Permasalahan Tujuan Penelitian. Hipotesis Manfaat Penelitian.

Dari sekitar 23 SD di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, SD Gunong Kleng, SD Meureubo dn SD Pasie Pinang yang merupakan SD dengan persentase kecacingan paling tinggi, Dari 208 murid SD yang diperiksa terdapat 60 murid yang terinfeksi cacing Laporan P2M Puskesmas Meurebo, 2008. Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada 3 SD diketahui bahwa banyak anak-anak SD yang bermain tanpa memakai sandalsepatu, memakan makanan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan, memiliki kuku yang kotor, serta memakan jajanan yang kurang terjaga kebersihannya. Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengetahui ”Pengaruh perilaku higienitas pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap kejadian kecacingan pada murid SD di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pngaruh perilaku higienitas pengetahuanm sikap dan tindakan terhadap kejadian kecacingan pada murid SD di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010”.

1.3. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh perilaku higienitas pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap kejadian kecacingan pada murid SD di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010. Universitas Sumatera Utara

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh perilaku higienitas pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap kejadian kecacingan pada murid SD di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010.

1.5. Manfaat Penelitian.

a. Dinas Kesehatan Sebagai bahan masukan dalam perencanaan upaya konkrit dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan penyakit kecacingan. b. Puskesmas Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan dalam usaha pencegahan dan cara pengobatan yang berhubungan dengan penyakit kecacingan c. Masyarakat Sebagai tambahan informasi dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan melalui penambahan wacana personal hygiene dalam pencegahan infeksi kecacingan. d. Peneliti Menambah wawasan dalam usaha pencegahan maupun pengobatan serta melaksanakan berbagai program pemberantasan penyakit kecacingan khususnya pada murid SD. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Kecacingan Infeksi cacingan adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan minuman atau melalui kulit dimana tanah sebagai media penularannya yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides, cacing cambuk Trichuris trichuria, dan cacing tambang Ancylostoma duodenale dan Necator americanus Jawetz et al, 1996. Infeksi cacingan banyak terdapat pada ank usia sekolah dasar, yang didalam usus anak terdapat satu atau beberapa jenis cacing yang merugikan pertumbuhan dan kecerdasan anak. 2.1.1. Infeksi Cacing yang ditularkan melalui tanah Soil-Transmited Helminths a. Cacing Gelang Ascaris lumbricoides Manusia merupakan satu-satunya hospes cacing ini. Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan cacing betina 22-35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus,Gambaran umum siklus hidup cacing Ascaris lumbricoides dapat dilihat pada gambar berikut ini : Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. Siklus hidup Ascaris lumbricoides Keterangan : 1. Cacing dewasa hidup di saluran usus halus, seekor cacing betina mampu menghasilkan telur sampai 240.000 perhari yang akan keluar bersama feses. 2. Telur yang sudah dibuahi mengandung embrio dan menjadi infective setelah 18 hari sampai beberpa minggu di tanah. 3. Tergantung pada kondisi lingkungan kondisi optimum, lembab, hangat, tempat teduh 4. Telur infective tertelan 5. Masuk ke usus halus dan menetas mengeluarkan larva yang kemudian menembus mucosa usus, masuk kelemjar getah bening dan aliran darah dan terbawa sampai ke paru-paru Universitas Sumatera Utara 6. Larva mengalami pendewasaan di dalam paru-paru 10 –14, menembus dinding alveoli, naik ke saluran pernafasan dan akhirnya terlelan kembali. Ketika mencapai usus halus, larva tumbuh menjadi cacing dewasa. Waktu yang diperlukan mulai tertelan telur infeksi sampai menjadi cacing dewasa sekitar 2 sampai 3 bulan. Cacing dewasa dapat hidup 1 sampai 2 tahun dalam tubuh Bruckner , 2006

b. Trichuris trichiura Cacing Cambuk

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

2 68 89

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 17

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 2

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 8

PERILAKU MENCUCI TANGAN DAN KEJADIAN KECACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

0 0 12

KASUS KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN MENTEWE, KABUPATEN TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2010

0 0 10

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI 27 MATARAM - Repository UNRAM

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA MENCUCI TANGAN DENGAN TINGKAT KEJADIAN INFEKSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI 27 MATARAM, KECAMATAN MATARAM, KABUPATEN KOTA MATARAM - Repository UNRAM

0 1 15

B AB I PENDAHULUAN - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA MURID PAUD DI KECAMATAN KURIPAN KABUPATEN LOMBOK BARAT - Repository UNRAM

1 1 111

PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT USAHA TANI (JITUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN MEUREBO KABUPATEN ACEH BARAT

0 0 45