BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Termoplastik Elastomer TPE adalah plastik yang dapat melunak apabila dipanaskan dan akan kembali kebentuk semula ketika dalam keadaan dingin juga dapat
didaur ulang dengan pemanasan. TPE semakin populer karena mempunyai beberapa kelebihan diantaranya dapat memperoleh sifat yang diinginkannya berdasarkan dari
kegunaannya. Pembuatan TPE berbasis karet alam atau karet sintetis berpotensi dalam peningkatan sifat-sifat dari bahan yang akan dihasilkan, yang mana dapat mengubahnya
menjadi barang jadi dan penggunaannya dapat diperluas Nakason, 2006.
Campuran paduan dua atau lebih polimer telah menjadi fenomena penting pada tahun-tahun terakhir untuk mendapatkan suatu bahan dengan sifat-sifat tertentu seperti
sifat mekanik, fisik, termal dan kemampuan proses yang baik yang tidak ditemukan dari masing-masing komponen. Paduan antara termoplastik dengan karet-elastomer dapat
menghasilkan suatu material yang disebut termoplastik elastomer TPE Halimatuddahliana, 2003.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Charoen Nakason, dkk 2006. Dimana vulkanisasi termoplastik berdasarkan pada campuran karet alampolietilena densitas
tinggi dengan menggunakan pengkompatibilizer. Dikumil peroksida DCP memiliki pengaruh besar pada stabilitas serbuk limbah ban yang menyebabkan pembesaran dan
intensitas pembentukan kopolimer sehingga meningkatkan adhesi antar muka antara serbuk limbah ban dan matriks Polyetilen PE Nakason, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Polietilen PE adalah salah satu polimer terbesar diproduksi. Selain ringan, mudah dibentuk, cukup keras, tahan goresan, tahan terhadap zat kimia dan sedikit sekali
menyerap air, sifatnya yang transparan dan tembus cahaya. PE memiliki kekuatan benturan yang tinggi dan tahan terhadap pelarut organik pada suhu 60
C. Adanya beraneka ragam produk bahan polietilen disebabkan karena polimer ini dapat kompatibel
dengan sejumlah bahan aditif sehingga polimer ini dapat menyambung 22 berat permintaan termoplastik di dunia. Kelemahan polietilen adalah pada suhu rendah akan
rapuh, dan dalam keadaan murni pada suhu -30 C mudah pecah, kaku, mudah retak,
kurang stabil terhadap pemanasan, mempunyai tegangan tensile yang rendah, mudah terdegradasi oleh zat pengoksida seperti asam nitrat dan hidrogen peroksida Rusdi,
2008. Keunggulan TPE yang dibuat dari proses pencampuran suatu elastomer dan
termoplastik adalah sifat yang dinginkan dapat ditentukan dengan memilih komponen elastomer dan plastik pada perbandingan rasio pencampuran yang sesuai. Banyak
kombinasi termoplastik dan elastomer yang sudah komersial, diantaranya adalah campuran polyethylene-ethylene-propilene-diene monomer PEEPDM. Namun EPDM
relatif lebih mahal dibandingkan dengan karet alam, sehingga dipelajari kemungkinan mengganti EPDM dengan karet alam. Pencampuran PE dan karet alam diyakini lebih
ekonomis dan mempunyai kekuatan tarik yang tinggi dibandingkan PEEPDM Baharuddin, 2009.
TPE adalah kelas polimer yang menggabungkan bahan pengolahan termoplastik dengan kerja fungsional dari elastomer konvensional. Selama empat dekade terakhir,
perkembangan TPE telah memperoleh banyak perhatian disektor ilmu polimer dan teknologi. Saat ini TPE telah menjadi salah satu kelas polimer yang memiliki tingkat
yang sangat tinggi dalam kepentingan komersial. Faktor-faktor utama yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan yang berkelanjutan mencakup peracikan sederhana, cepat
fabrikasi dimana bahan tersebut dapat diolah kembali dan mudah untuk didaur ulang Pongdhorn, 2009.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Siriwardena, 2003. Dimana kajian terhadap lengkungan aliran dan rekahan leburan ekstruder menunjukkan peningkatan
Universitas Sumatera Utara
suhu pengekstruderan telah meningkatkan kekuatan leburan dari bahan komposit pada kadar ricih yang rendah Siriwardena, 2003.
Laboratorium kami telah memfokuskan perhatian pada perkembangan teknologi untuk secara aktif mendaur ulang limbah karet. Daur ulang limbah karet memerlukan
teknik khusus, karena limbah karet yang merupakan bahan termoset, yang tidak dapat diproses ulang seperti termoplastik. Pemanfaatan serbuk karet ini adalah salah satu proses
yang paling baik untuk pemanfaatan yang efektif. Cara yang paling menjanjikan untuk mendaur ulang limbah karet adalah dengan proses termoplastik agar dapat memperoleh
TPE. Namun, adhesi antara limbah karet dan campuran polimer biasanya sangat lemah karena struktur ikat silang dari limbah karetnya. Untuk memecahkannya, beberapa upaya
dilakukan untuk memproduksi TPE yaitu dengan menambahkan peroksida kedalam karetnya Zhang, 2008.
Salah satu contoh TPE yang sangat populer pada saat ini adalah TPE poliolefin yang didasarkan pada etilen-propilena-diena-monomer EPDM atau modifikasikannya.
Blend NR dan termoplastik sekarang menjadi perhatian, termoplastik yang digunakan seperti polipropilena, HDPE, LDPE, dimana mempunyai beberapa keunggulan sifat,
seperti tahan terhadap hantaman, tahan terhadap bahan kimia dan stabilitas panas yang baik Nakason, 2006.
Awang, 2007, penelitian telah mencampurkan campuran HDPE bekas dengan vulkanisir ban bekas dengan penambahan dikumil peroksida dan N,N-m-
phenylenebismaleimide HVA-2 sebagai zat pengikat silang, dimana menunjukkan bahwa perbandingan campuran 7030 memiliki kekuatan tarik yang paling optimum dan
campuran tersebut terdistribusi dengan baik dan hanya terjadi interaksi fisik antara komponen penyusunan campuran Awang, 2007.
Berdasarkan uraian diatas maka dianggap perlu melakukan penelitian tentang Studi Pembuatan Plastik Elastomer dari HDPE Bekas dan Ban Bekas sebagai Pengisi
dengan Penambahan Dikumil Peroksida sebagai Inisiator dan Divinil Benzena sebagai Pengikat Silang. Peneliti ingin menekiti sifat mekanik, morfologi dan sifat termal
termoplastik elastomer dari campuran HDPE bekas dan Vulkanisir Ban bekas menggunakan alat ekstruder dengan penambahan DKP sebagai inisiator dan penambahan
DVB sebagai pengikat silang.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Permasalahan