dibuat, serta bisa saling mendukung dengan pesan dan resputasinya masing-masing.
m. Meningkatkan Minat Pelanggan
Sejumlah pelanggan mungkin tidak berminat mencoba suatu merek atau produk tertentu. Tetapi dengan melakukan co-branding dengan pihak atau
merek lain, pelanggan yang tadinya tidak tertarik, mungkin jadi berminat untuk mencoba merek atas produk tersebut.
3. Risiko dalam Co-branding
Adapun risiko-risiko dalam co-branding www.marketing.co.id, 28 Nopember 2010 antara lain :
a. Kerakusan terhadap uang
Seringkali dalam kegiatan co-branding, ada pihak yang terlalu memfokuskan diri pada keuntungan finansial yang akan didapat, tanpa
memperhatikan kepentingan kerja sama yang terjalin. Suatu kerja sama haruslah dibina dengan baik, terutama dalam co-branding, bukan untuk
sementara saja. Bila masing-masing pihak tidak berpikir untuk kepentingan dan reputasi jangka panjang, dan hanya mementingkan diri
sendiri untuk kepentingan finansial yang besar dan cepat saja, maka co- branding bisa menjadi bumerang masing-masing pihak.
b. Perbedaan Corporate Personality
Perusahaan-perusahaan yang melakukan co-branding haruslah dapat bekerjasama dengan baik. Bila masing-masing mempunyai gaya, atau
personality yang berbeda, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila tidak, maka co-branding tidak akan berlangsung dengan baik.
c. Perubahan Status Finansial Partner
Bila salah satu pihak mengalami krisis dalam hal finansial, atau lebih buruk lagi, mengalami kebangkrutan, maka hal ini dapat menjadi masalah
dalam kerja sama co-branding yang sudah terjalin. d.
Merger atau Takeover Bila salah satu pihak melakukan merger atau diambil alih oleh pihak lain
yang tidak terlibat dalam co-branding, hal itu dapat menimbulkan masalah pada kerja sama co-branding yang sudah dibuat. Kesepakatan co-
branding, bisa gagal dan tidak dapat dilanjutkan karena kebijakan- kebijakan yang mungkin berubah.
e. Perubahan pada Perilaku Pasar
Kita hidup di zaman yang senantiasa berubah. Walaupun co-branding, telah berjalan baik, masing-masing pihak haruslah jeli dalam mempelajari
pasar. Bila perilaku pasar mendadak berubah atau pesaing lain masuk ke dalam pasar, ini dapat menjadi ancaman serius.
f. Risiko Kehilangan Identitas
Perusahaan yang melakukan co-branding, mungkin saja dapat menjadi kehilangan identitas aslinya di mata pelanggan. Dalam co-branding, dua
perusahaan mungkin bisa dilihat menjadi satu perusahaan dengan satu identitas di mata pelanggan. Jadi suatu perusahaan dapat mengalami
perubahan image atau identitas di mata pelanggan.
g. Perubahan Positioning Partner
Jika pemilik merek memutuskan untuk mengubah positioning atau strategi yang berhubungan dengan target market-nya, ini akan menjadi masalah
bagi partner co-branding-nya. h.
Kegagalan Memenuhi Target Jika salah satu partner merasa kerja sama co-branding yang dilakukan
gagal mencapai targetnya, maka akan datang risiko kerja sama itu bakal dihentikan.
i. Terciptanya “Single Brand”
Apabila pelanggan mulai melihat kedua brand sebagai satu brand, maka itu merupakan masalah besar yang membutuhkan tidakan cepat untuk
mengembalikan situasi seperti semula.
2.2. Penelitian Terdahulu
Adiwijaya 2003 melakukan penelitian dengan judul “Analisa Kemampuan Co-branding Ades dengan Coca – Cola Dalam Meningkatkan Citra
Produk AMDK-nya Ditinjau Dari Kinerja Atribut – Atribut Produk Studi Eksperimen Mahasiswa Jurusan Manajemen”. Penelitian ini meneliti kegiatan co-
branding antara PT Ades Alfindo Putra Setia Tbk Ades dengan PT Coca Cola Indonesia Tbk Coca – Cola, yang menghasilkan produk Air Mineral Dalam
Kemasan AMDK bermerek Ades. Hasil dari studi eksperimen ini menghasilkan penilaian sikap responden negatif. Sehingga dapat diketahui bahwa kinerja atribut
– atribut produk AMDK Ades tidak dapat memenuhi harapan responden. Dan