Latar Belakang Masalah Deskripsi Pertunjukan Duanu Oleh Sanggar Latah Tuah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN Suska)

xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara pada dasarnya merupakan daerah yang multikultural sehingga sangat banyak sekali ragam budaya yang bisa dirasa. Kegiatan seperti menampilkan pertunjukan budaya yang disajikan dalam bentuk Teater bisa membantu masyarakat umum dan sistem pemerintahan Kota Medan dalam hal pelestarian budaya di Medan, Sumatera Utara. Teater berasal dari kata ‘teatron’ Bahasa Yunani artinya tempat melihat Romawi, auditoturium; tempat mendengar. Atau area yang tinggi tempat meletakkan sesajian untuk para dewa. Teater bisa juga diartikan mencakup gedung, pekerja pemain dan kru panggung sekaligus kegiatannya isi pentas-peristiwanya. Sementara itu, ada juga yang mengartikan teater sebagai semua jenis dan bentuk tontonan seni pertunjukan tradisional-rakyat-kontemporer, baik di panggung tertutup maupun di arena terbuka. Jika peristiwa penonton mencakup “Tiga Kekuatan” pekerja-tempat-penikmat, atau ada “Tiga Unsur” bersama-saat-tempat maka peristiwa itu adalah Teater. N.Riantiarno 2011 : 01 . Teater adalah multi arts atau seni campuran, dimana semua unsur-unsur seni yang lain seperti sastra, rupa termasuk arsitektur , musik dan gerak tari berbaur dan saling menunjang didalamnya, hingga tercipta sebuah karya seni yang disebut teater. Teater juga merupakan seni yang mengutamakan kerja sama bukan berarti kerja kolektif sehingga masalah kedudukan tidak terstruktur seperti satu garis komando Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xv dari atas ke bawah, seperti struktur dalam ketentaraan. Perlu juga diketahui bahwa kerja sama di sini berarti kebersamaan, yaitu komitmen setiap pendukungnya melalui komunikasi yang bebas dan terbuka untuk menciptakan sebuah karya seni yang handal. Evfhan Fajarullah 2009 : 05 . Teater kampus bukan sekadar ekstrakulikuler yang hanya menjadi kongkow- kongkow dan untuk tempat melampiaskan hobi. Apalagi menjadi arena ‘play group’. Justru, para pelakunya bisa lebih kreatif dan produktif daripada seniman ‘taman budaya’. Aktor teater, memiliki kemampuan imajinasi dan siasat yang cerdas untuk berhadapan dengan sistem akademik yang ketat dan kaku. Seorang aktor, bisa leluasa berkreasi meskipun dalam ruang gerak dan waktu yang sempit. Ia bisa lahir dan tumbuh dimana saja. Nano Riantiarno juga membenarkan, bahwa “Kampus Universitas adalah rahim yang subur bagi aktivitas Teater”. 1 Berkenaan dengan Temu Teater Mahasiswa Nusantara yang ke-XI dan Kota Medan sebagai Tuan Rumah sebagai wadah untuk mencurahkan segala aktifitas seni itu dan beberapa Teater Mahasiswa Nusantara dari berbagai daerah mulai dari Sabang sampai Merauke sehingga penulis tertarik untuk mengkaji Pertunjukan ‘Duanu’ oleh Sanggar Latah Tuah yang mengangkat kehidupan atau problematika dilema suku laut masyarakat Riau, maka penulis menulis tentang “Deskripsi Pertunjukan Duanu Oleh Sanggar Latah Tuah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim UIN SUSKA Riau Sebagai Pembahasan penulis yang mengangkat sebuah perjalanan tentang kisah nyata keadaan suku Laut ‘Duanu’ di Daerah Indragiri Riau yang kini menjadi trend topik munculnya kedilemaan masyarakat, maka sekumpulan Mahasiswa dari Sanggar Latah 1 Kutipan dari buku Raja Tebalek “18 Tahun Teater ‘O’ USU” Halaman 4 dalam Proses Kelahiran Hadir dan Ada Bukan Sekadar Datang dan Bernafas Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xvi Tuah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim UIN SUSKA Riau ini menampilkan pertunjukan ‘Duanu’. 2 Banyak dari mereka yang tidak menuturkan bahasa Duanu lagi, karena salah satunya bukanlah orang laut. Hal ini menyebabkan anak-anak mereka tidak lagi menggunakan bahasa tersebut dalam keseharian. Akibatnya, hanya orang-orang tua saja yang masih menggunakan dan memahami bahasa Duanu, sementara yang lainnya Duanu, sebagai salah satu suku yang masuk dalam komunitas adat terpencil KAT kini tengah berada dalam kedilemaan. Bahasa dan budaya mereka telah perlahan mulai terkikis oleh zaman. Ancaman hilangnya bahasa dan budaya Duanu ini merupakan sebuah persoalan serius. Bahasa Duanu merupakan satu-satunya ciri khas agar mereka diakui sebagai salah satu KAT Komunitas Adat Terpencil. Jika bahasa mereka punah, maka Duanu tidak bisa lagi disebut sebagai KAT, karena akan sama dengan komunitas Melayu lainnya. Kekhawatiran bahwa suatu saat Duanu tak bisa lagi diakui sebagai etnik yang spesifik, karena sudah tidak memiliki bahasa yang menunjukkan bangsa. Mereka masih mengaku orang Duanu, tetapi tidak mampu lagi berbicara menggunakan bahasa mereka sendiri. Tidak sedikit pula dari mereka yang hanya bergantung kepada laut, padahal katanya laut dipercayai sebagai sumber penghidupan sepanjang usia. Suku yang merupakan bagian dari sejarah Indonesia sebagai negara kepulauan ini, mulai meninggalkan kebudayaan mereka. Orang-orang Duanu melakukan perkawinan campuran dengan suku lainnya sebagai bentuk keterbukaan. 2 Dessy Wahuni, 2013. Dalam Dilema Duanu. Riau Pekanbaru. Balai Bahasa Riau. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xvii hanya mendengar sesekali, mengerti tetapi tidak bisa mengucapkannya, bahkan tidak memahaminya sama sekali, meskipun keturunan Duanu. 3 Alat Musik yang digunakan sebagai pendukung pertunjukan ini, seperti: gitar chordophone, djimbe membranophone, biola chordophone, kompang membranophone, watersound idiophone yang dibuat dari bambu yang diisi kacang Dahulu, Adanya Mantra dan nyanyian biasanya mengawali tradisi menongkah menangkap kerang di hamparan padang lumpur dengan menggunakan sebilah papan. Namun, tradisi ini sudah tidak ditemukan lagi. Menurut mereka, sebagai umat muslim, mereka hanya meminta kepada Tuhan Yang Esa dengan membaca basmalah. Memang hal ini sangat dianjurkan dalam ajaran Islam, tetapi apa yang mereka lakukan sehari-hari bertentangan dengan ajaran tersebut, yakni minum tuak sebagai tradisi sebelum menongkah. Mereka menganggap dengan minum tuak sebelum berangkat mencari kerang, badan akan terasa lebih kuat dan mampu melawan dingin, karena mereka akan bergelut dengan lumpur dan air laut. Dan sekarang tradisi itu telah hilang. Munculnya dilema-dilema itu karena Abrasi, percampuran budaya, hilangnya bahasa adalah persoalan yang menjadi pembahasan, sekumpulan Mahasiswa dari Sangar Latah Tuah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Uin Suska Riau ini mengemas dilema duanu menjadi satu pertunjukan dalam bentuk Teater yang disajikan dalam Temu Teater Mahasiswa Nusantara XI di Medan yang bertujuan untuk memperkenalkan Duanu pada Nusantara sebagai bentuk Empati bahwa sebenarnya suku laut Duanu yang didalamnya memilii kebudayaan yang layak dipertahankan. 3 Muhammad Amin.2013. Duanu Yang Terancam Punah : Kumpulan Karya Jurnalistik Rida Awards 2013. Yayasan Sagang. Pekanbaru. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xviii ijo, serta batok kelapa sebagai metronom idiophone dan tambahan dari vokalis yang mengisi lagu dan suara latar pertunjukan. 4

1.2. Pokok Permasalahan