BAGIAN PERTAMA Naskah Pertunjukan Duanu

DUANU Oleh Muhammad Rezza Akmal Sanggar Latah Tuah UIN SUSKA Riau Prolog Jika Malam Berganti Pagi, Pagi Berganti Siang Berganti Sore Berganti Lagi Ke Malam. Dalam Pergantian-Pergantian Itulah Aku Bercengkrama Dengan Waktu. Lalu Ketika Dunia Terlahir Dengan Sebuah Ledakan Besar, Pada Saat Itulah Begitu Banyak Terjadi Perubahan. Bertahan Atau Pergi Dalam Kegundahan Yang Tiada Henti.

1. BAGIAN PERTAMA

Panggung Seakan Ruang Hampa. Hanya Beberapa Level Yang Disusun Agak Tinggi Dibelakang Dan Diatasnya Samar-Samar Terlihat Seorang Wanita Tidak Terlalu Tua Dan Muda Yang Sedang Mengandung Tua Dan Rasa-Rasanya Telah Waktunya Untuk Melahirkan. Lama Kelamaan Perut Itu Semakin Sakit, Sakit Dan Sakit Seakan-Akan Bayi Itu Tak Sabar Lagi Untuk Lahir Kedunia Ini, Rasa Sakit Dan Teriakan-Teriakan Lirih Mengantarkan Betapa Beratnya Perjuangan Ibu Untuk Melahirkan Seorang Anak. Akhirnya Dengan Teriakannya Yang Magis Ditambah Alunan Music Sakral Menambah Kemantapan Proses Kelahiran Tersebut Hingga Akhirnya Dengan Teriakan Antara Kelahiran Dan Kematian Itu Memunculkan Banyak Sekali Orang. Dengan Gerak Kelahiran Yang Akhirnya Membuat Sebuah Gerakan Indah Lalu Seperti Terkena Kejutan-Kejutan Dunia Yang Begitu Luar Biasa Lalu Mereka Kembali Lagi Seperti Awal Sesuai Dengan Fase Perkembangan Kehidupan Manusia Yang Tumbuh Besar Kemudian Kembali Sebaliknya. Keterangan Alur Musik: SCENE HEADING SCENE NUMBER DIRECTION Universitas Sumatera Utara Musik 1 OPENING Musik Suasana Ceria Instrument : Gitar – Biola – Djimbe dengan tempo standart. Musik 2 Musik Suasana Tegang – Aktor Melahirkan Suatu Peradaban Instrument : Gitar - Biola – Djimbe dengan tempo cepat Musik 3 Musik Suasana tegang – Masuk nya penari kontemporer. Instrument : Djimbe – Metronom – Water Sound dengan tempo melambat cepat-– cepat melambat – fade out. Actor 1 seorang pemuda penari konteporer - menjeritkan dilema duanu. : “Sesetia kesetianmu menanti, merasuk sukma melebur kedalam diri hingga pada akhirnya yang kau nanti itupun datang. Datang dengan tidak membawa harap yang kau inginkan. Selalu kami ingat apa yang kau slalu nyanyikan pada saat kau menidurkan kami. Dahulu kita adalah perompak yang berkelana di lautan. Telah bertahun-tahun bahkan berabad-abad kita hidup di lautan. Laut adalah jiwa dan naluri kemanusiaan kita...” Musik 4 Musik Suasana tegang Instrument : Djimbe dengan ketukan ¼ Actor 2 seorang wanita penari kontemporer menjeritkan dilema duanu. PARENTETHICAL CHARACTER DIALOGUE Universitas Sumatera Utara : “Hidup Di Atas Perahu Yang Terapung Berjalan Keluar Masuk Panggung Tanpa Ekspresi”. Musik 5 Musik Suasana Marah dan Tak beraturan Instrument : Metronom yang terbuat dari batok kelapa dengan free rhtym. Actor 3 seorang wanita penari kontemporer - menjeritkan dilema duanu. : “Berpindah-Pindah Dari Pulau Kepulau Berjalan Keluar Masuk Panggung Tanpa Ekspresi”. Musik 6 Musik Suasana Marah Benci dan Tak beraturan Instrument : Metronom yang terbuat dari batok kelapa dengan free rhtym Actor 4 seorang pemuda penari kontemporer – menjeritkan dilema duanu. : “Laut Sebagai Ladang Penghidupan Kami Berjalan Keluar Masuk Panggung Tanpa Ekspresi”. Musik 7 Musik Suasana Marah dan Tak beraturan Instrument : Metronom yang terbuat dari batok kelapa dengan free rhtym Actor 5 seorang pemuda penari kontemporer – menjeritkan dilema duanu : “Tidak Ingin Bergabung Dengan Suku-Suku Lain Berjalan Keluar Masuk Panggung Tanpa Ekspresi”. Musik 8 Musik Suasana Marah dan Tak beraturan Universitas Sumatera Utara Instrument : Metronom yang terbuat dari batok kelapa dengan free rhtym. Aktor-Aktor Yang Berada Di Atas Panggung Dengan Menggumam Kata2 Yang Mereka Katakan Tadi Kemudian Keluar Panggung Dan Kembali Masuk Kepanggung. Mereka Mengulang-Ulang Aktivitas Tersebut Sampai Actor 6 Selesai Berdialog. Musik 9 Masih mengikuti alur musik yang tadi dengan para penari masih berjalan tak beraturan. Instrument : Metronom yang terbuat dari batok kelapa dengan free rhtym. Actor 6 seorang pemuda penari kontemporer – masih menjeritkan dilema duanu. : “Itu Salah Besar Ya Di Sinilah Kami Tinggal Sekarang. Di Sebuah Desa Kecil Bernama Bekawan Ditepian Sungai Indragiri. Sesuai Dengan Nama Daerah Kami Bekawan, Kami Hidup Berdampingan Dengan Kawan-Kawan Dari Suku-Suku Lainnya. Dan Tinggal Di Atas Tiang-Tiang Penopang Rumah Kami, Di Mana Setiap Air Pasang Tiang-Tiang Itu Akan Tenggelam Bersama Duka Lara Kami”. Musik 10 Suasana Riuh – para penari kontemporer berjalan tak beraturan kesana kemari menjerit dilema dalam keramaian Instrument : Metronom yang semakin cepat dan perlahan kembali – WaterSound Setelah Berdialog Orang-Orang Yang Berada Di Dalam Panggung Membuat Sebuah Gerakan Kemudian Keluar. Black Out TRANSITION Universitas Sumatera Utara

2. BAGIAN KEDUA