Musik 17 Musik MANONGKAH KERANG ilustrasi para suku laut Duanu sedang
Manongkah Kerang Instrument : Biola – Gitar
- Djmbe rentak zapin – Vokal menyanyi lagu manongkah kerang.
Musik 18
Musik Riuh- masuk para penari kontemporer Instrument : Djimbe – Kompang - Biola – Gitar – Vokal
Musik 19
mengikuti gerakan para penari kontemporer Instrument : Djimbe – Kompang – Biola
Musik 20
mengikuti gerakan para penari kontemporer hingga penari berhenti Instrument : Vokal dengan mengucapkan Duanu Duanu Duanu Duanu Duanu -
Djimbe ketukan penghabisan.
Musik 21
Musik suasana pergantian setting Instrument : Biola – Gitar – Djimbe – Kompang
Black Out
3. BAGIAN KETIGA
Panggung Disulap Menjadi Sebuah Pelabuhan Kecil Dimana Terlihatlah Seorang Ibu-Ibu Tua Yang Sedang Duduk Menantikan Seseorang Yang Sangat Ia Rindukan.
Tiba-Tiba Datang Seorang Gadis Yang Merupakan Anaknya Lalu Menghampirinya.
Universitas Sumatera Utara
Musik 22
Musik suasana pelabuhan dan desir air Instrument : Water Sound
Wati : “Mencoba Menghibur Sudah Lah Mak, Sudah,, Laut Lepas Itu Akan
Sampai Pada Tepiannya Jika Telah Ditakdirkan Kepadanya Mak. Nah, Dari Pada Emak Terus-Terusan Duduk Ditepi Pelabuhan Ini, Lebih Baik Mak
Pulang Kerumah Mengambil Jaring Lalu Menyulamnya Mak”. Emak
: “Jauh Dipunggung Laut Sana, Emak Masih Melihatnya Saat Itu. Dia Pergi Dengan Kemarahan Dan Setelah Itu Ia Tak Pernah Pulang Lagi Untuk
Selamanya”. Wati
: “Iya Mak, Iya, Wati Masih Sangat Ingat ; Waktu Itu Wati Masih Berumur 16 Tahun Tepat Setelah Bang Sandi Dan Bang Herman Pergi Untuk Melanjutkan
Pendidikannya, Sekarang Kan Abang Sudah Menjadi Apa Yang Bapak Inginkan Mak, Bang Sandi Menjadi Abdi Negara Disebuah Kantor Di Kota
Sana, Sedangkan Bang Herman Menjadi Polisi Dan Sedang Bertugas Di Tanah Merah Mak”.
Emak : “Bapakmu Dulu Sangat Bersemangat Untuk Menyekolahkan Kedua
Abangmu Wati, Dari Itu Bapak Selalu Bekerja Keras Untuk Mendapatkan Biaya Agar Kedua Abangmu Bisa Melanjutkan Sekolahnya,, Tetapi Tak
Sanggup Menahan Air Mata”.
Musik 23
Musik suasana mengikuti ekspresi pemain Intrument : Water Sound – Biola – Gitar
Universitas Sumatera Utara
Wati : “Tetapi Apa Mak? Mak Selalu Menentang Keinginan Bapak Kan Dan
Bapak Pergi Meninggalkan Kita Karna Tak Sanggup Mendengarkan Ocehan Mak Setiap Harinya Kan?”.
Emak : “Diam Wati ” Wati
: “Diam Kata Mak ? Sudah Lama Sekali Wati Diam Dan Hanya Bisa Melihat Semu Pertengkaran Kalian Berdua”.
Emak : “Kau Tidak Tau Apa-Apa Wati ”.
Wati : “Ooohh Ya, Benar Wati Memang Tidak Tau Apa-Apa Mak. Sampai-Sampai
Wati Tidak Tau Kalau 4 Tahun Yang Lalu Tepat Di Pelabuhan Ini Mak Terakhir Kali Mengantar Bapak Untuk Melaut Dan Pada Saat Itu..”
Emak : “Emak Dan Bapak Bertengkar ”
Wati : “Oh Ya... Benar Sekali Mak, Kemudian Setelah Itu Bapak Pergi Dan Tidak
Kembali Lagi , Tidak Turut Larut Dalam Kesedihan Tetapi Tetap Tegar”. Emak
: “Dan Memang Harus Nya Dia Tidak Kembali Lagi. Bapakmu Itu Memang Keras Kepala, Sudah Berkali-Kali Mak Katakan Untuk Tidak Terlalu Serakah
Pada Alam, Ambillah Secukupnya Karena Kita Hanya Butuh Hidup, Hingga Akhirnya Iya Ditelan Gelombang-Gelombang Laut Itu Karena Memegang
Teguh Pendiriannya, Dasar Penghianat ”. Wati
: “Penghianat Kata Mak ? Yaa, Wati Ingat, Emak Sering Cerita Bahwa Dulunya Kita Bukanlah Seperti Nelayan Umumnya Yang Saat Malam Pergi
Melaut Dan Siang Pulang Kembali Kedaratan. Kita Adalah Nelayan Yang Pantang Pulang Kedaratan, Setiap Jengkal Kehidupan Kita Habiskan Dilaut.
Mulai Dari Fajar Menyingsing Hingga Matahari Menghilang Di Timur Cakrawala. Mulai Dari Makan Hingga Minum, Terbangun Hingga Terlelap.
Bahkan Untuk Bercinta Dan Melahirkan Sekalipun, Kita Lakukan Diatas Laut Diatas Perahu”.
Universitas Sumatera Utara
Wati : “Tetapi Sayang Sekali Mak.. Itu Dulu Mak, Dulu Sekali.. Mak Tidak Bisa
Begini Terus” Emak
: “Memang Harusnya Kita Seperti Yang Dulu Tanpa Larut Dalam Keadaan Ini”.
Wati : “Tidak Mak, wati Tidak Bisa Begini Terus, Emak Ingin Kembali Tinggal
Diatas Perahu Ditemani Gelombang-Gelombang Laut Yang Setiap Waktunya Akan Singgah Menghampiri Perahu Emak. Sudah Saatnya Kita Berkembang
Dari Suku Yang Dikatakan Orang Suku Pinggiran Dan Terbelakang, Wati Saja Sudah Jarang Mendengarkan Orang-Orang Laut Menggunakan Bahasa
Suku Laut Itu Sendiri. Itu Karna Orang-Orang Suku Laut Sendiri Terlalu Rendah Hati Dan Enggan Menggunakan Bahasa Yang Mereka Anggap Aneh.
Haaaah, Lah Tue Bengak Kepale Hotak Macam Batu”.
Musik 24
Musik suasana - mengikuti ekspresi pemain suasana dilema Instrument : Water Sound – Gitar – Biola
Emak Hanya Diam Mematung Teguh Pada Pendiriannya
Wati : “Selalu Saja Begitu Diam Ketika Wati Mengatakan Hal Yang Bertolak
Belakang Dengan Apa Yang Ada Dihati Mak. Mempertahankan Sesuatu Hal Yang Seharusnya Bisa Berkembang Menjadi Lebih Baik Mak. Hingga
Akhirnya Wati Yang Selalu Menjadi Saksi Atas Semua Ini”. Wati
: “Coba Mak Liat Tetangga Kita, Bang Iyan Yang Setiap Harinya Hanya Mabuk-Mabukan Saja, Berjudi Dan Main Wanita. Itu Karna Tidak Ada
Pengetahuan Dari Semua Hal Yang Dilakukannya. Akhirnya Apa, Akhirnya Iya Gila Dengan Kesenang-Senangannya”.
Universitas Sumatera Utara
Emak : “Dari Itulah Kita Tidak Memerlukan Semua Ini, Alam Yang Telah Menjadi
Tumpuan Kita Telah Lama Memberi Kita Kekuatan Untuk Hidup. Hidup Dalam Kebiasaan Bermakna Pada Setiap Hembusan Nafas. Kita Hanya Perlu
Mengambil Sedikit Kekuatan Dari Alam Kemudian Kita Akan Kembalikan Lagi Padanya”.
Wati : “Sudahlah Mak, Coba Saja Mak Sesekali Membuka Diri Untuk Dapat
Menerima Keadaan Disekitar, Mata Boleh Hanya Dua Tetapi Kita Bebas Untuk Memandang Apa Saja Yang Ada Disekitar Kita. Lihat Saja Anak-Anak
Yang Setiap Paginya Hanya Bermain Kelereng Sedangkan Anak-Anak Seumuran Mereka Sudah Seharusnya Mengenyam Bangku Pendidikan
Setidaknya Mereka Dapat Baca Tulis Sehingga Tidak Dibodoh-Bodohi Dengan Orang Yang Berpendidikan. Orang Pintar Saja Bisa Dibodoh-Bodohi
Dan Diperalat sekarang. Lalu, Gadis-Gadis Kampong Kita Hanya Menjadi Pekerja Malam Saja Mak Dikota Sana. Setiap Malamnya Menemani Laki-
Laki Yang Jauh Lebih Tua Darinya Setelah Itu Mendapat Uang Dan Digunakan Untuk Kebutuhan Hidup Mereka. Kemudian Orang Laut
Dikampung Kita Ini, Setelah Melaut Pada Malam Hari Dan Mendapatkan Uang Dari Hasil Tangkapan Mereka. Kemudian Uang-Uang Itu Akan Mereka
Gunakan Memenuhi Hasratnya Saja”.
Musik 25
Mengikuti ekspresi pemain masih suasana dilema Instument : Gitar – biola yang digesek putus-putus – Water Sound – Djimbe ketukan
11. Mak Hanya Tertawa Remeh Lalu Pergi Meninggalkan Wati
Wati : “Apa Yang Ada Dibenaknya Itu? Bertahan Pada Sesuatu Hal Yang Sudah
Pasti Termakan Oleh Waktu Atau Mungkin Itu Yang Menjadikan Sebuah Warna Pada Setiap Perbedaan Itu Dan Akan Menghasilkan Perpaduan Yang
Sangat Indah Seperti Pada Pelangi Yang Akan Timbul Setelah Hujan
Universitas Sumatera Utara
Berhenti. Tapi Apakah Itu Akan Terjadi Ketika Pada Suku Kami, Suku Duanu”.
Musik 26
Musik suasana dilema Instrument
: Biola – Gitar – Djimbe Menjadi Setengah Waras Dan Tetap Pada Ketegarannya
Wati : “Masih Tegar Dengan Rasa Yang Berkecamuk Didalam Diri Luka
Mengalir Dalam Diri Hingga Sampai Ke Nadi. Denyut Jantung Pun Tak Lagi Terasa Hadir Dalam Diri Yang Telah Lama Mati Ini. Dalam Luka Itu Aku
Terus Menyimpan Perih Ini. Kusimpan Dalam-Dalam Pada Malam Yang Sunyi Dan Biarlah Angin Laut Yang Mengabarkannya Betapa Kerasnya
Hatiku Tentang Rasa Ini Namun Terabai Pada Membatunya Hati Dan Fikirannya. Batu-Batu Yang Telah Kau Susun Rapat Dalam Diri Begitu
Kokoh Dan Dipenuhi Dengan Bara Api. Padaku Kau Curahkan Kemarahanmu Yang Tak Tentu Arah Itu. Salahkah Aku Bila Berharap Seperti
Yang Aku Inginkan, Kau Hancurkan Sejuta Impianku Pada Setiap Jaring Yang Kau Sulam Dengan Kemarahan Itu Lalu Kau Masukkan Aku Kedalam
Jaring-Jaring Kemarahanmu”. Menjadi Gila Karena Tak Sanggup Menahan Tekanan Batin Yang Sangat Dalam
Musik 27
mengikuti ekspresi pemain musik dilema Instrument : Gitar – Biola – Djimbe
Wati : “Menangis Lalu Tiba-Tiba Tertawa Aku Yang Slalu Ada Bersamamu,
Aku Yang Slalu Menemanimu Ketika Malam Datang Dan Pagi Menjelang. Tetapi Apa Kau Hancurkan Harap Yang Tlah Ku Tanam Sejak Lama. Aku
Universitas Sumatera Utara
Sudah Muak Dengan Semua Ini, Muak... Oooh Tuhan... Akankah Harus Pergi Atau Bertahan Dalam DILEMA Yang Terjadi”.
Musik 28 Musik Penutup MANONGKAH KERANG
Instrument : Djimbe – Kompang – Gitar – Biola SELESAI
3.3 Manajemen Produksi Pertunjukan Duanu