yang dipersamakan dengan itu. Dengan demikian tabungan merupakan dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dengan sifat-sifat sebagai berikut :
a. simpanan pihak ketiga;
b. penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati;
c. penarikannya hanya dapat dilakukan dengan mendatangi kantor bank atau alat yang
disediakan untuk keperluan tersebut; d.
penarikannya tidak dapat dilakukan dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya yang sejenis;
e. penarikannya tidak boleh melebihi jumlah tertentu, sehingga menyebabkan saldo
tabungan lebih kecil dari pada saldo minimum, kecuali penabung tidak akan melanjutkan tabungannya;
f. penyetoran dan pengembalian tabungan dilakukan oleh penabung dengan cara mengisi
slip penyetoran dan pengembalian tabungan, dimana bentuk dan isinya ditetapkan oleh bank yang bersangkutan;
g. penabung diberi bunga sebagai imbalannya, yang diperhitungkan setiap akhir bulantahun
yang bersangkutan dan dibukukan pada awal bulantahun berikutnya; h.
penyetorannya dapat dilakukan secara tunai maupun melalui cara-cara lainnya.
63
B. Syarat Sahnya Pembebanan Simpanan dalam bentuk Perjanjian Bank
Lembaga perbankan adalah lembaga keuangan yang menjadi perantara antara pihak yang mempunyai kelebihan dana surplus of funds dengan pihak yang membutuhkan atau kekurangan
dana lacks of funds, tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit dalam menjalankan kegiatan usaha atau operasionalnya.
Bank sebagai lembaga kepercayaan adalah maksud dan tujuan, serta dasar dan sifat umum dari lembaga perbankan.tanpa adanya kepercayaan tersebut mustahil lembaga perbankan
63
Ibid, hal. 233.
dapat berdiri tegak. Sifat ini perlu dipahami semua agar dapat melihat, memahami, dan mendudukan lembaga perbankan dalam proporsi yang sebenarnya.
Oleh karena itu, hal yang harus dijaga agar industri perbankan tetap eksis adalah menciptakan landasan utama hubungan antara bank dengan masyarakat berdasarkan prinsip
kepercayaan fiduciary relationship. Prinsip tersebut diperlukan dalam hubungan timbal balik. Demikian juga pada saat masyarakat menyimpan dananya atau meminta layanan jasa-jasa
perbankan harus percaya bahwa dana yang disimpan pada bank tidak hilang atau pemanfaatan jasa-jasa perbankan oleh masyarakat dapat terlaksana dengan baik dan menguntungkan. Dengan
demikian guna mencegah terjadinya perbuatan yang merugikan suatu pihak atau perbuatan wanprestasi ingkar janji maka dibuatlah suatu perjanjian antara bank dengan masyarakat atau
nasabah menyangkut simpanan.
64
Suatu bentuk perjanjian bank dengan nasabah penyimpan disebut perjanjian simpanan. Dalam hukum Perdata, figur perjanjian simpanan akan menjadi persoalan hukum tersendiri
karena tidak terdapat kejelasan mengenai peraturan dan identitas hukumnya. Perjanjian simpanan tidak identik dengan perjanjian dan juga tidak dapat dibatalkan
sebagai perjanjian tidak bernama ontenoemdeovereenkomst, innominaat contracten.
65
Dalam setiap produk bank selalu terdapat ketentuan-ketentuan yang ditawarkan oleh bank. Dengan adanya persetujuan dari nasabah terhadap formulir perjanjian yang dibuat oleh
bank, berarti nasabah telah menyetujui hal isi serta maksud perjanjian dengan demikian berlaku facta sunt servanda, yaitu perjanjian tersebut mengikat kedua belah pihak sebagai undang-
undang. Azas ini terdapat dalam Pasal 1338 KUHPerdata.
64
Try Widiyono, Op.Cit, hal. 13.
65
Tan Kamello, Op.Cit, hal. 23.
Azas kebebasan berkontrak tersebut tidak berarti para pihak bebas untuk melakukan perjanjian apa saja menurut kepentingan dan kehendak para pihak tersebut. Kebebsan
sebagaimana diutarakan di atas, dibatasi oleh ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu sebagai berikut :
66
1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri
Sepakat mereka yang mengikat dirinya mengandung makna bahwa para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau ada persesuaian kemauan atau saling menyetujui
kehendak masing-masing, yang dilahirkan oleh pihak dengan tiada paksaan, kekeliruan dan penipuan. Persetujuan mana dapat dinyatakan secara tegas maupun secara diam-diam.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Pada umumnya orang dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum apabila ia sudah dewasa, artinya umur 21 tahun atau sudah kawin walaupun belum berumur 21 tahun.
Menurut ketentuan Pasal 1330 KUH Perdata yang dikatakan tidak cakap membuat perjanjian adalah :
a. Orang yang belum dewasa;
b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;
c. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang telah dilarang
membuat perjanjian tertentu. 3.
Suatu hal tertentu
66
R. Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Syarat ketiga untuk sahnya perjanjian yaitu bahwa suatu perjanjian harus mengenai suatu hal tertentu yang merupakan pokok perjanjian yaitu obyek perjanjian. Berdasarkan
Pasal 1333 ayat 1 dan 2 KUH Perdata, disebut bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya, dan tidaklah menjadi
halangan bahwa jumlah barang tidak ditentukan, asal saja jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau dihitung. Selanjutnya di dalam Pasal 1334 KUH Perdata dinyatakan pula
bahwa barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari dapat menjadi pokok suatu perjanjian ialah barang-barangbenda yang sudah ada maupun barangbenda yang masih akan
ada. 4.
Suatu sebab yang halal Suatu sebab atau causa yang halal yang dimaksud Pasal 1320 KUH Perdata
bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan atau yang mendorong orang membuat perjanjian melainkan sebab dalam arti “isi perjanjian itu sendiri” yang
menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak, apakah bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan atau tidak. Akibat hukum perjanjian yang berisi causa yang
tidak halal ialah “batal”. Dengan demikian tidak ada dasar untuk menuntut pemenuhan perjanjian di muka hakim, karena sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian.
Demikian juga apabila perjanjian yang dibuat itu tanpa causa, maka dianggap tidak pernah ada Pasal 1335 KUH Perdata.
Syarat pertama dan kedua menyangkut subyek, sedangkan syarat ketiga dan keempat mengenai obyek. Terdapatnya cacat kehendak keliru, paksaan, penipuan atau
tidak cakap untuk membuat perikatan, mengenai subyek mengakibatkan perjanjian dapat
dibatalkan. Sementara apabila syarat ketiga dan keempat mengenai obyek tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.
Pada dasarnya hubungan hukum antara bank dengan nasabah adalah hubungan yang bersifat kontraktual yang berdasarkan pada hukum perjanjian. Hubungan hukum antara
nasabah dengan bank terjadi setelah kedua belah pihak menandatangani perjanjian untuk memanfaatkan produk jasa yang ditawarkan bank. Dengan adanya persetujuan dari nasabah
terhadap formulir perjanjian yang dibuat oleh bank, berarti nasabah telah menyetujui isi serta maksud perjanjian dan demikian berlaku facta sun servanda yaitu perjanjian tersebut
mengikat kedua belah pihak sebagai undang-undang. Azas ini terdapat dalam pasal 1338 KUHPerdata.
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih Pasal 1313 BW. Pengertian perjanjian
ini mengandung unsur : a.
Perbuatan Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang Perjanjian ini lebih tepat jika
diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum, karena perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang memperjanjikan;
b. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih
Untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang saling berhadap- hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocokpas satu sama lain. Pihak
tersebut adalah orang atau badan hukum. c.
Mengikatkan dirinya
Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada akibat hukum yang muncul
karena kehendaknya sendiri. Bank harus memperhatikan apakah nasabah yang akan melakukan perjanjian terhadap
bank tersebut telah memenuhi syarat kecakapan. Selain itu, perjanjian harus dibuat dengan adanya kesepakatan para pihak, para pihak yang akan menentukan hal-hal apasaja yang akan
diperjanjikan. Setiap perjanjian atau kontrak harus memperhatikan syarat-syarat sahnya perjanjian
seperti yang telah diuraikan di atas, tidak terkecuali terhadap perjanjian yang dilakukan oleh nasabah dan bank. Baik perjanjian-perjanjian yang berbentuk formulir-formulir atau aplikasi-
aplikasi yang diisi oleh nasabah dan disetujui oleh bank.
C. Berakhirnya Pembebanan Simpanan Dalam Perjanjian Bank