g. Perubahan Positioning Partner
Jika pemilik merek memutuskan untuk mengubah positioning atau strategi yang berhubungan dengan target market-nya, ini akan menjadi masalah
bagi partner co-branding-nya. h.
Kegagalan Memenuhi Target Jika salah satu partner merasa kerja sama co-branding yang dilakukan
gagal mencapai targetnya, maka akan datang risiko kerja sama itu bakal dihentikan.
i. Terciptanya “Single Brand”
Apabila pelanggan mulai melihat kedua brand sebagai satu brand, maka itu merupakan masalah besar yang membutuhkan tidakan cepat untuk
mengembalikan situasi seperti semula.
2.2. Penelitian Terdahulu
Adiwijaya 2003 melakukan penelitian dengan judul “Analisa Kemampuan Co-branding Ades dengan Coca – Cola Dalam Meningkatkan Citra
Produk AMDK-nya Ditinjau Dari Kinerja Atribut – Atribut Produk Studi Eksperimen Mahasiswa Jurusan Manajemen”. Penelitian ini meneliti kegiatan co-
branding antara PT Ades Alfindo Putra Setia Tbk Ades dengan PT Coca Cola Indonesia Tbk Coca – Cola, yang menghasilkan produk Air Mineral Dalam
Kemasan AMDK bermerek Ades. Hasil dari studi eksperimen ini menghasilkan penilaian sikap responden negatif. Sehingga dapat diketahui bahwa kinerja atribut
– atribut produk AMDK Ades tidak dapat memenuhi harapan responden. Dan
dapat diketahui bahwa co-branding antara Ades dengan Coca – Cola tidak mampu meningkatkan citra produk AMDK-nya ditinjau dari atribut – atribut produk.
Widyastuti 2010 melakukan penelitian yang berjudul ”Analisis Persepsi Konsumen terhadap Strategi Bauran Pemasaran pada Restoran Kentucky Fried
Chicken KFC Cabang Helvetia Medan”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi konsumen dengan menganalisa bauran pemasaran KFC cabang Helvetia
Medan yang terdiri dari produk, harga, tempat, dan promosi serta untuk mendapatkan bukti empiris persepsi konsumen terhadap strategi bauran
pemasaran pada restoran KFC Cabang Helvetia Medan. Hasil penelitan diperoleh bahwa variabel produk dengan indikator kualitas produk merupakan satu-satunya
indikator yang memiliki persepsi konsumen yang ”Sangat Baik” yakni sebesar 4.31, sedangkan indikator lainnya hanya memiliki persepsi konsumen yang
”Baik”. Variabel produk memiliki persepsi konsumen yang paling baik dibandingkan dengan variabel harga, tempat, dan promosi. Persepsi konsumen
terhadap strategi bauran pemasaran KFC Helvetia Medan tergolong baik dan positif.
2.3. Kerangka Konseptual
Secara etimologi persepsi berasal dari bahasa latin perception yang berarti menerima atau mengambil. Persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai
stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna Ferrinadewi, 2008:42. Persepsi konsumen terhadap kualitas adalah penilaian
konsumen secara menyeluruh terhadap kinerja produk atau jasa Ferrinadewi, 2008:61.
Co-branding penggabungan merek merupakan tindakan menggunakan nama merek terkenal dari dua perusahaan yang berbeda atas produk yang sama
Kotler dan Amstrong, 2001:363. Co-branding adalah fenomena baru dalam dunia pemasaran, dimana dua perusahaan atau lebih bergabung dan melakukan
segala macam aktivitas untuk memberikan nilai tambah atas produk hasil co- branding tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara skematis sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual
Sumber : Ferrinadewi 2008:42 dan Kottler Amstrong 2001:363
diolah penulis.
2.4. Hipotesis