Analisa Multivariat Kejadian Kecacingan pada Murid SD di Kecamatan Meurebo

dengan tindakan yang kurang dan sedang 61,6 mengalami kecacingan. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara tindakan dengan kejadian kecacingan pada Murid SD dengan nilai p=0,001 p0,05, dan dengan rasio prevalens sebesar 2,711.

4.5. Analisa Multivariat

Analisis multivariat dalam penelitian ini adalah kelanjutan dari analisis bivariat yang ditujukan untuk mengetahui variabel paling dominan memengaruhi kejadian kecacingan. Syarat variabel yang dapat diikutsertakan dalam analisis multivariat adalah variabel yang mempunyai nilai p0,25 pada analisis bivariat, dan variabel dependen merupakan dikotomi kategori. Uji statistik yang digunakan dalam analisis multivariat ini adalah uji regresi logistik ganda pada taraf kepercayaan 95 dengan menggunakan metode forward stepwise. Berdasarkan hasil analisis bivariat secara keseluruhan perilaku hiegynietas pengetahuan, sikap dan tindakan dapat dimasukkan sebagai kandidat untuk analisis uji regresi logistik karena mempunyai nilai p0,25. Hasil uji regresi logistik ganda dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda No Variabel B BExp P Nilai CI 95 1 Sikap - 1,177 5,380 0,020 0,114-0,833 2 Tindakan -1,483 7,007 0,008 0,076 - 0,680 Konstanta 3,310 Over All Percentage 65,70 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.13 di atas, diketahui variabel tindakan merupakan variabel paling dominan memengaruhi kejadian kecacingan pada murid SD dengan nilai B exp sebesar 7,007, ?=0,008 dan nilai over all percentage sebesar 65,70. Berdasarkan masing-masing nilai B exp maka dapat diketahui probabilitas murid SD mengalami kecacingan, adalah sebagai berikut: Berdasarkan persamaan probabilitas murid SD mengalami kecacingan akan meningkat jika salah satu diantara variabel yang memengaruhinya termasukkategori kurang. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Kejadian Kecacingan pada Murid SD di Kecamatan Meurebo

Kejadian kecacingan pada Murid SD dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya infeksi cacing secara kuantitatif berdasarkan pemeriksaan feses sewaktu dengan metode Kato Katz, yang diklasifikasikan berdasarkan intensitas infeksi. Hasil penelitian menunjukkan 55,2 murid SD di tiga SD Negeri di Kecamatan Meureubo positif mengalami kecacingan yaitu sebanyak 74 orang 55,2, yang terdiri dari 39,6 menderita infeksi tunggal cacing Ascaris Lumbricoides, 9,0 infeksi Trichuris trichiura, dan 6,7 infeksi campuran. Hal ini mengindikasikan bahwa angka prevalensi infeksi kecacingan pada pada Murid SD di Kecamatan Meureubo sangai tinggi dibandingkan dengan standar yang diharusnya hanya boleh 2. Penyebab tingginya angka kecacinganya dapat disebabkan oleh faktor individu murid SD seperti kebersihan diri status gizi anak SD dan fakior orang tua seperti upaya menjaga kesehatan diri anaknya. Penelitian Andrade 2001 bahwa prevalensi infeksi STHs 65 dengan intensitas infeksi berat 8,5, ditemukan 16 anak wasted dan 27 unuk stunted. Anak yang terinfeksi cacing biasanya mengalami penurunan nafsu makan, sehingga terjadi penurunan berat badan, gangguan pertumbuhan dan penurunan daya tahan tubuh. Universitas Sumatera Utara Penelitian Calender 1992, yang dikutip Nurlila 2002 menunjukan bahwa anak-anak dengan sindroma disentri karena trichuiris mempunyai tinggi badan dan tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibanding kelompok kontrol. Penelitian Ginting 2005 pada anak SD di Kabupaten Langkat tahun 2005 menemukan 77,6 anak SD positif terinfeksi kecacingan. Hasil Survey Dinas Kesehatan Sumatera Utara pada anak SD di KabupatenKota tahun 2005 menunjukkan angka rata-rata infeksi kecacingan 49,2. Hasil penelitian Pasaribu pada anak SD di Kabupaten Karo tahun 2004 menunjukkan angka 91,3 yang positif infeksi kecacingan. Infeksi cacing menyebabkan penderitanya kurang nafsu makan, sehingga akan menurunkan masukan gizi, berikutnya dapat mengganggu saluran cerna, gangguan pada absorpsi makanan sehingga zat gizi akan banyak yang hilang. Banyaknya zat gizi yang hilang maka akan mcngakibatkan malnturisi, anemia dan defesiensi gizi. Malnutrisi akan menyebabkan rendahnya cadangan tenaga atau energi dan tingkat kesegaran jasmani sehingga akan menurunkan produktifitas terutama pada orang •dewusa, yang pada akhirnya akan mengurangi pendapatan. Dengan kurangnya pendapatan maka akan mengurangi akses untuk mendapatkan makanan. Oieh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa kejadian infeksi cacing dapat memperburuk tingkat kemiskinan dan malnutrisi, sedangkan kemiskinanan dan malnutrisi akan menambah beratnya infeksi, Selain itu infeksi kecacingan dapat disebabkan oleh faktor ekonomi keluarga. Menurut Hotez. et.al 2003 bahwa status sosioekonomi di area pinggiran kota Universitas Sumatera Utara maupun pedesaan tidak ada hubungan yang konsisten. Namun menurut Brown 1979 dalam Ginting 2005 bahwa kondisi ekonomi yang buruk merupakan faktor yang menguntungkan untuk penyebaran penyakit cacingan. Anak-anak secara sosial ekonomi masih tergantung pada orang tua dan menjadikan mereka sebagai contoh dalam berperilaku, sehingga tingkat pendidikan, pengetahuan dan sosial ekonomi orang tua juga memiliki pengaruh terhadap perilaku anak-anak. Faktor ekonomi orang tua yang rendah atau kemiskinan akan berdampak terhadap keadaan sanitasi lingkungan perumahan. Kemiskinan didefmisikan sebagai suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Kemiskinan bukan semata-mata kekurangan dalam ukuran ekonomi, tapi juga melibatkan kekurangan dalam ukuran lingkungan dan kebudayaan serta kejiwaan. Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orangtua untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan. Sehingga anak yang miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi untuk hampir semua penyakit Wachidanijah, 2004. Upaya yang dapat dilakukan adalahrmelalui pemberdayaan masyarakat miskin dengan program berbasis ekonomi kerakyatan seperti program kemandirian masyarakat, sehingga masyarakat dapat berdikari dan mampu meningkatkan perekonomian keluarga dan akhirnya akan memenuhi kebutuhan kesehatan termasuk kebutuhan akan rumah yang sehat dan lingkungan perumahan sehat. Universitas Sumatera Utara

5.2. Pengaruh Pengetahuan Murid SD terhadap Kejadian Kecacingan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

2 68 89

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 17

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 2

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 8

PERILAKU MENCUCI TANGAN DAN KEJADIAN KECACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

0 0 12

KASUS KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN MENTEWE, KABUPATEN TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2010

0 0 10

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI 27 MATARAM - Repository UNRAM

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA MENCUCI TANGAN DENGAN TINGKAT KEJADIAN INFEKSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI 27 MATARAM, KECAMATAN MATARAM, KABUPATEN KOTA MATARAM - Repository UNRAM

0 1 15

B AB I PENDAHULUAN - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA MURID PAUD DI KECAMATAN KURIPAN KABUPATEN LOMBOK BARAT - Repository UNRAM

1 1 111

PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT USAHA TANI (JITUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN MEUREBO KABUPATEN ACEH BARAT

0 0 45