem, 2009).
2.5.4 Status Wanita dalam Keluarga
Pada zaman sekarang status wanita juga masih dianggap rendah, tidak setinggi nilai laki-laki dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat (Widyastuti dkk, 2009). Makin rendah kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat, makin rendah kemungkinan terpenuhinya hak reproduksi. Kedudukan tersebut ditentukan oleh banyak hal seperti budaya dan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat mereka tinggal, keadaan sosial ekonomi dan lain-lain (Pinem, 2009).
2.5.5 Dukungan Suami
Bentuk peran dan tanggung jawab bersama antara suami dan istri dalam KB dan kesehatan reproduksi akan terwujud karena alasan berikut ini:
- Suami-istri merupakan pasangan dalam proses reproduksi
- Suami-istri bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam keluarga
- Suami-istri sama-sama mempunyai hak-hak reproduksi yang merupakan bagian dari hak azasi manusia yang bersifat universal
- KB dan Kesehatan Reproduksi memerlukan peran dan tanggung jawab bersama suami-istri bukan suami atau istri saja
- Program KB dan Kesehatan Reproduksi berwawasan gender (Kusmiran, 2012).
(38)
2.5.6 Dukungan sosial
Menurut Gottlieb (1984) yang dikutip oleh Lubis dan Hasnida (2009) dukungan sosial adalah informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan nyata atau tingkah laku diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.
2.7 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS yang
Bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2013.
2.8 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanitapasangan usia subur .
2. Ada pengaruh sikap terhadap pemenuhan hak-hak reproduksidalam ber-KB pada wanitapasangan usia subur.
3. Ada pengaruh tingkat pendapatan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi Dalam Ber-KB Pada Wanita Pasangan Usia Subur 1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tingkat Pendapatan 4. Status Wanita Dalam
Keluarga 5. Dukungan Suami 6. Dukungan Sosial
(39)
4. Ada pengaruh status wanita dalam keluarga terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
5. Ada pengaruh dukungan suami terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
6. Ada pengaruh dukungan sosial terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
7. Ada pengaruh sebagian atau semua variabel independen (pengetahuan, sikap, tingkat pendapatan, status wanita dalam keluarga, dukungan suami, dan dukungan sosial) terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
(40)
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Materna Medan, terletak di Jln. Teuku Umar no. 9-11 Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli – Februari 2014. 3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh pegawai wanita pasangan usia subur yang bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan sebanyak 61 orang.
3.3.2 Sampel
Seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 61 orang. 3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari responden melalui teknik wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
(41)
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Materna Medan berkaitan dengan jumlah tenaga kesehatan dan gambaran umum dari Rumah Sakit Umum Materna Medan.
3.5 Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Dependen
Pemenuhan hak-hak reproduksi wanita pasangan usia subur adalah keterlibatan/persetujuan wanita dalam menentukan jumlah 2 orang anak, jarak anak ≥ 2 tahun dan pemilihan alat kontrasepsi yang disepakati bersama dengan suami. 3.5.2 Variabel Independen
Pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai dengan fokus penelitian, digunakan defenisi operasional variabel independen yang dikembangkan dalam uraian di bawah ini :
1. Pengetahuan adalah merupakan segala hal yang diketahui oleh wanita PUS tentang pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB (menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi).
2. Sikap adalah pernyataan atau pendapat responden sendiri terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB (menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi).
3. Tingkat pendapatan adalah total seluruh penghasilan yang diperoleh pasangan suami dan istri berdasarkan UMR.
4. Status wanita dalam keluarga adalah respon atau pendapat wanita yang dapat diterima atau dihargai dalam keluarga sehubungan dengan kedudukannya 24
(42)
sebagai istri dalam penentuan jumlah anak dan jarak kelahiran, dan pemilihan alat kontrasepsi.
5. Dukungan suami adalah pernyataan responden tentang suami yang mendukung pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB (menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi) pada wanita PUS.
6. Dukungan sosial adalah pernyataan responden tentang lingkungan kerja/keluarga/teman yang mendukung pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB (menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi) pada wanita PUS.
3.6 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner terdiri dari 2 (dua) bagian, yang pertama yaitu data umum responden sedangkan yang kedua adalah kuesioner untuk menilai tingkat pendapatan, pengetahuan, sikap, nilai, dukungan suami, dan dukungan sosial.
3.7 Aspek Pengukuran
1. Pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS
Variabel pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terdiri dari 5 pertanyaan, jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu : 0 = Terpenuhi, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (skor 3 − 5)
(43)
1 = Tidak terpenuhi, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 0 − 2) 2. Pengetahuan
Variabel pengetahuan terdiri dari 5 pertanyaan, jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, pengetahuan dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
0 = Baik, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (skor 3 − 5) 1 = Tidak baik, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 0 – 2) 3. Sikap
Variabel sikap terdiri dari 5 pernyataan, untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut :
- Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar : 5x5 = 25
Skor terkecil : 5x1 = 5 - Menentukan nilai rentang
Rentang = nilai terbesar – nilai terkecil = 25 – 5 = 20
- Menentukan nilai panjang kelas
Panjang kelas = rentang : banyaknya kelas = 20 : 2 = 10
Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, sikap dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
(44)
0 = Baik, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (skor 17 − 25) 1 = Tidak baik, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 5 − 16) 4. Tingkat Pendapatan
Total pendapatan suami dan istri, perhitungan dengan mempertimbangkan Upah Minimum Regional Kota Medan sebesar Rp. 1.650.000,- sehinggadikategorikan menjadi :
0 = Baik, jika total pendapatan suami dan istri ≥ Rp 3.300.000,- 1 = Kurang, jika total pendapatan suami dan istri < Rp 3.300.000,- 5. Status Wanita Dalam Keluarga
Variabel status wanita dalam keluarga terdiri dari 5 pertanyaan, jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, status wanita dalam keluarga dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
0 = Baik, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (skor 3 − 5) 1 = Tidak baik, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 0 − 2) 6. Dukungan suami
Variabel dukungan suami terdiri dari 5 pertanyaan, jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, dukungan suami dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
0 = Mendukung, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (skor 3 − 5) 1 = Tidak mendukung, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 0 − 2)
(45)
7. Dukungan sosial
Variabel dukungan sosial terdiri dari 5 pertanyaan, jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, dukungan sosial dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
0 = Mendukung, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (skor 3 − 5) 1 = Tidak mendukung, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 0 − 2) 3.8 Teknik Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing kategori. Entry data yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer.
3.9 Analisis Data
1. Analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi yang menggambarkan secara tunggal faktor-faktor yang memengaruhi pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur yang bekerja di Rumah Sakit Umum Materna .
2. Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, tingkat pendapatan, status wanita dalam keluarga, dukungan suami, dukungan sosial dengan variabel 28
(46)
dependen yaitu pemenuhan hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%. Bila hasil analsis bivariat mempunyai nilai p < 0.25, maka variabel tersebut dapat masuk kedalam analisis multivariat.
3. Analisis Multivariat dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh masing-masing variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, tingkat pendapatan, status wanita dalam keluarga, dukungan suami, dukungan sosial dengan variabel dependen yaitu pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur menggunakan uji regresi logistik ganda (Multiple Logistic Regression).
(47)
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum RSU Materna Medan
4.1.1 Lokasi dan Sejarah Singkat Berdirinya RSU Materna Medan
Rumah Sakit Umum Materna Medan adalah rumah sakit yang berada dikota Medan, tepatnya di Jalan Teuku Umar No.11, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, dekat pusat perbelanjaan, pujasera, pertokoan, perhotelan dan perbankan yang dapat diakses dengan jalan kaki dengan keamanan lingkungan yang sangat kondusif. Rumah Sakit Umum Materna mulai berdiri sejak tahun 1983 dan merupakan Rumah Sakit Swasta Kelas Madya yang setara dengan Rumah Sakit Kelas C. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat terhadap pelayanan medis yang cepat, tepat, bermutu, terpadu dan lebih ekonomis maka sesuai dengan visi dan misinya Rumah Sakit Umum Materna selalu terbuka melayani masyarakat umum dari berbagai kalangan.
4.1.2 Sarana RSU Materna Medan
a. Ruang rawat berjumlah 12 (dua belas) terdiri dari : 1. Kelas III Kebidanan 4 tempat tidur 2. Ruang Anak 4 tempat tidur
3. VIP A 4 tempat tidur
4. ICU 5 tempat tidur
5. Kelas III 12 tempat tidur
6. Kelas II 9 tempat tidur
7. Kelas I 5 tempat tidur
(48)
9. Chrysant (VIP A) 7 tempat tidur 10.Catelia (Super VIP) 2 tempat tidur 11.Clover (Suite Room) 2 tempat tidur 12.Materna Suite 1 tempat tidur b. Unit Gawat Darurat dan Unit Rawat Jalan c. Unit Perawatan Intensif
d. Unit Kamar Bedah e. Unit Farmasi f. Unit Laboratorium g. Unit Radiologi
4.1.3 Jumlah Karyawan RSU Materna Medan
Jumlah karyawan atau tenaga kerja yang terlibat di dalam pengelolaan RSU Materna Medan berjumlah 164 orang, dengan rincian sebagai berikut :
a. Pimpinan 1 orang
b. Tenaga Dokter 8 orang
c. Tenaga Medis Perawatan 93 orang d. Tenaga Medis Non Perawatan 18 orang
e. Tenaga Non Medis 44 orang
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi karakteristik responden, variabel bebas yaitu : pengetahuan, sikap, tingkat pendapatan, status wanita dalam keluarga, dukungan suami, dukungan sosial, dan variabel terikat
(49)
4.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur, suku, agama, jumlah anak, alat kontrasepsi yang digunakan, pendidikan terakhir responden, pendidikan terakhir suami, dan daerah asal responden, dapat dilihat pada Tabel 4.1 :
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden yang Bekerja di RSU Materna Medan
No Karakteristik Responden f %
1 Umur
20 – 34 tahun 24 39,3
≥ 35 tahun 37 60,7
2 Suku
Batak 47 77,0
Tionghoa 5 8,2
Jawa 6 9,8
Aceh 1 1,6
Melayu 1 1,6
Padang 1 1,6
3 Agama
Islam 20 67,2
Protestan 32 52,5
Katolik 5 8,2
Budha 4 6,6
4 Jumlah anak
≤ 2 orang 41 67,2
> 2 orang 20 32,8
5 Alat kontrasepsi yang digunakan
Pil 1 1,6
Suntik 20 32,8
Implant 1 1,6
IUD 21 34,4
Kondom 1 1,6
Metode Operatif Wanita 11 18,0
Tidak Ada 5 8,2
KB Kalender 1 1,6
6 Pendidikan Responden
SMP 1 1,6
SMU 17 27,9
Perguruan Tinggi 43 70,5
7 Pendidikan Suami
SMU 22 36,1
Perguruan Tinggi 39 63,9
8 Daerah Asal Responden Sebelum Menikah
Medan 26 42,6
Luar Medan 35 57,4
(50)
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 61 responden yang diteliti paling banyak dengan umur ≥ 35 tahun sebanyak 37 orang (60,7%),suku responden mayoritas Batak yaitu sebanyak 47 orang (77,0%), agama responden sebagian besar yaitu Protestan sebanyak 32 orang (52,5%) dan sebagian kecil Budha sebanyak 4 orang (6,6%), jumlah anak responden ≤ 2 sebanyak 41 orang (67,2%) dan > 2 sebanyak 20 orang (32,8%), alat kontrasepsi yang digunakan responden paling banyak adalah IUD sebanyak 21 orang (34,4%) dan yang menggunakan pil/implant/kondom/kb kalender masing-masing sebanyak 1 orang (1,6%), pendidikan responden mayoritas adalah perguruan tinggi sebanyak 43 orang (70,5%) dan hanya 1 orang (1,6%) yang tamat dari SMP, pendidikan suami responden sebagian besar adalah perguruan tinggi sebanyak 39 orang (63,9%) dan yang SMA sebanyak 22 orang (36,1%), daerah asal responden sebelum menikahpaling banyak dari luar Medan yaitu sebanyak 35 orang (57,4%) dan dari Medan sebanyak 26 orang (42,6%).
(51)
4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Pernyataan Pengetahuan
Jawaban
Total
Ya Tidak
n % n % n %
1 Seorang istri mempunyai hak untuk
menentukan kehamilannya 32 52,5 29 47,5 61 100,0 2 Jumlah anak ideal adalah 2 orang 35 57,5 26 42,6 61 100,0 3 Jarak anak ideal adalah ≥ 2 tahun 48 78,7 13 21,3 61 100,0 4 Yang berhak menentukan jumlah
anak dalam keluarga adalah suami-istri
35 57,4 26 42,6 61 100,0 5 Seorang istri dapat memilih alat
kontrasepsi yang akan digunakannya
33 54,1 28 45,9 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden yang menjawab mempunyai hak untuk menentukan kehamilannya sebanyak 32 orang (52,5%) dan menjawab tidak mempunyai hak untuk menentukan kehamilannya sebanyak 29 orang (47,5%), berdasarkan jumlah anak yang ideal responden yang menjawab dengan benar sebanyak 35 orang (57,5%) dan yang menjawab tidak benar sebanyak 26 orang (42,6%), berdasarkan jarak kelahiran anak yang ideal responden yang menjawab dengan benar sebanyak 48 orang (78,7%) dan yang menjawab tidak benar sebanyak 13 orang (21,3%), berdasarkan yang berhak menentukan jumlah anak dalam keluarga adalah suami-istri responden yang menjawab dengan benar sebanyak 35 orang (57,4%) dan yang menjawab tidak benar sebanyak 26 orang (42,6%), berdasarkan istri dapat memilih alat kontrasepsi yang digunakan responden yang menjawab dengan benar sebanyak 33 orang (54,1%) dan yang menjawab tidak benar sebanyak 28 orang (45,9%).
(52)
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada
Wanita PUS
No Pengetahuan f %
1 Baik 30 49,2
2 Tidak baik 31 50,8
Jumlah 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.4 mayoritas pengetahuan responden tentang pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB adalah tidak baik yaitu sebanyak 31 orang (50,8%) dan yang baik sebanyak 30 orang (50,8%).
(53)
4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Sikap Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Pernyataan Sikap
Jawaban
Total Sangat
setuju
Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
n % n % n % n % n % n %
1 Suami dan istri mempunyai hak yang sama dalam mengatur dan menentukan kehamilannya
41 67,2 17 27,9 2 3,3 0 0,0 1 1,6 61 100,0
2 Suami dan mertua yang berhak
menentukan jumlah anak
14 23,0 0 0,0 1 1,6 22 36,1 24 39,3 61 100,0
3 Jarak kehamilan sebaiknya ditentukan suami dan istri agar ibu dan anak sehat
35 57,4 21 34,4 5 8,2 0 0,0 0 0,0 61 100,0
4 Pemilihan alat kontrasepsi pada pasangan suami istri dapat menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran yang
direncanakan
22 36,1 30 49,2 7 11,5 1 1,6 1 1,6 61 100,0
5 Dalam
pemilihan alat kontrasepsi, sepenuhnya adalah urusan wanita
10 16,4 14 23,0 2 3,3 20 32,7 15 24,6 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan suami dan istri mempunyai hak yang sama dalam mengatur dan menentukan kehamilannya 36
(54)
dengan sangat setuju sebanyak 41 orang (67,2%), setuju sebanyak 17 orang (27,9%), ragu-ragu sebanyak 2 orang (3,3%), sangat tidak setuju sebanyak 1 orang (1,6%). Berdasarkan pernyataan suami dan mertua yang berhak menentukan jumlah anak responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 14 orang (23,0%), ragu-ragu sebanyak 1 orang (1,6%), tidak setuju sebanyak 22 orang (36,1%), sangat tidak setuju sebanyak 24 orang (39,3%). Berdasarkan pernyataan jarak kehamilan sebaiknya ditentukan suami dan istri agar ibu dan anak sehat yang menyatakan sangat setuju sebanyak 35 orang (57,4%), setuju sebanyak 21 orang (34,4%), ragu-ragu sebanyak 5 orang (8,2%). Berdasarkan pernyataan pemilihan alat kontrasepsi pada pasangan suami istri dapat menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran yang direncanakan yang menyatakan sangat setuju sebanyak 22 orang (36,1%), setuju sebanyak 30 orang (49,2%), ragu-ragu sebanyak 7 orang (11,5%), tidak setuju sebanyak 1 orang (1,6%), sangat tidak setuju sebanyak 1 orang (1,6%). Berdasarkan pernyataan dalam pemilihan alat kontrasepsi, sepenuhnya adalah urusan wanita yang menyatakan sangat setuju sebanyak 10 orang (16,4%), setuju sebanyak 14 orang (23,0%), ragu-ragu sebanyak 2 orang (3,3%), tidak setuju sebanyak 20 orang (32,8%), sangat tidak setuju sebanyak 15 orang (24,6%).
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Sikap f %
1 Baik 46 75,4
2 Tidak baik 15 24,6
Jumlah 61 100,0
(55)
reproduksi dalam ber-KB adalah baik yaitu sebesar 46 orang (75,4%) dan yang tidak baik sebesar 15 orang (24,6%).
4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan pada Wanita PUS Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan pada
Wanita PUS
No Tingkat Pendapatan f %
1 Baik 49 80,3
2 Kurang 12 19,7
Jumlah 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.6 mayoritas tingkat pendapatan responden adalah baik yaitu sebesar 49 orang (80,3%) dan yang kurang sebesar 12 orang (19,7%).
4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Wanita dalam Keluarga tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Status Wanita dalam Keluarga tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
No Pernyataan Status Wanita dalam
Keluarga
Jawaban
Total
Ya Tidak
n % n % n %
1 Anda adalah orang yang paling berperan dalam menentukan jumlah anak dalam keluarga anda sendiri
56 91,8 5 8,4 61 100,0 2 Ada komentar/kritik dari pihak orangtua
atau mertua anda tentang jumlah anak dalam keluarga anda
56 91,8 5 8,4 61 100,0 3 Dalam menentukan jarak anak anda
memiliki pendapat yang berbeda dengan orangtua atau mertua anda
58 95,1 3 4,9 61 100,0 4 Tidak ada satu jenis alat kontrasepsi
yang menjadi keharusan di dalam keluarga yang wajib diikuti walaupun anda sudah mengutarakan pilihan sendiri
61 100,0 0 0,0 61 100,0 5 Keputusan dalam penggunaan alat
kontrasepsi adalah mutlak dari anda dan suami tanpa dipengaruhi oleh anggota keluarga yang lain
59 96,7 2 3,3 61 100,0 38
(56)
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden adalah orang yang paling berperan dalam menentukan jumlah anak dalam keluarga anda sendiri dengan baik sebanyak 56 orang (91,8%) dan tidak baik sebanyak 5 orang (8,2%), berdasarkan pernyataan komentar/kritik dari pihak orangtua atau mertua anda tentang jumlah anak dalam keluarga responden yang menyatakan ada sebanyak 58 orang (95,1%) dan tidak ada sebanyak 3 orang (4,9%), berdasarkan pernyataan dalam menentukan jarak anak responden memiliki pendapat yang berbeda dengan orangtua atau mertua yang menjawab benar sebanyak 61 orang (100%), berdasarkan pernyataan keputusan dalam penggunaan alat kontrasepsi adalah mutlak dari responden dan suami tanpa dipengaruhi oleh anggota keluarga yang lain yang menyatakan benar sebanyak 59 orang (96,7%) dan tidak benar sebanyak 2 orang (3,3%).
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Status Wanita dalam Keluarga tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi
dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Status Wanita dalam Keluarga f %
1 Baik 60 98,4
2 Tidak baik 1 1,6
Jumlah 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.8 mayoritas status wanita dalam keluarga adalah baik yaitu sebesar 60 orang (98,4%) dan tidak baik sebesar 1 orang (1,6%).
(57)
4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Dukungan Suami Responden tentang
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Pernyataan Dukungan Suami
Jawaban
Total
Ya Tidak
n % n % n %
1 Pengambilan keputusan dalam jumlah anak adalah atas kesepakatan bersama (suami dan istri)
61 100,0 0 0,0 61 100,0 2 Dalam menentukan jarak
kelahiran anak, suami mempertimbangkan pendapat anda
53 86,9 8 13,1 61 100,0 3 Suami anda mengikutsertakan
anda dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan
57 93,4 4 6,6 61 100,0 4 Suami anda setuju dengan alat
kontrasepsi yang digunakan sekarang
47 77,0 23 23,0 61 100,0 5 Ada keluhan suami terhadap alat
kontrasepsi yang digunakan 47 77,0 14 23,0 61 100,0 Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan pengambilan keputusan dalam jumlah anak adalah atas kesepakatan bersama (suami dan istri) dengan baik sebanyak 61 orang (100%), berdasarkan pernyataan dalam menentukan jarak kelahiran anak, suami mempertimbangkan pendapat responden dengan baik sebanyak 53 orang (86,9%) dan yang tidak sebanyak 8 orang (13,1%), berdasarkan pernyataan suami mengikutsertakan responden dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan dengan baik sebanyak 57 orang (93,4%) dan tidak sebanyak 4 orang (6,6%), berdasarkan pernyataan suami responden setuju dengan alat 40
(58)
kontrasepsi yang digunakan sekarang dengan baik sebanyak 47 orang (77,0%) dan yang tidak sebanyak 14 orang (23,0%), berdasarkan pernyataan ada keluhan suami terhadap alat kontrasepsi yang digunakan dengan baik sebanyak 47 orang (77,0%) dan yang tidak sebanyak 14 orang (23,0%).
Tabel 4.10 Distribusi Dukungan Suami Responden tentang Pemenuhan Hak- hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Dukungan Suami f %
1 Mendukung 51 83,6
2 Tidak mendukung 10 16,4
Jumlah 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.10 mayoritas dukungan suami responden tentang pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB adalah mendukung yaitu sebesar 51 orang (83,6%) dan tidak mendukung sebesar 10 orang (16,4%).
4.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Dukungan Sosial Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada
Wanita PUS No Pernyataan Dukungan Sosial
Jawaban
Total
Ya Tidak
n % n % n %
1 Mertua ikut menentukan jumlah anak
dalam keluarga anda 59 96,7 2 3,3 61 100,0 2 Pihak keluarga mengharapkan jenis
kelamin tertentu dalam keluarga anda 41 67,2 20 32,8 61 100,0 3 Ada peraturan jumlah anak yang
ditanggung biaya persalinannya di lingkungan pekerjaan anda
49 80,3 12 19,7 61 100,0 4 Anda menerima informasi dari teman
sekerja atau pihak keluarga tentang pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan
43 70,5 18 29,5 61 100,0 5 Ada jenis alat kontrasepsi tertentu
(59)
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan mertua ikut menentukan jumlah anak dalam keluarga responden yang mendukung sebanyak 59 orang (96,7%) dan yang tidak mendukung sebanyak 2 orang (3,3%), berdasarkan pihak keluarga mengharapkan jenis kelamin tertentu dalam keluarga responden yang mendukung sebanyak 41 orang (67,2%) dan yang tidak mendukung sebanyak 20 orang (32,8%), berdasarkan peraturan jumlah anak yang ditanggung biaya persalinannya di lingkungan pekerjaan responden yang mendukung sebanyak 49 orang (80,3%) dan yang tidak mendukung sebanyak 12 orang (19,7%), berdasarkan menerima informasi dari teman sekerja atau pihak keluarga tentang pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan responden yang mendukung sebanyak 43 orang (70,5%) dan yang tidak mendukung sebanyak 18 orang (29,5%), berdasarkan jenis alat kontrasepsi tertentu yang dianjurkan oleh pihak keluarga kepada responden sebanyak 43 orang (70,5%) dan yang tidak mendukung sebanyak 18 orang (29,5%).
Tabel 4.12 Distribusi Dukungan Sosial Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Dukungan Sosial f %
1 Mendukung 47 77,0
2 Tidak mendukung 14 23,0
Jumlah 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.12 mayoritas dukungan sosial responden tentang pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB adalah mendukung yaitu sebesar 47 orang (77,0%) dan yang tidak mendukung sebanyak 14 orang (23,0%).
(60)
4.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No
Pernyataan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
Jawaban
Total
Ya Tidak
n % n % n %
1 Ibu merencanakan jumlah anak
yang diinginkan 26 42,6 35 57,4 61 100,0
2 Ibu ikut menentukan jarak
kelahiran anak 58 95,1 3 4,9 61 100,0
3 Ibu ikut dalam pengambilan keputusan dalam pemilihan kontrasepsi
60 98,4 1 1,6 61 100,0 4 Suami anda menyerahkan
sepenuhnya pemilihan alat kontrasepsi pada anda
28 45,9 33 54,1 61 100,0 5 Wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi saat sekarang 28 45,9 33 54,1 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan responden merencanakan jumlah anak yang diinginkan yang terpenuhi sebanyak 26 orang (42,6%) dan yang tidak terpenuhi sebanyak 35 orang (57,4%), berdasarkan penentuan jarak kelahiran anak yang terpenuhi sebanyak 58 orang (95,1%) dan yang tidak terpenuhi sebanyak 3 orang (4,9%), berdasarkan pernyataan pengambilan keputusan dalam pemilihan keputusan dalam pemilihan kontrasepsi yang terpenuhi sebanyak 60 orang (98,4%) dan yang tidak terpenuhi sebanyak 1 orang (1,6%), berdasarkan suami responden menyerahakan sepenuhnya pemilihan alat kontrasepsi kepada responden yang terpenuhi sebanyak 28 orang (45,9%) dan yang tidak terpenuhi sebanyak 33 orang (54,1%), berdasarkan penggunaan kontrasepsi saat
(61)
sekarang yang terpenuhi sebanyak 28 orang (45,9%) dan yang tidak terpenuhi sebanyak 33 orang (54,1%).
Tabel 4.14 Distribusi Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
f %
1 Terpenuhi 28 45,9
2 Tidak terpenuhi 33 54,1
Jumlah 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.14 mayoritas pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS adalah tidak terpenuhi yaitu sebesar 33 orang (54,1%) dan yang tidak terpenuhi sebanyak 33 orang (54,1%).
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen (pengetahuan, sikap, tingkat pendapatan, status wanita dalam keluarga, dukungan suami, dukungan sosial) dengan variabel dependen yaitu pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur yang bekerja di RSU Materna Medan.
4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.15 Hubungan Pengetahuan dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Pengetahuan
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi
dalam ber-KB pada Wanita PUS Jumlah
p Terpenuhi Tidak Terpenuhi
f % f % f %
Baik 18 60,0 12 40,0 30 100,0
0,030
Tidak Baik 10 32,3 21 67,7 31 100,0
(62)
Berdasarkan Tabel 4.15 terlihat bahwa dari 30 orang responden yang berpengetahuan baik sebanyak 12 orang (40,0%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak terpenuhi dan sebanyak 18 orang (60,0%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Sedangkan dari 31 orang responden yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 21 orang (67,7%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak terpenuhi dan sebanyak 10 orang (32,3%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,030 < 0,05, artinya ada hubungan antara variable pengetahuan dengan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS yang bekerja di RSU Materna Medan.
4.3.2 Hubungan Sikap dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.16 Hubungan Sikap dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Sikap
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
p Terpenuhi Tidak Terpenuhi Jumlah
f % f % f %
Baik 27 58,7 19 41,3 46 100,0
0,0001
Tidak baik 1 6,7 14 93,3 15 100,0
Berdasarkan Tabel 4.16 terlihat bahwa dari 46 orang responden yang bersikap baik sebanyak 19 orang (41,3%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak terpenuhi dan sebanyak 27 orang (58,7%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Sedangkan dari 15 orang responden yang bersikap tidak baik sebanyak 14 orang (93,3%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak terpenuhi dan sebanyak 1 orang (6,7%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Hasil
(63)
variabel pengetahuan dengan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS yang bekerja di RSU Materna Medan.
4.3.3 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.17 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pemenuhan Hak-hak
Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tingkat Pendapatan
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi
dalam ber-KB pada Wanita PUS Jumlah
p Terpenuhi Tidak Terpenuhi
f % f % f %
Baik 26 53,1 23 46,9 49 100,0
0,023
Kurang 2 16,7 10 83,3 12 100,0
Berdasarkan Tabel 4.17 terlihat bahwa dari 49 orang responden yang mempunyai tingkat pendapatan baik sebanyak 23 orang (46,9%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak terpenuhi dan sebanyak 26 orang (53,1%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Sedangkan dari 12 orang responden yang mempunyai tingkat pendapatan tidak baik sebanyak 10 orang (83,3%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak terpenuhi dan sebanyak 2 orang (16,7%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,023 < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel tingkat pendapatan dengan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS yang bekerja di RSU Materna Medan.
(64)
4.3.4 Hubungan Status Wanita dalam Keluarga dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.18 Hubungan Status Wanita dalam Keluarga dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Status Wanita Dalam Keluarga
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi
dalam ber-KB pada Wanita PUS Jumlah
p Terpenuhi Tidak Terpenuhi
f % f % f %
Baik 27 45,0 33 55,0 60 100,0
0,274
Tidak Baik 1 100 0 0,0 1 100,0
Berdasarkan Tabel 4.18 terlihat bahwa dari 60 orang responden yang status wanita dalam keluarga baik sebanyak 33 orang (55,0%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak terpenuhi dan sebanyak 27 orang (45,0%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Sedangkan dari 1 orang responden yang status wanita dalam keluarga tidak baik seluruhnya pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,274 > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara variabel status wanita dalam keluarga dengan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS yang bekerja di RSU Materna Medan.
4.3.5 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.19 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Dukungan Suami
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada
Wanita PUS Jumlah
p Terpenuhi Tidak
Terpenuhi
f % f % f %
Mendukung 27 52,9 24 47,1 51 100,0
(1)
96
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)