4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi asal Sekolah Dasar, Kelas, umur dan jenis kelamin. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Murid SD Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.
No Karakteristik Responden Jumlah
n Persentase
Sekolah Dasar 1
SD N Gunong Kleng 2
SD N Meureubo 3
SD N Pasie Pinang 53
42 39
39,6 31,3
29,1
Total
134 100,0 Kelas
1 Kelas V
2 Kelas VI
63 71
47,0 53,0
Total 134 100,0
Umur Responden 1 10
Tahun 2 11
Tahun 3 12
tahun 4 13
tahun 32
36 62
4 23,9
26,9 46,3
3,0
Total 134 100,0
Jenis Kelamin Responden 1 Laki-laki
2 Perempuan 74
60 55,2
44,8
Total 134 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui mayoritas responden berasal dari SDN N Gunong Kleng yaitu sebanyak 53 orang 39,6, mayoritas adalah murid kelas
VI yaitu 71 orang 53,0, dan berusia 12 tahun yaitu sebanyak 62 orang 46,3, dan mayoritas adalah laki-laki yaitu sebanyak 74 orang 55,2.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Analisa Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi variabel independen yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan responden serta hasil pemeriksaan feses responden.
4.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan responden dalam penelitian ini didasarkan pada skala ordinal dari 10 pertariyaan dengan alternatif jawaban benar dan salah. Hasil penelitian dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan pada Murid SD Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.
No Indikator Pengetahuan
Benar n
Salah n
1 Infeksi kecacingan dapat terjadi pada orang dewasaanak-anak
28 20,9 106 79,1 2 Telur cacing masuk ke tubuh melalui makanan tidak
sehat 28 20,9 106 79,1
3 Buang tinja sembarangan dapat sebarkan telur cacing di tanah
53 39,6 81 60,4 4 Dalam lingkungan kotor terdapat banyak telur cacing
36 26,9 98 73,1 5 Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh telur
cacing 40 29,9 94 70,1
6 Anak yang cacingan menyebabkan anak malas 45 33,6 89 66,4
7 Tidak pakai alas kaki keluar rumah akan terinfeksi kecacingan
47 35,1 87 64,9 8 Penyakit kecacingan dapat sebabkan kekurangan gizi
36 26,9 98 73,1 9 Air yang tercemar tinja adalah salah satu penyebab
kecacingan 30 22,4 104 77,6
10 Buang air besar di Jamban yang bersih akan cegah kecacingan
51 38,1 83 61,9
Berdasarkan Tabel 4.2. di atas diketahui mayoritas responden salah menjawab tentang kelompok individu yang berisiko terhadap terjadinya kecacingan, dan media
Universitas Sumatera Utara
infeksi kecacingan masing-masing yaitu sebanyak 106 orang 79,1. Mayoritas responden juga salah menjawab juga salah menjawab bahwa penyebab infeksi
kecacingan adalah telur cacing yaitu sebanyak 94 orang 70,1, demikian juga mayoritas responden salah menjawab bahwa air yang tercemar tinja adalah salah satu
penyebab kecacingan yaitu sebanyak 104 orang 77,6. Berdasarkan nilai dari setiap pembobotan pada indikator pengetahuan, maka
variabel pengetahuan dikategorikan menjadi 1 baik jika responden memperoleh skor 17 -20, 2 sedang, jika responden memperoleh skor 13-16, dan 3 kurang, jika
responden memperoleh skor 10 - 12. Hasil kategorisasi variabel pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Pengetahuan pada Murid SB Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat
No Pengetahuan Jumlah
n Persentase
1 Baik 27
20,1 2 Sedang
12 9,0
3 Kurang 95
70,9
Total 134
100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 95 orang 70,9,
responden dengan pengetahuan sedang sebanyak 12 orang 9,0, dan responden dengan pengetahuan baik sebanyak 27 orang 20,1,
Universitas Sumatera Utara
4.3.2. Sikap
Sikap dalam penelitian ini juga didasarkan pada skala ordinal dari 10 sepuluh pertanyaan dengan alternatif jawaban setuju, kurang setuju dan tidak setuju,
Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Sikap pada Murid SD Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat
No Indikator Sikap
Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju
n n
n
1 Anak-anak mudah terkena kecacingan 1
0,7 39 29,1 94 70,1 2 Anak-anak harus mencuci tangan setelah buang
air besar 82 61,2 41 30,6 11 8,2
3 Harus mencuci tangan sebelum makan 22 16,4 34 25,4 78 58,2
4 Buang air besar pada tempatnya mempakan salah satu upaya pencegahan kecacingan
41 30,6 28 20,9 65 48,5 5 Dampak kecacingan adalah perut buncit,
sering mengantuk, dan malas belajar 27 20,1 38 28,4 69 51,5
6 Kuku yang panjang sebaiknya di potong dan bersih
68 50,7 52 38,8 14 10,4 7 Memakai sandal ketika sedang main
14 10,4 55 41,0 65 48,5 8 Mernasukkan tangan ke mulut ketika sedang
bermain adalah perilaku yang tidak baik 29 21,6 32 23,9 73 54,5
9 Obat cacing sebaiknya diberikan 6 bulan sekali 14 10,4 32 23,9 88 65,7
10 Air minum sebaiknya dimasak sebelum di minum
36 26,9 39 29,1 59 44,0
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas diketahui bahwa mayoritas responden tidak setuju jika anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang berisiko terkena infeksi
kecacingan yaitu sebanyak 94 orang 70,1, mayoritas responden tidak setuju jika buang air besar pada tempatnya merupakan salah satu cara pencegahan infeksi
kecacingan yaitu sebanyak 65 orang 48,5, dan mayoritas juga tidak setuju jika
Universitas Sumatera Utara
mernasukkan tangan ke mulut ketika bermain adalah perilaku yang tidak baik yaitu sebanyak 73 orang 54,5.
Mayoritas responden setuju jika anak-anak harus mencuci tangan setelah buang air besar yaitu sebanyak 82 orang 61,2, dan setuju jika kuku yang panjang
sebaiknya dipotong dan dibersihkan. Berdasarkan nilai dari setiap pembobotan pada indikator sikap, maka variabel
tindakan dikategorikan menjadi 1 baik jika responden memperoleh skor 23 -30, 2 sedang, jika responden memperoleh skor 16-22, dan 3 kurang, jika responden
memperoleh skor 10-15. Hasil kategorisasi variabel sikap dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Sikap pada Murid SD Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.
No Sikap Jumlah
n Persentase
1 Baik 26
19,4 2 Sedang
41 30,6
3 Kurang 67
50,0
Total 134
100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai sikap yang kurang yaitu sebanyak 67 orang 50,0,
responden dengan sikap sedang sebanyak 41 orang 30,6, dan responden dengan pengetahuan baik sebanyak 26 orang 19,4.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3. Tindakan
Tindakan dalam penelitian ini juga didasarkan pada skala ordinal dari 10 sepuluh pertanyaan dengan alternatif jawabanya, kadang-kadang dan tidak. Hasil
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Tindakan pada Murid SD Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.
No Indikator Tindakan
Ya n
Kadang -
kadang n
Tidak n
1 Setiap mau makan mencuci tangan 72
53,7 39 29,1 23 17,2 2 Selesai buang air besar juga mencuci tangan
79 59,0 46 34,3
9 6,7
3 Setiap sele§ai bermain mencuci tangan 18
13,4 40 29,9 76 56,7 4 Setiap bermain menggunakan alas kaki
30 22,4 25 18,7 79 59,0
5 Setiap 6 bulan sekali minum obat cacing 3
2,2 27 20,1 104 77,6
6 Jajan di luar sekolah 4
3,0 49 36,6 81 60,4
7 Memotong kuku jika sudah panjang 58
43,3 47 35,1 29 21,6 8 Mernasukkan tangan kedalam mulut ketika
bermain 25 18,7 29
21,6 80 59,7 9 Mandi setelah bermain
42 31,3 38 28,4 54 40,3
10 Selalui minum air yang sudah dimasak 69
51,5 41 30,6 24 17,9
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diketahui bahwa mayoritas responden sudah mencuci tangan ketika mau makan, dan selesai buang air besar masing-masing 72
orang 53,7, dan 79 orang 59,0, mayoritas responden juga sudah memotong kuku yang sudah panjang dan selalu minum air yang sudah dimasak masing-masing
58 orang 43,3, dan 69 orang 51,5. Mayoritas responden juga masing kadang- kadang jajan di luar sekolah yaitu sebanyak 49 orang 36,6. Selain itu mayoritas
responden juga masih belum minum obat cacing setiap 6 bulan sekali yaitu sebanyak
Universitas Sumatera Utara
104 orang 776, dan masih mernasukkan tangan ke dalam mulut ketika bermain yaitu sebanyak 80 orang 59,7.
Berdasarkan nilai dari setiap pembobotan pada indikator tindakan, maka variabel tindakan dikategorikan menjadi 1 baik jika responden memperoleh skor 23
-30, 2 sedang, jika responden memperoleh skor 16-22, dan 3 kurang, jika responden memperoleh skor 10-15, seperti pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Tindakan pada Murid SD Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat
No Tindakan Jumlah
n Persentase
1 Baik 22
16,4 2 Sedang
37 27,6
3 Kurang 75
56,0 Total
134 100,0
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai tindakan yang kurang yaitu sebanyak 75 orang 56,0,
responden dengan tindakan sedang sebanyak 37 orang 27,6, dan responden dengan tindakan baik sebanyak 22 orang 16,4.
4.3.4. Variabel Kejadian Kecacingan
Kejadian kecacingan dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya murid SD terinfeksi dengan telur cacing yang diindikasikan dari pemeriksaan feses murid SD.
Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.8
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Kecacingan pada Murid SD Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.
No Kejadian Kecacingan
Jumlah n
Persentase
1 Positif 7 4
55,2 2 Negatif
60 44,8
Total 134
100,0
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas diketahui, bahwa mayotitas responden positif mengalami kecacingan yaitu sebanyak 74 orang 55,2, dan 60 orang lainnya
44,8 dinyatakan tidak mengalami kecacingan. 4.3.5. Prevalensi Rate Infeksi Cacing berdasarkan Jenis Cacing
Prevalensi Rate infeksi cacing berdasarkan jenis cacing yang menginfeksi anak SD yang terjadi terdiri dari tiga jenis cacing yaitu A.lumbricoides, T.trichiura
dan N.americanus. Distribusi frekuensi jenis infeksi cacing seperti pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Distribusi Prevalensi Rate Infeksi Cacing pada Murid SD Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.
No Jenis Infeksi Cacing
Jumlah n
Prevalensi Rate
1 A.Lumbricoides AL
53 39,6
2 T.Trichiura TT
12 9,0
3 N.Americanus HW
0.0 4 Campuran
AL-TT 9
6,7 5 Infeksi
Negatif 60
57.7
Total 134
100
Berdasarkan Tabel 4.9. di atas, diketahui bahwa dari 74 murid SB yang positif terinfeksi kecacingan terdapat 39,6 menderita infeksi tunggal cacing Ascaris
Lumbricoides, 9,0 infeksi Trichuris trichiura, dan 6,7 infeksi campuran.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan proporsi antara variabel independen dengan dependen dan dianalisis keeratan hubungannya secara
statistik dengan menggunakan uji chi square pada taraf kepercayaan 95. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.8, Tabel 4.9 dan Tabel 4.10.
4.4.1. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Kecacingan pada Murid SD Tabel 4.10 Tabulasi Silang Variabel Pengetahuan dengan Kejadian Kecacingan
pada Murid SD Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.
0,033 1,615
Kejadian Kecacingan Positif Negatif
Total No.
Pengetahuan
n n n
Nilai Sig.
Rasio Prevalens
1 Kurang + Sedang 64 59,8
43 40,2
107 100
2 Baik 10 37,0
17 63,0 27 100
signifikan pada taraf kepercayaan 95 dan dapat diikutsertakan dalam analisis multivariat
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik 63,0 tidak mengalami kecacingan, sedangkan responden dengan
pengetahuan yang kurang dan sedang 40,2 mengalami kecacingan. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan
kejadian kecacingan pada Murid SD dengan nilai p=0,033 p0,05, dan dengan rasio prevalens sebesar 1,615.
Universitas Sumatera Utara
4.4.2. Hubungan Sikap dengan Kejadian Kecacingan pada Murid SD Tabel 4.11. Tabulasi Silang Variabel Sikap dengan Kejadian Kecacingan pada
Murid SD Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.
0,002 2,195
Kejadian Kecacingan Positif Negatif
Total No.
Sikap
n n n
Nilai Sig.
Rasio Prevalens
1 Kurang + Sedang 67 61,5
42 38,5
109 100
2 Baik 7 28,0
18 72,0 25 100
signifikan pada taraf kepercayaan 95 dan dapat diikutsertakan dalam analisis multivariat
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas diketahui bahwa responden dengan sikap kategori baik terdapat 72,0 tidak mengalami kecacingan, sedangkan responden
dengan sikap yang kurang dan sedang 61,5 mengalami kecacingan. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara sikap dengan kejadian
kecacingan pada Murid SD dengan nilai ?=0,002 p0,05, dan dengan rasio prevalens sebesar 2,195.
4.4.3. Hubungan Tindakan dengan Kejadian Kecacingan pada Murid SD Tabel 4.12 Tabulasi Silang Variabel Tindakan dengan Kejadian Kecacingan
pada Murid SD Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.
0,001 2,195
2,711
Kejadian Kecacingan Positif Negatif
Total No.
Tindakan
n n n
Nilai Sig.
Rasio Prevalens
1 Kurang + Sedang 69 61,6
43 38,4
112 100
2 Baik 5 22,7
17 77,3 22 100
signifikan pada taraf kepercayaan 95 dan dapat diikutsertakan dalam analisis multivariat
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas diketahui bahwa responden dengan tindakan kategori baik terdapat 77,3 tidak mengalami kecacingan, sedangkan responden
Universitas Sumatera Utara
dengan tindakan yang kurang dan sedang 61,6 mengalami kecacingan. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara tindakan dengan kejadian
kecacingan pada Murid SD dengan nilai p=0,001 p0,05, dan dengan rasio prevalens sebesar 2,711.
4.5. Analisa Multivariat