telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tetapi belum menopause BkkbN, 2011.
2.4 Keluarga Berencana 2.4.1 Pengertian Keluarga Berencana
Adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas BkkbN, 2011.
2.4.2 Jarak Kehamilan
Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 30 tahun hanya sekitar 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi. Sedangkan
kehamilan berlangsung selama 40 minggu, dengan perhitungan bahwa satu bulan berumur 28 hari. Menurut Manuaba 1998 untuk mendorong kesehatan reproduksi
yang optimal ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Kehamilan sebaiknya dengan interval lebih dari 2 tahun.
2. Jangan hamil sebelum berumur 20 tahun atau setelah 35 tahun. 3. Jumlah kehamilan, kelahiran 2 sampai 3 orang mempunyai optimalisasi
kesehatan.
2.4.3 MenghentikanMengakhiri KehamilanKesuburan
Usia istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah memiliki 2 orang anak. Alasan mengakhiri kesuburan adalah :
1. Karena alasan medis dan alasan lainnya, ibu di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamiltidak punya anak lagi.
2. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap. 16
Universitas Sumatera Utara
3. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai resiko kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.
2.4.4 Pemilihan Metode Kontrasepsi
Tidak ada satupun metode yang aman dan efektif bagi semua klien. Oleh karena itu berbagai faktor harus dipertimbangkan, seperti status kesehatan, efek
samping potensial, konsekuensi kegagalan dan kehamilan yang tidak diinginkan, rencana besarnya jumlah keluarga, persetujuan pasangan, norma budaya dan
lingkungan Pinem, 2009. 2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Hak-Hak Reproduksi
dalam ber-KB pada Wanita PUS
Memiliki anak merupakan salah satu cara untuk memenuhi kewajiban dalam budaya reproduksi. Menanamkan konsep pada kaum perempuan bahwa mengandung
dan melahirkan anak adalah kewajiban, tanpa diimbangi dengan hak dan juga pilihan lainnya. Di banyak negara berkembang, bahkan keputusan untuk menggunakan
kontrasepsi pun bukan merupakan keputusan perempuan, meskipun pada akhirnya yang menggunakan adalah perempuan itu sendiri Mohamad, 1998. Hal ini berkaitan
dengan kesehatan seorang wanita yang tergambar dari perilaku hidup sehat yang diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berhubungan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme orang, namun dalam memberikan respon
sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang bersangkutan. 17
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang membedakan tersebut disebut dengan determinan perilaku yang dibedakan menjadi dua, yaitu : faktor internal tingkat kecerdasanpengetahuan,
tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya dan faktor eksternal lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, masyarakat dan sebagainya.
Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya,
dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan. Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatan mempelajari perilaku adalah sangat
penting, karena pendidikan kesehatan berfungsi sebagai media atau sarana untuk merubah perilaku individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma
hidup sehat Notoatmodjo, 2003. Lawrence Green 1980 seperti dikutip Notoatmodjo 2003 menyatakan,
terdapat 3 faktor yang mendasari perilaku pasien yaitu presdiposing, enabling, dan reinforcing. Faktor predisposing meliputi pengetahuan dan sikap pasien yang
merupakan kognitif domain yang mendasari terbentuknya perilaku baru. Hal lain dari faktor ini adalah tradisi, sistem nilai, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor enabling
mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan, berupa peraturan prosedur tetap dan kesempatan pemberian informasi. Faktor reinforcing
meliputi dukungan keluarga, lingkungan dan perilaku petugas kesehatan. Dalam penelitian ini diambil faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB adalah faktor predisposing yaitu pengetahuan, sikap, tingkat pendapatan, status wanita dalam keluarga, dan faktor
Universitas Sumatera Utara
reinforcing yaitu dukungan suami, dan dukungan sosial, sedangkan untuk faktor enabling tidak termasuk karena responden adalah pekerja di fasilitas kesehatan
Rumah Sakit itu sendiri.
2.5.1 Pengetahuan