Deskripsi Pertunjukan Duanu Oleh Sanggar Latah Tuah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN Suska)

(1)

DATA INFORMAN

1. Nama : Muhammad Rezza Akmal ( Rezza ) Lahir : Tembilahan, 25 Desember 1993 Usia : 22 Tahun

Kuliah di : Jurusan Psikologi UIN Suska Riau 2011

Profil : Ketua Umum Sanggar Latah Tuah UIN Suska Riau Periode 2014-2015

2. Nama : Kelik Runiardiyanto ( Abii ) Lahir : Batam, 27 Maret 1992 Usia : 23 Tahun

Kuliah di : Jurusan Teknik Informatika di UIN Suska Riau 2010 Profil : Anggota Sanggar Latah Tuah sejak Angkatan ke 14

Desain Grafis.

3. Nama : Aldi Mukhlisin ( Aldi ) Lahir : Tembilahan, 15 April 1992 Usia : 23 Tahun

Kuliah di : Teknik Informatika Fakultas Sains&Teknologi Profil : Anggota Sanggar Latah Tuah sejak Angkatan ke 14

Pemusik.

4. Nama : Rahmat Indra ( Boris ) Lahir : Tembilahan, 31 Maret 1993 Usia : 22 Tahun

Kuliah di : Fakultas Ekonomi Acounting

Profil : Anggota Sanggar Latah Tuah sejak Angkatan ke 16

Penata Artistik

5. Nama : GP. Ade Dharmawi Lahir : Riau, 4 Juni 1963 Usia : 52 Tahun

Bekerja : Di Kebudayaan Melayu Riau


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akhsan, Permas dkk, 1999, Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan, PPM, Jakarta. Amin, Muhammad (ed), 2013, Duanu yang terancam Punah, Yayasan Sagang, Riau. Dediansyah, 2007, Rendra : Seni Drama Untuk Remaja, Burung Merak Press, Jakarta Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Dharmawi, Ade G dkk, 2000, 10 Tahun Perjalanan Latah Tuah, Yayasan Sagang, Riau. Djelantik, A.A,M, 1999, Estetika Sebuah Pengantar, Masyarakat Seni Pertunjukan

Indonesia & The Ford Foundation, Bandung.

El Saptaria, Rikrik, 2006, Panduan Praktis Akting Untuk Film dan Teater: ACTING

Handbook, Rekayasa Sains, Bandung.

Mulia, Agus (ed). 2009. Raja Tebalek ’10 Naskah Drama Teater ‘O’. TEATER ‘O’ USU. Penerbit Madju Medan dan Garuda Plaza Hotel.

Murgianto, Sal. 1996 Cakrawala Pertunjukan Budaya Mengkaji Batas-batas dan Arti

Pertunjukan. MSPI

Nainggolan, Kasiro, 2011, Skripsi Sarjana Etnomusikologi. Studi Deskriptif

Pertunjukan Makyong Cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Grup Medan.

Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan.

Nakagawa, Prof. Shin, 1999, Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar Etnomusikologi. Yayasan OBOR Indonesia.

Nettl, Bruno, 1983. The Study of Ethnomusicology: Twenty-nine issues and Concepts. Urbana, Illinois, Chicago, London: University of Illinois Press.

Riantiarno, Nano, 2008, Kitab Teater “Tanya Jawab Seputar Seni Pertunjukan”, PT HM Sampoerna, Jakarta.

Siger, Hilton. 1996. Cakrawala Pertunjukan Budaya Mengkaji Batas dan Arti

Pertunjukan. Yogyakarta, Jurnal MSPI.

Soedarso Sp, 2006. Trilogi Seni, Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni. Penerbit ISI Yogyakarta.


(3)

Sumber Online:

Sumber Media Cetak/ Artikel >Riau Pos

>Majalah Takah >Tribun Pekanbaru >Tribun Medan >Warta Kampus


(4)

BAB III

DESKRIPSI PERTUNJUKAN DUANU OLEH SANGGAR LATAH

TUAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

(UIN SUSKA) RIAU

3.1 Sejarah Cerita Duanu

Sejarah Cerita Duanu akan diuraikan dalam tulisan ini. Orang Duanu kerap dikenal dengan istilah Suku Kuala, Suku Nelayan, atau Suku Laut. Suku Laut ini ternyata terdapat juga di Kepulauan Riau (Kepri) dengan penamaan yang sama, padahal dengan komunitas dan cara hidup yang berbeda. Di Riau, komunitas ini sepenuhnya adalah muslim, berbeda dengan komunitas yang ada di Kepri tersebut. Agar dapat dibedakan dengan orang-orang laut di daerah lain, maka istilah Duanu dipopulerkan dalam seminar peningkatan SDM Suku Laut pada 14 Mei 1993 di Pekanbaru.

5

Kemudian istilah ini akhirnya dikukuhkan pada pertemuan akbar masyarakat Duanu se-Riau, 9-10 Juli 2003. Orang-orang Duanu di Riau mayoritas berada di Kabupaten Indragiri Hilir. Mereka tersebar di tiga belas desa pada tujuh kecamatan, yaitu Concong Luar, Sungai Belah, Tanjung Kusir, Sungai Laut, Bekawan, Belaras, Tanah Merah, Patah Parang, Taga Raja, Kuala Selat, Pulau Ruku, Perigi Raja dan Panglima Raja.


(5)

6

Banyak dari mereka yang tidak menuturkan bahasa Duanu lagi, karena salah satunya bukanlah orang laut. Hal ini menyebabkan anak-anak mereka tidak lagi menggunakan bahasa tersebut dalam keseharian. Akibatnya, hanya orang-orang tua saja yang masih menggunakan dan memahami bahasa Duanu, sementara yang lainnya hanya mendengar sesekali, mengerti tetapi tidak bisa mengucapkannya, bahkan tidak memahaminya sama sekali, meskipun keturunan Duanu. Penyebab lain menyusutnya Duanu kini berada dalam kedilemaan. Ancaman hilangnya bahasa dan budaya Duanu merupakan sebuah persoalan seriusbagi mereka. Bahasa Duanu merupakan satu-satunya ciri khas agar mereka diakui sebagai salah satu KAT (Komunitas Adat Terpencil). Jika bahasa mereka hilang, maka Duanu tidak bisa lagi disebut sebagai KAT, karena akan sama dengan komunitas Melayu lainnya. Mereka masih mengaku orang Duanu, tetapi tidak mampu lagi berbicara menggunakan bahasa mereka sendiri. Berkurangnya penutur bahasa Duanu disebabkan oleh beberapa hal. Rasa rendah diri dan malu menjadi penyebab utama orang Duanu enggan berbahasa ini, sehingga keengganan yang berlarut juga menyebabkan mereka tidak meneruskannya ke anak cucu. Bahasa yang unik dan spesifik ini dianggap aneh dan tidak populer bagi penutur muda. Padahal beberapa lemanya sangat dekat dengan bahasa Melayu, seperti telingu (telinga), matu (mata), bungu (bunga), munum (minum), dan sebagainya. Hal ini disebabkan orang Duanu juga termasuk Melayu Tua atau Proto Malay. Memang beberapa kata sangat berbeda, seperti ditak (kecil), ribut (hujan), kulu (kepala), rat (banyak), lepu (gigi), dan sebagainya, tetapi justru itulah letak keunikan dan membedakannya dengan bahasa Melayu.

6


(6)

penutur bahasa Duanu adalah akulturasi dan perkawinan campuran. Orang-orang yang biasa hidup di perahu, berpindah-pindah sebagai pengembara di laut ini, kerap merasa jauh dari peradaban manusia pada umumnya. Mereka beradaptasi dengan lingkungan, sehingga akulturasi pun terjadi.7

Tidak sedikit pula dari mereka yang hanya bergantung kepada laut, padahal konon katanya laut dipercayai sebagai sumber penghidupan sepanjang usia. Suku yang merupakan bagian dari sejarah Indonesia sebagai negara kepulauan ini, mulai meninggalkan kebudayaan mereka. Masalah lainnya adalah perubahan budaya atau akulturasi. Orang-orang Duanu melakukan perkawinan campuran dengan suku lainnya sebagai bentuk keterbukaan. Duanu. Orang Duanu sebenarnya lebih suka disebut orang Kuala. Sebab mereka awalnya tinggal di kuala atau muara sungai yang berdekatan dengan laut. Tapi kini abrasi dan naiknya air laut membuat kebiasaan orang Duanu berubah.8

Ancaman abrasi pun juga menjadi salah satu penyebab hilangnya Suku Laut Duanu. Abrasi yang sangat parah menjadikan wilayah asli orang Duanu perlahan-lahan habis, utamanya di Dusun Kuala Selat. Mereka terpaksa naik ke darat dan meninggalkan kebiasaan lama mereka tinggal di laut. Di masa lalu, orang Duanu tinggal di rumah-rumah yang berada dekat dari garis kedalaman laut, dengan tonggak-tonggak yang mencapai 6 meter dari permukaan laut. Mereka juga biasa hidup di sampan kajang. Kini, garis laut dalam itu sudah berada sekitar 3 hingga 4 kilometer dari rumah terdekat. Abrasi yang terjadi sangat parah. Dari batas terakhir pelantaran di

7

Dessy Wahyuni. 2013. Dilema Duanu. Balai Bahasa Riau.

8


(7)

desa itu, dapat terlihat bekas tiang-tiang rumah orang Duanu yang terus tergerus abrasi. Tiang-tiang lapuk itu tampak menjulang dari kejauhan. Hal itu hanya dapat ditatap dengan penuh prihatin oleh masyarakat Duanu.

Selain itu, masyarakat Duanu juga sudah mulai meninggalkan tradisi nenek moyang mereka. Seperti tradisi menidurkan anak. Kegiatan ini merupakan aktivitas para orang tua setiap malam untuk menidurkan sambil menimang anak dan mendendangkan lagu-lagu syahdu hingga anak tertidur. Namun yang terjadi saat ini adalah tidak ditemukannya lagi tradisi tersebut.9

Aktifitas menongkah merupakan pekerjaan spesifik dari pada Komunitas Duanu dan dilakukan secara tradisional. Keberadaan menongkah pada umumnya tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Komunitas Duanu. Menurut catatan sejarah,

Dahulu ada tradisi nyanyian yang biasanya mengawali tradisi menongkah kerang di hamparan padang lumpur dengan menggunakan sebilah papan. Namun, tradisi ini sudah tidak ditemukan lagi. Menurut mereka, sebagai umat muslim, mereka hanya meminta kepada Tuhan Yang Esa dengan membaca basmalah. Memang hal ini sangat dianjurkan dalam ajaran Islam, tetapi apa yang mereka lakukan sehari-hari bertentangan dengan ajaran tersebut, yakni minum tuak sebagai tradisi sebelum menongkah. Mereka menganggap dengan minum tuak sebelum berangkat mencari kerang, badan akan terasa lebih kuat dan mampu melawan dingin, karena mereka akan bergelut dengan lumpur dan air laut. Rumah-rumah dilamun ombak, perkampungan mereka terus saja digerus abrasi, begitu pula bahasa dan budaya, nyaris hilang. Duanu kini terancam punah.

9

Menurut Ketua Kerukunan Keluarga Besar Masyarakat Duanu Riau (KKBMDR) Sarpan Firmansyah dalam wawancara seputar Duanu.


(8)

keberadaan Orang Laut (Duanu) yang juga termasuk RAS PROTO MALAY (Golongan Melayu Tua) di Riau diperkirakan pada tahun 2500 SM s/d 1500 SM, dan pada masa Kerajaan Melaka – Johor kebeadaan Orang Laut (Duanu) sebagai orang kerajaan pada tahun 1511 – 1528 dengan Rajanya Sultan Mahmudsyah I.

Masyarakat duanu itu pada umumnya adalah sebagai nelayan dan mereka adalah nelayan tangkap. Menjaring, merawai, dan menongkah dengan alat tangkap tongkahnya. Suku Duanu atau Suku Laut termasuk masyarakat yang berpindah-pindah atau nomaden, dari satu tempat ketempat yang lain dari satu pulau kepualau yang lain, dari satu ceruk ke ceruk yang lain dalam kerangka untuk memenuhi kehidupan mereka sebagai nelayan.

Menongkah itu adalah sebuah aktifitas unik, atau khusus yang dimiliki oleh masyarakat duanu atas pulaunya. Dalam rangka menangkap atau mencari kerang, khususnya kerang darah atau kerang darat. Dan kekhususan ini tidak dimiliki oleh komunitas-komunitas lain. dan ini hanya ada pada masyarakat duanu, dimana mereka menongkah dengan sekeping papan diatas hamparan pantai yang sangat becek dan cukup licin sekali. Kalau lingkungan ini tidak dilestarikan, maka aktifitas menongkah ini sangat sulit sekali. Karena bisanya di Duanu untuk menongkah adalah untuk mendapatkan kerang yang banyak. Untuk saat ini sudah sedikit. Karena hamparan ini terganggu oleh alat tangkap aktif, sehingga tanahnya mengalalami degadrasi bergelombang-gelombang sehingga ini berpengaruh proses penangkapan dan terkait pada produksinya.10


(9)

11

Dengan alasan inilah Sanggar Latah Tuah membuat Produksi tentang Duanu sebagai pengetahuan tentang kebudayaan adat terpencil, Suku Laut Duanu yanga da dipelosok negeri melayu tua sana yang hampir punah. Kegelisahan akan hilangnya bahasa dan tradisi, perubahan budaya, akulturasi, abrasi dan semakin hebat nya cara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka 1999, Jakarta, Tongkah adalah papan untuk tumpuan (titian) biasanya dipasang ditempat becek atau basah. Tongkah adalah salah satu alat bantu yang tergolong unik yang digunakan untuk mencari/menangkap kerang darah (Anadara Granosa) Tiangan dalam dialek Duanu. Sedangkan aktifitasnya disebut menongkah (Mut tiangan – dalam dialek Duanu atau Mud Ski atau Ski Lumpur).

Menongkah Kerang adalah teknik suku Duanu dalam menangkap kerang di padang lumpur. Kegiatan ini adalah dengan menggunakan sebilah papan sebagai tumpuan sebelah kakinya dan tempat mengumpulkan kerang yang telah didapatkan. Sementara sebelah kakinya lagi adalah sebagai pengayuh tongkah. Sebuah Tongkah biasanya terbuat dari belahan kayu besar dalam keadaan utuh, tetapi tidak jarang juga tongkah terdiri dari gabungan dari belahan papan. Panjang Tongkah rata-rata 2 M s/d 2,5 M dengan Lebar 50 Cm s/d 80 Cm dan ketebalan 3 Cm s/d 5 Cm.

Tongkah umumnya terbuat dari jenis kayu Pulai dan Jelutung dan lain-lain, kedua ujung Tongkah berbentuk lonjong (lancip) dan melentik keatas, hal ini dimaksudkan agar pergerakannya dapat lancar dan bila kurang melentik seringkali Tongkah menghujam atau menancap kedalam lumpur, bentuk Tongkah secara umum seperti papan selancar yang sering digunakan oleh olahragawan air (Peselancar).

11


(10)

berfikiran manusia, semakin sulit pula bagi mereka untuk mencari memanfaatkan apa yang ada disekitar sebagai sumber kehidupan. Dan dari pertunjukan ini penulis tertarik mengangkat judul Skripsi “Deskripsi Pertunjukan Duanu Oleh Sanggar Latah Tuah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau”

3.2 Naskah Pertunjukan Duanu

Naskah adalah lakon dalam teater juga merupakan penunjang yang melahirkan berbagai unsur-unsur yang ada yaitu aktor, pentas, sutradara, kostum dan panggung. Didalam naskah juga memiliki bagan naskah yaitu unsur-unsur teknis berbentuk ruang teks untuk memandu penyutradaraan. Bagan naskah itu terdiri dari :

1. Scene number : yaitu nomor adegan yang memudahkan untuk merancang

breakdown dan proses penyutradaraan.

2. Scene-heading : yaitu keterangan tempat dan waktu adegan

3. Direction : yaitu pengarahan adegan oleh penulis naskah yang berbentuk

kata-kata insruktif dan telah diperhitungkan matang dari sisi plot dan dramatiknya 4. Character : yaitu tokoh yang terlibat dalam naskah

5. Parenthetical : yaitu sisipan dibawah character yang menerangkan ekspresi

atau aksi khusus sebagai penekanan informasi dramatik untuk tokoh itu sendiri. 6. Dialogue : yaitu dialog tokoh

7. Transition : yaitu trasnsisi atau perpindahan antar scene atau shot dalam proses


(11)

(

DUANU

)

Oleh Muhammad Rezza Akmal Sanggar Latah Tuah UIN SUSKA Riau

Prolog

Jika Malam Berganti Pagi, Pagi Berganti Siang Berganti Sore Berganti Lagi Ke Malam. Dalam Pergantian-Pergantian Itulah Aku Bercengkrama Dengan Waktu. Lalu Ketika Dunia Terlahir Dengan Sebuah Ledakan Besar, Pada Saat Itulah Begitu Banyak Terjadi Perubahan. Bertahan Atau Pergi Dalam Kegundahan Yang Tiada Henti.

1. BAGIAN PERTAMA

(Panggung Seakan Ruang Hampa. Hanya Beberapa Level Yang Disusun Agak Tinggi Dibelakang Dan Diatasnya Samar-Samar Terlihat Seorang Wanita Tidak Terlalu Tua Dan Muda Yang Sedang Mengandung Tua Dan Rasa-Rasanya Telah Waktunya Untuk Melahirkan. Lama Kelamaan Perut Itu Semakin Sakit, Sakit Dan Sakit Seakan-Akan Bayi Itu Tak Sabar Lagi Untuk Lahir Kedunia Ini, Rasa Sakit Dan Teriakan-Teriakan Lirih Mengantarkan Betapa Beratnya Perjuangan Ibu Untuk Melahirkan Seorang Anak. Akhirnya Dengan Teriakannya Yang Magis Ditambah Alunan Music Sakral Menambah Kemantapan Proses Kelahiran Tersebut Hingga Akhirnya Dengan Teriakan Antara Kelahiran Dan Kematian Itu Memunculkan Banyak Sekali Orang. Dengan Gerak Kelahiran Yang Akhirnya Membuat Sebuah Gerakan Indah Lalu Seperti Terkena Kejutan-Kejutan Dunia Yang Begitu Luar Biasa Lalu Mereka Kembali Lagi Seperti Awal Sesuai Dengan Fase Perkembangan Kehidupan Manusia Yang Tumbuh Besar Kemudian Kembali Sebaliknya).

*Keterangan Alur Musik:

SCENE HEADING SCENE

NUMBER


(12)

Musik 1 OPENING

(Musik Suasana Ceria)

Instrument : Gitar – Biola – Djimbe (dengan tempo standart).

Musik 2

(Musik Suasana Tegang – Aktor Melahirkan Suatu Peradaban) Instrument : Gitar - Biola – Djimbe (dengan tempo cepat)

Musik 3

(Musik Suasana tegang – Masuk nya penari kontemporer).

Instrument : Djimbe – Metronom – Water Sound (dengan tempo melambat cepat-– cepat melambat – fade out).

Actor 1 (seorang pemuda penari konteporer - menjeritkan dilema duanu).

: “Sesetia kesetianmu menanti, merasuk sukma melebur kedalam diri hingga pada akhirnya yang kau nanti itupun datang. Datang dengan tidak membawa harap yang kau inginkan. Selalu kami ingat apa yang kau slalu nyanyikan pada saat kau menidurkan kami. Dahulu kita adalah perompak yang berkelana di lautan. Telah bertahun-tahun bahkan berabad-abad kita hidup di lautan. Laut adalah jiwa dan naluri kemanusiaan kita...!!!”*

Musik 4

(Musik Suasana tegang)

Instrument : Djimbe ( dengan ketukan ¼)

Actor 2 (seorang wanita penari kontemporer menjeritkan dilema duanu).

PARENTETHICAL

CHARACTER


(13)

: “Hidup Di Atas Perahu Yang Terapung (*Berjalan Keluar Masuk Panggung

Tanpa Ekspresi)”.

Musik 5

(Musik Suasana Marah dan Tak beraturan)

Instrument : Metronom (yang terbuat dari batok kelapa dengan free rhtym).

Actor 3 (seorang wanita penari kontemporer - menjeritkan dilema duanu).

: “Berpindah-Pindah Dari Pulau Kepulau (*Berjalan Keluar Masuk Panggung

Tanpa Ekspresi)”.

Musik 6

(Musik Suasana Marah Benci dan Tak beraturan)

Instrument : Metronom (yang terbuat dari batok kelapa dengan free rhtym)

Actor 4 (seorang pemuda penari kontemporer – menjeritkan dilema duanu).

: “Laut Sebagai Ladang Penghidupan Kami (*Berjalan Keluar Masuk

Panggung Tanpa Ekspresi)”.

Musik 7

(Musik Suasana Marah dan Tak beraturan)

Instrument : Metronom (yang terbuat dari batok kelapa dengan free rhtym)

Actor 5 (seorang pemuda penari kontemporer – menjeritkan dilema duanu)

: “Tidak Ingin Bergabung Dengan Suku-Suku Lain (*Berjalan Keluar Masuk

Panggung Tanpa Ekspresi)”.

Musik 8


(14)

Instrument : Metronom (yang terbuat dari batok kelapa dengan free rhtym).

(Aktor-Aktor Yang Berada Di Atas Panggung Dengan Menggumam Kata2 Yang Mereka Katakan Tadi Kemudian Keluar Panggung Dan Kembali Masuk Kepanggung. Mereka Mengulang-Ulang Aktivitas Tersebut Sampai Actor 6 Selesai Berdialog).

Musik 9

(Masih mengikuti alur musik yang tadi dengan para penari masih berjalan tak beraturan).

Instrument : Metronom (yang terbuat dari batok kelapa dengan free rhtym).

Actor 6 (seorang pemuda penari kontemporer – masih menjeritkan dilema duanu). : “Itu Salah Besar ! Ya Di Sinilah Kami Tinggal Sekarang. Di Sebuah Desa

Kecil Bernama Bekawan Ditepian Sungai Indragiri. Sesuai Dengan Nama Daerah Kami Bekawan, Kami Hidup Berdampingan Dengan Kawan-Kawan Dari Suku-Suku Lainnya. Dan Tinggal Di Atas Tiang-Tiang Penopang Rumah Kami, Di Mana Setiap Air Pasang Tiang-Tiang Itu Akan Tenggelam Bersama Duka Lara Kami”. *

Musik 10

(Suasana Riuh – para penari kontemporer berjalan tak beraturan kesana kemari menjerit dilema dalam keramaian)

Instrument : Metronom (yang semakin cepat dan perlahan kembali) – WaterSound

(Setelah Berdialog Orang-Orang Yang Berada Di Dalam Panggung Membuat Sebuah Gerakan Kemudian Keluar).


(15)

2. BAGIAN KEDUA

(Panggung Kosong, Hanya Ada Sebuah Kursi Diletakkan Dimana Saja ; Bisa Ditengah, Didepan Atau Belakang. Kemudian Masuk Seorang Lelaki Dengan Langkah Gontai Sambil Membawa Senjata Dengan Darah Yang Telah Kering Dan Memegang Botol Minuman Yang Memabukkan Yang Masih Terisi Sambil Bernyanyi Setelah Itu Tertawa Dan Duduk Dikursi.

Musik 11

(Musik suasana sendu)

Instrument : Biola – Djime – Gitar (dengan tempo selow).

Lampu menyala.

Pemuda (pemabuk yang sedang tertawa dan duduk berdialog sendiri).

: “ Jika Malam Berganti Pagi, Pagi Berganti Siang Berganti Sore Berganti Lagi Ke Malam. Dalam Pergantian-Pergantian Itulah Aku Bercengkrama Dengan Waktu. Waktu Yang Terus Berputar, Semakin Cepat, Cepat Dan Semakin Cepat (Tertawa). Begitu Cepatnya, Aku Pun Sudah Lupa Berapa Anak Yang Telah Aku Buang Pada Setiap Wanita Yang Aku Nikmati, Seberapa Banyak Minuman Yang Telah Aku Habiskan Setiap Waktunya. Seberapa Banyak Uang Yang Aku Hamburkan Untuk Bermain Judi (Tertawa

Kembali). Sungguh Kehidupan Ini Begitu Indah Dan Sangat Menghanyutkan”.* (Mengingat Kata Menghanyutkan Yang Ia Lontarkan

Tadi, Ia Menjadi Teringat Sesuatu Dan Menjadi Kesal).

Musik 12

(Mengikuti ekspresi pemain yang menggebu-gebu)


(16)

Pemuda (pemabuk) : “Ya, Menghanyutkan, Sangat-Sangat Menghanyutkan Dan Selalu Terbuai Ayunan Gelombang-Gelombang Itu, Sialan! Gelombang Itu Masih Saja Mengayun-Ayun Tubuhku. Rasanya Sudah Satu Minggu Aku Tidak Turun Ke Laut. Tapi Tubuhku Masih Saja Terasa Bergoyang-Goyang Diombang Ambingnya. Tidak Seperti Biasanya Aku Seperti Ini. (Marah

Kemudian Tertawa) Oh Ya, Barangkali Ini Bukan Karnanya, Mungkin Ini

Semua Karna Aku Terlalu Bersemangat Untuk Berjoget Ria Pada Acara Orgen Di Kampung Sebelah Tadi. Ya, Aku Masih Sangat Ingat, Orang-Orang Kampung Sebelah Menganggap Kedatangan Kami Sebagai Pengacau Saja

(Tertawa). Ya Memang Biasanya Setiap Ada Acara Orgen Kami Akan Selalu

Datang Untuk Sekadar Menonton Atau Berjoget Dan Setiap Ada Acara Tersebut Tidak Jarang Pula Terjadi Perkelahian Antara Kami Dan Orang-Orang Kampung Sebelah, Hanya Masalah Sepele Karena Senggol Menyeggol Ketika Berjoget (Tertawa). Tetapi Malam Ini Telah Kami Beri Pelajaran Kepada Mereka!! Biar Mereka Sadar, Tidak Meremehkan Dan Memandang Sebelah Mata Kami Orang-Orang Laut. (Tertawa) Untung Saja Tadi Aku Sempat Membawa Ini (Melihatkan Senjata Yang Ia Bawa). Setidaknya Sudah 7 Orang Telah Jatuh Ditangan Kau (Berbicara Pada Senjatanya, Lalu Ia

Tertawa Hingga Akhirnya Teringat Sesuatu Hal”.*

Musik 13

(Mengikuti ekspresi pemain) Instrument : Biola - Djimbe

Pemuda (pemabuk) : “Ahhh.. Sepertinya Aku Harus Pulang. Besok Aku Harus Turun Melaut Karena Persedian Uang Untuk Membeli Bahan Bakar Agar Dapur Dirumah Berasap Kembali Sudah Habis, Ditambah Lagi Hutang Karena Kalah Main Judi Semalam. Untung Saja Sekarang Ini Lagi Musim Yang Baik Untuk Melaut, Dibandingkan Dengan Bulan Lalu, Ya Bulan Lalu, Ketika Alam Tak Bersahabat Dengan Kami Dengan Mengirimkan Angin Dan Gelombang Kuat Yang Dapat Menenggelamkan Sampan Bahkan Seisi


(17)

Rumah Kami Pun Ikut Tenggelam. Akibatnya Kami Tidak Bisa Melaut Hingga Berminggu-Minggu Bahkan Berbulan-Bulan Lamanya. Sehingga Kami Harus Menjual Seisi Rumah Kami. Dan Sekarang Tibalah Waktunya Untuk Mengambil Hasil Laut Dan Mendapatkan Uang Kembali Dari Laut. Lalu, Lalu,, (Tertawa) Aku Akan Bersenang-Senang Kembali Bersama Wanita-Wanita Yang Penuh Dengan Gairah Itu. Minum-Minuman Dan Melunasi Semua Hutang-Hutang (Tertawa Sambil Berjalan Keluar)”.

Musik 14

(Suasana Sendu - mengikuti ekspresi si pemain) Instrument : Biola

Musik 15

( Mengikuti ekspresi pemain dengan instrumental Manongkah Kerang ) Instrument : Djimbe – Gitar – Biola

Musik 16

(Musik suasana riuh dan tegang) Instrument : Gitar – Biola

(Satu Persatu Orang-Orang Yang Baru Saja Terlahirkan Tadi Masuk Ke Dalam Panggung Kemudian Keluar Lagi Lalu Masuk Dan Membuat Sebuah Gerakan-Gerakan Yang Dapat Dimengerti Dengan Tatapan Kosong. Keluar-Masuk Panggung Dengan Tatapan Kosong Hingga Akhirnya Membawa Property Masing-Masing Mereka Sambil Menggumam Sesuatu Hal Yang Rasanya Begitu Jelas Yang Menjadikan Sebuah Gelombang-Gelombang Suara Yang Saling Berpautan Setelah Itu Mereka Membuat Sebuah Gerakan-Gerakan Sacral Tentang Pemujaan Orang-Orang Laut ).


(18)

Musik 17

(Musik MANONGKAH KERANG ilustrasi para suku laut Duanu sedang Manongkah Kerang)

Instrument : Biola – Gitar - Djmbe (rentak zapin) – Vokal (menyanyi lagu manongkah kerang).

Musik 18

(Musik Riuh- masuk para penari kontemporer)

Instrument : Djimbe – Kompang - Biola – Gitar – Vokal

Musik 19

(mengikuti gerakan para penari kontemporer) Instrument : Djimbe – Kompang – Biola Musik 20

(mengikuti gerakan para penari kontemporer hingga penari berhenti)

Instrument : Vokal (dengan mengucapkan Duanu Duanu Duanu Duanu Duanu) - Djimbe (ketukan penghabisan).

Musik 21

(Musik suasana pergantian setting)

Instrument : Biola – Gitar – Djimbe – Kompang

Black Out

3. BAGIAN KETIGA

(Panggung Disulap Menjadi Sebuah Pelabuhan Kecil Dimana Terlihatlah Seorang Ibu-Ibu Tua Yang Sedang Duduk Menantikan Seseorang Yang Sangat Ia Rindukan. Tiba-Tiba Datang Seorang Gadis Yang Merupakan Anaknya Lalu Menghampirinya.


(19)

Musik 22

(Musik suasana pelabuhan dan desir air) Instrument : Water Sound

Wati : “(Mencoba Menghibur) Sudah Lah Mak, Sudah,, Laut Lepas Itu Akan Sampai Pada Tepiannya Jika Telah Ditakdirkan Kepadanya Mak. Nah, Dari Pada Emak Terus-Terusan Duduk Ditepi Pelabuhan Ini, Lebih Baik Mak Pulang Kerumah Mengambil Jaring Lalu Menyulamnya Mak”.

Emak : “Jauh Dipunggung Laut Sana, Emak Masih Melihatnya Saat Itu. Dia Pergi Dengan Kemarahan Dan Setelah Itu Ia Tak Pernah Pulang Lagi Untuk Selamanya”.

Wati : “Iya Mak, Iya, Wati Masih Sangat Ingat ; Waktu Itu Wati Masih Berumur 16 Tahun Tepat Setelah Bang Sandi Dan Bang Herman Pergi Untuk Melanjutkan Pendidikannya, Sekarang Kan Abang Sudah Menjadi Apa Yang Bapak Inginkan Mak, Bang Sandi Menjadi Abdi Negara Disebuah Kantor Di Kota Sana, Sedangkan Bang Herman Menjadi Polisi Dan Sedang Bertugas Di Tanah Merah Mak”.

Emak : “Bapakmu Dulu Sangat Bersemangat Untuk Menyekolahkan Kedua Abangmu Wati, Dari Itu Bapak Selalu Bekerja Keras Untuk Mendapatkan Biaya Agar Kedua Abangmu Bisa Melanjutkan Sekolahnya,, Tetapi (Tak

Sanggup Menahan Air Mata)”.

Musik 23

(Musik suasana mengikuti ekspresi pemain) Intrument : Water Sound – Biola – Gitar


(20)

Wati : “Tetapi Apa Mak? Mak Selalu Menentang Keinginan Bapak Kan Dan Bapak Pergi Meninggalkan Kita Karna Tak Sanggup Mendengarkan Ocehan Mak Setiap Harinya Kan?”.

Emak : “Diam Wati !!”

Wati : “Diam Kata Mak ? Sudah Lama Sekali Wati Diam Dan Hanya Bisa Melihat Semu Pertengkaran Kalian Berdua”.

Emak : “Kau Tidak Tau Apa-Apa Wati !”.

Wati : “Ooohh Ya, Benar Wati Memang Tidak Tau Apa-Apa Mak. Sampai-Sampai Wati Tidak Tau Kalau 4 Tahun Yang Lalu Tepat Di Pelabuhan Ini Mak Terakhir Kali Mengantar Bapak Untuk Melaut Dan Pada Saat Itu..”

Emak : “Emak Dan Bapak Bertengkar !”

Wati : “Oh Ya... Benar Sekali Mak, Kemudian Setelah Itu Bapak Pergi Dan Tidak Kembali Lagi , Tidak (Turut Larut Dalam Kesedihan Tetapi Tetap Tegar)”. Emak : “Dan Memang Harus Nya Dia Tidak Kembali Lagi. Bapakmu Itu Memang

Keras Kepala, Sudah Berkali-Kali Mak Katakan Untuk Tidak Terlalu Serakah Pada Alam, Ambillah Secukupnya Karena Kita Hanya Butuh Hidup, Hingga Akhirnya Iya Ditelan Gelombang-Gelombang Laut Itu Karena Memegang Teguh Pendiriannya, Dasar Penghianat !”.

Wati : “Penghianat Kata Mak ? Yaa, Wati Ingat, Emak Sering Cerita Bahwa Dulunya Kita Bukanlah Seperti Nelayan Umumnya Yang Saat Malam Pergi Melaut Dan Siang Pulang Kembali Kedaratan. Kita Adalah Nelayan Yang Pantang Pulang Kedaratan, Setiap Jengkal Kehidupan Kita Habiskan Dilaut. Mulai Dari Fajar Menyingsing Hingga Matahari Menghilang Di Timur Cakrawala. Mulai Dari Makan Hingga Minum, Terbangun Hingga Terlelap. Bahkan Untuk Bercinta Dan Melahirkan Sekalipun, Kita Lakukan Diatas Laut Diatas Perahu”.


(21)

Wati : “Tetapi Sayang Sekali Mak.. Itu Dulu Mak, Dulu Sekali.. Mak Tidak Bisa Begini Terus”

Emak : “Memang Harusnya Kita Seperti Yang Dulu Tanpa Larut Dalam Keadaan Ini”.

Wati : “Tidak Mak, wati Tidak Bisa Begini Terus, Emak Ingin Kembali Tinggal Diatas Perahu Ditemani Gelombang-Gelombang Laut Yang Setiap Waktunya Akan Singgah Menghampiri Perahu Emak. Sudah Saatnya Kita Berkembang Dari Suku Yang Dikatakan Orang Suku Pinggiran Dan Terbelakang, Wati Saja Sudah Jarang Mendengarkan Orang-Orang Laut Menggunakan Bahasa Suku Laut Itu Sendiri. Itu Karna Orang-Orang Suku Laut Sendiri Terlalu Rendah Hati Dan Enggan Menggunakan Bahasa Yang Mereka Anggap Aneh. Haaaah, Lah Tue Bengak ! Kepale Hotak Macam Batu”.

Musik 24

(Musik suasana - mengikuti ekspresi pemain suasana dilema) Instrument : Water Sound – Gitar – Biola

(Emak Hanya Diam Mematung Teguh Pada Pendiriannya)

Wati : “Selalu Saja Begitu ! Diam Ketika Wati Mengatakan Hal Yang Bertolak Belakang Dengan Apa Yang Ada Dihati Mak. Mempertahankan Sesuatu Hal Yang Seharusnya Bisa Berkembang Menjadi Lebih Baik Mak. Hingga Akhirnya Wati Yang Selalu Menjadi Saksi Atas Semua Ini”.

Wati : “Coba Mak Liat Tetangga Kita, Bang Iyan Yang Setiap Harinya Hanya Mabuk-Mabukan Saja, Berjudi Dan Main Wanita. Itu Karna Tidak Ada Pengetahuan Dari Semua Hal Yang Dilakukannya. Akhirnya Apa, Akhirnya Iya Gila Dengan Kesenang-Senangannya”.


(22)

Emak : “Dari Itulah Kita Tidak Memerlukan Semua Ini, Alam Yang Telah Menjadi Tumpuan Kita Telah Lama Memberi Kita Kekuatan Untuk Hidup. Hidup Dalam Kebiasaan Bermakna Pada Setiap Hembusan Nafas. Kita Hanya Perlu Mengambil Sedikit Kekuatan Dari Alam Kemudian Kita Akan Kembalikan Lagi Padanya”.

Wati : “Sudahlah Mak, Coba Saja Mak Sesekali Membuka Diri Untuk Dapat Menerima Keadaan Disekitar, Mata Boleh Hanya Dua Tetapi Kita Bebas Untuk Memandang Apa Saja Yang Ada Disekitar Kita. Lihat Saja Anak-Anak Yang Setiap Paginya Hanya Bermain Kelereng Sedangkan Anak-Anak Seumuran Mereka Sudah Seharusnya Mengenyam Bangku Pendidikan Setidaknya Mereka Dapat Baca Tulis Sehingga Tidak Dibodoh-Bodohi Dengan Orang Yang Berpendidikan. Orang Pintar Saja Bisa Dibodoh-Bodohi Dan Diperalat sekarang. Lalu, Gadis-Gadis Kampong Kita Hanya Menjadi Pekerja Malam Saja Mak Dikota Sana. Setiap Malamnya Menemani Laki-Laki Yang Jauh Lebih Tua Darinya Setelah Itu Mendapat Uang Dan Digunakan Untuk Kebutuhan Hidup Mereka. Kemudian Orang Laut Dikampung Kita Ini, Setelah Melaut Pada Malam Hari Dan Mendapatkan Uang Dari Hasil Tangkapan Mereka. Kemudian Uang-Uang Itu Akan Mereka Gunakan Memenuhi Hasratnya Saja!!”.

Musik 25

(Mengikuti ekspresi pemain masih suasana dilema)

Instument : Gitar – biola (yang digesek putus-putus) – Water Sound – Djimbe (ketukan 1/1).

(Mak Hanya Tertawa Remeh Lalu Pergi Meninggalkan Wati)

Wati : “Apa Yang Ada Dibenaknya Itu? Bertahan Pada Sesuatu Hal Yang Sudah Pasti Termakan Oleh Waktu Atau Mungkin Itu Yang Menjadikan Sebuah Warna Pada Setiap Perbedaan Itu Dan Akan Menghasilkan Perpaduan Yang Sangat Indah Seperti Pada Pelangi Yang Akan Timbul Setelah Hujan


(23)

Berhenti. Tapi Apakah Itu Akan Terjadi Ketika Pada Suku Kami, Suku Duanu”.

Musik 26

(Musik suasana dilema)

Instrument : Biola – Gitar – Djimbe)

(Menjadi Setengah Waras Dan Tetap Pada Ketegarannya)

Wati : “(*Masih Tegar Dengan Rasa Yang Berkecamuk Didalam Diri) Luka Mengalir Dalam Diri Hingga Sampai Ke Nadi. Denyut Jantung Pun Tak Lagi Terasa Hadir Dalam Diri Yang Telah Lama Mati Ini. Dalam Luka Itu Aku Terus Menyimpan Perih Ini. Kusimpan Dalam-Dalam Pada Malam Yang Sunyi Dan Biarlah Angin Laut Yang Mengabarkannya Betapa Kerasnya Hatiku Tentang Rasa Ini Namun Terabai Pada Membatunya Hati Dan Fikirannya. Batu-Batu Yang Telah Kau Susun Rapat Dalam Diri Begitu Kokoh Dan Dipenuhi Dengan Bara Api. Padaku Kau Curahkan Kemarahanmu Yang Tak Tentu Arah Itu. Salahkah Aku Bila Berharap Seperti Yang Aku Inginkan, Kau Hancurkan Sejuta Impianku Pada Setiap Jaring Yang Kau Sulam Dengan Kemarahan Itu Lalu Kau Masukkan Aku Kedalam Jaring-Jaring Kemarahanmu”.

(*Menjadi Gila Karena Tak Sanggup Menahan Tekanan Batin Yang Sangat Dalam)

Musik 27

(mengikuti ekspresi pemain musik dilema) Instrument : Gitar – Biola – Djimbe

Wati : “(*Menangis Lalu Tiba-Tiba Tertawa) Aku Yang Slalu Ada Bersamamu, Aku Yang Slalu Menemanimu Ketika Malam Datang Dan Pagi Menjelang. Tetapi Apa ! Kau Hancurkan Harap Yang Tlah Ku Tanam Sejak Lama. Aku


(24)

Sudah Muak Dengan Semua Ini, Muak... Oooh Tuhan... Akankah Harus Pergi Atau Bertahan Dalam DILEMA Yang Terjadi”.

Musik 28

(Musik Penutup MANONGKAH KERANG) Instrument : Djimbe – Kompang – Gitar – Biola SELESAI

3.3 Manajemen Produksi Pertunjukan Duanu

Manajermen pertunjukkan adalah proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengen-dalikan (sumber daya manusia, keuangan, fisik, dan informasi) yang berhubungan dengan pertunjukan agar pertunjukan dapat terlaksana dengan lancar dan terorganisir. Berbicara tentang manajemen produksi teater, agar pertunjukkan/pementasan teater berjalan sukses atau berhasil, maka diperlukan adanya kerjasama diantara pekerja seni (pelaku seni teater). Untuk mewujudkan kerjasama tersebut dibutuhkan yang namanya ”manajemen”. Oleh karena itu, suatu pementasan drama/teater harus diselenggarakan dengan cara yang profesional. Profesional dalam hal ini adalah adanya manajemen yang matang dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pascaproduksinya (Wijaya, 2007:192).12

1. Sutradara ( Derector )

Dalam sebuah pertunjukan Teater memang harus memiliki Manajemen Produksi untuk kelangsungan suatu Pertunjukan. Berikut adalah Manajemen Produksi Pertunjukan Duanu oleh Sanggar Latah Tuah UIN SUSKA Riau adalah:


(25)

Sutradara (derector), adalah seseorang yang memimpin dan bertanggungjawab penuh selama latihan atau selama persiapan pementasan sampai pementasan dilaksanakan. Baik dalam pemilihan naskah, pemilihan peain serta pekerja non art, dan bekerja sama dengan penata artistik dan non artistik. Sutradara bertanggung jawab menyatukan seluruh kekuatan dari berbagai elemn teater. Seorang sutradara harus bisa mewujudkan tujuan yang hendak dicapai melalui peentasan teater yang dilakukan. Sutradara dalam pertunjukan Duanu ini dipimpin oleh Muhammad Rezza Akmal. Selain menjadi Sutradara ia juga yang menulis naskah Duanu untuk dipertunjukan. Mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Suska Riau 2011 ini menjabat sebagai Ketua Umum Sanggar Latah Tuah sejak Priode 2014-2015. Ia juga sering tampil dalam banyak pementasan dan event-event budaya Melayu di Riau Pekanbaru.

Muhammad Rezza Akmal Sutradara dan Penulis Naskah

( Dokumentasi Nandez )

2. Stage Manager

Stage manager adalah seseorang yang fokus untuk mengatur semua hal teknis yang ada di pementasan. Mulai dari tata letak panggung, ukuran panggung, ruang-ruang


(26)

yang ada di deket panggung, loading barang, backstagenya seluas apa, setting, properti, kostum, make-up, multimedia, musik, dan lighting. Semua di bawah tanggung jawab Stage Manager. Yang tidak termasuk tugas dari Stage Manager adalah membuat blocking. Stage manager harus mengetahui setiap adegan pemain, menghandle durasi waktu supaya tidak berlebihan. Menangani pencahayaan antara warna artistik dengan kostum dan lighting. Sehingga gak akan ada tabrakan warna. Kebanyakan semua di-handle sama Stage Manager. Stage Manager dalam Produksi Pertunjukan Duanu ini ditanggungjawabi oleh Kelik Runiardiyanto atau biasa dipanggil Abii. Seorang mahasiswa Teknik Informatika 2010 UIN Suska Riau. Dan anggota Sanggar Latah Tuah angkatan ke 14. Banyak mengikuti beberapa event dan pementasan di Riau. Dan ia juga seorang Desain Grafis.


(27)

3. Pimpinan Produksi

Pimpinan Produksi (Pimpro), adalah seseorang yang bengatur, mengelola atau memanage, serta mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam sebuah produksi pementasan teater. Pimpinan Produksi dalam Produksi Pertunjukan Duanu ini dipimpin oleh Wandy Alfiandrie. Seorang Mahasiswa dari Fakultas Tarbiyah UIN Suska Riau 2011 dan Anggota Sanggar Latah Tuah angkatan ke -16. Banyak mengikuti event budaya sebagai penari dan pemain teater. Dan juga pelatih paduan suara mahasiswa di UIN Suska.

4. Penata Artisitik

Seseorang yang merancang setting panggung dan mempersiapkan property yang dibutuhkan oleh para pemain. Penata artistik juga disebut sebagai skenografi. Karena meliputi set-dekor-properti. Penata Artistik dalam Produksi Pertunjukan Duanu ini ditanggung jawabi oleh Muhammad Raffie seorang Mahasiswa jurusan


(28)

Teknik Listrik di UIN Suska Riau 2011. Dan Anggota di Sanggar Latah Tuah. Mengikuti beberapa event budaya dan teater di Pekanbaru dan diluar Provinsi.

5. Penata Panggung ( Stage Crew )

Pekerja Panggung (stage crew), adalah orang-orang yang mengerjakan hal-hal teknis di belakang layar dan bekerja sebagai pembantu umum, tugas stage crew adalah membantu tugas penata artistik untuk mengadakan, membuat, mengumpulkan, menyiapkan, dan menjaga serta memelihara segala perlengkapan dan peralatan panggung. Dan Membantu tugas penata lampu dalam merangcang dan mendisain dalam penataan efek cahaya. Penata Panggung dalam Produksi Pertunjukan Duanu ini di tanggungjawabi oleh Rahmat Indra Potranoer biasa dipanggil Boris. Seorang Mahasiswa jurusan Acounting Fakultas Ekonomi UIN Suska Riau 2012. Anggota Sanggar Latah Tuah angkatan ke 16. Sangat mencintai seni dan sering tampil dalam event budaya seperti tari teater bahkan musik.


(29)

6. Penata Cahaya

Dalam sebuah pementasan, semua orang yang terlibat dalam pementasan memiliki peran yang penting. Jika salah satu unsur tidak ada, maka akan mengganggu jalannya pementasan secara keseluruhan. Begitu pula dengan penata cahaya, dia juga menjadi bagian penting dalam sebuah pementasan selain sutradara dan aktor, disamping make uper, penata panggung, penata musik, penata kostum, dan unsur lainnya. Dengan kata lain, seorang penata cahaya harus mengikuti proses dari awal hingga pementasan berakhir. Penata cahaya dalam Produksi Pertunjukan Duanu ini ditanggung jawabi oleh Muhammad Haffi Anshori. Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi di UIN Suska dan Anggota Sanggar Latah Tuah angkatan 15 ini. Sering juga tampil dalam beberapa event seni dan budaya.


(30)

7. Penata Musik

Penata Musik, seseorang yang merancang dan mendisain penataan musik dan efek-efek suara lainnya untuk membawa suasa yang dibutuhkan dalam pementasan. Seorang penata musik dalam teater memiliki kriteria berikut : Minimal menguasai 1 atau 2 alat musik, Memiliki wawasan luas mengenai musik, Menguasai bebarapa aliran musik, Rajin dan tekun mendengarkan refrensi musik, Terus mencoba melakukan experimen musik baik dalam bentuk intrumen, lagu ataupun kolaborasi, dan mengusai teknis dalam penggunaan alat musik yang berhubungan langsung

dengan sound sistem. Penata musik dalam Produksi Pertunjuka Duanu ini ditanggungjawabi oleh Harry Effendy sebagai Music Director di Sanggar Latah Tuah. Seorang Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang sangat mencintai seni terutama Musik. Baginya musik adalah nyawa. Anggota Sanggar Latah Tuah angkatan ke 14. Sering mengikuti event-event musik dan selalu jadi music director dalam pementasan

8. Penata Rias dan Busana

Seseorang yang mempersiapkan tata rias para pemain untuk menimbulkan karakter yang dibutuhkan dan pemeranan serta mempersiapkan, mendisain, dan mengkoordinir pakaian yang diperlukan oleh setiap pemain. seseorang yang


(31)

mempersiapkan tata rias para pemain untuk menimbulkan karakter yang dibutuhkan dan pemeranan serta mempersiapkan, mendisain, dan mengkoordinir pakaian yang diperlukan oleh setiap pemain. Penata Rias dan Busana dalam Produksi Pertunjukan Duanu ini di tanggungjawabi oleh Sy. Putri Wahyuni. Anggota Sanggar Latah Tuah dan Mahasiswa di UIN Suska Riau.

9. Aktor

Aktor merupakan elemen penting dari sebuah garapan, sebuah garapan akan terasa hidup jika aktor-aktornya memainkan peran dengan baik, sebuah garapan bisa hidup tanpa sutradara tapi mustahil sebuah garapan berjalan tanpa adanya seorang aktor (Arifin C Noer). Mempelajari kehidupan __ Aktor harus bisa merasakan begaimana peran yang dibawakan. Artinya langsung bergaul dengan orang lain yang benar-benar merasakan hidup seperti perannya, opservasi, atau membaca. Seorang aktor memilik karakter sepefrti berikut : Memiliki motor acting, yaitu adanya kemauan dari dalam dirinya sendiri yang meliputi perasaan dan imajinasi. Memiliki visi seni yaitu mempunyai tujuan atau pengertian mengenai seni. Memiliki moral dan etika mempunyai sifat rendah diri, tekun, disiplin, mau belajar, toleransi, mempunyai rasa tanggung jawab, dan lain sebagainya. Seorang aktor harus menguasai teknik dalam artian tidak asal-asalan.


(32)

1. NUR AZIZAH (sebagai Emak) 2. DEVI JURAYAH (sebagai Wati)

3. M. HAFFIE ANSHORI (sebagai Pemuda)

4. HANISAH MUTTAKIN (Penari Kontemporer)

5. YONA SAPUTI DAMEL (Penari Kontemporer)

6. RENY RAMADHANY (Penari Kontemporer)

7. MARDIANI SYAFITRI (Penari Kontemporer)

8. REZA WULANDARI (Penari Kontemporer)

9. TITIS ISTATORI (Penari Kontemporer) 10.MAYA SARI (Penari Kontemporer)

11.MILA FADILA RAHMI (Penari Kontemporer)

12.NURUL RIZA PUTRI

13.SY. PUTRI WAHYUNI

14.ARMA NOVIYANTI

3.4 Penokohan dan Karakter Pertunjukan Duanu

lain. Perbedaan-perbedaan peran ini diharapkan akan diidentifikasi oleh penonton. Jika proses identifikasi ini berhasil, maka perasaan penonton akan merasa terwakili oleh perasaan peran yang diidentifikasi tersebut. Suatu misal kita mengidentifisasi satu peran, berbarti kita telah menngadopsi pikiran-pikiran dan perasaan peran tersebut menjadi perasaan dan pikiran kita. memegang peranan yang sangat penting. Bahkan Lajos Egri berpendapat bahwa berperwatakanlah yang paling utama dalam lakon. Tanpa perwatakan tidak akan ada cerita, tanpa perwatakan tidak bakal ada plot. Padahal ketidaksamaan watak akan


(33)

melahirkan pergeseran, tabrakan kepentingan, konflik yang akhirnya melahirkan cerita (A. Adjib Hamzah, 1985)13

1. Protagonis

.

Peran dalam Penokohan cerita Duanu ini adalah:

Protagonis adalah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita. Keberadaan peran adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika mencapai suatu cita-cita. Persoalan ini bisa dari tokoh lain, bisa dari alam, bisa juga karena kekurangan dirinya sendiri. Peran ini juga menentukan jalannya cerita. Peran ini dibawakan ini tokoh si pemuda dalam pertunjukan Duanu.

Ket. Gambar : Tokoh Pemuda dalam Pertunjukan Duanu

13


(34)

2. Antagonis

Antagonis adalah peran lawan, karena dia seringkali menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi. Tokoh protagonis dan antagonis harus memungkinkan menjalin pertikaian, dan pertikaian itu harus berkembang mencapai klimaks. Tokoh antagonis harus memiliki watak yang kuat dan kontradiktif terhadap tokoh protagonis. Peran ini dibawakan oleh tokoh Waty dalam pertunjukan Duanu.

3. Deutragonis

Deutragonis adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Peran ini ikut mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protaganis. Tokoh deutragonis ini diperankan oleh Emak.


(35)

4. Foil

Foil adalah peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita. Biasanya dia berpihak pada tokoh antagonis. Peran ini dibawakan oleh penari kontemporer yang juga bagian dari suku laut Duanu.

5. Utility

Utility adalah peran pembantu atau sebagai tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita dan kesinambungan dramatik. Peran ini dibawakan oleh tokoh seorang Penongkah Kerang dalam cerita Pertunjukan Duanu.


(36)

3.5. Pendukung Pertunjukan

Terkait dalam pendukung pertunjukan Milton Siger mengemukankan pemikirnya dalam Jurnal Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (1996:164-165) bahwa pertunjukan selalu memiliki ciri-ciri seperti berikut:

3.5.1. Waktu Pertunjukan Yang Terbatas

Waktu pertunjukan yang terbatas yaitu dalam sebuah pertunjukan memiliki durasi tertentu untuk menyajikan hasil karya nya dipanggung semaksimal mungkin dengan waktu yang telah ditetapkan. Artinya sebagai pelaku bagian dari pertunjukan itu berinisiatif menampilkan yang terbaik dengan waktu yang telah ditetapkan. Baik dengan perganti setting panggung juga dalam adegan. Seperti hal nya dalam pertunjukan Duanu. Pertunjukan ini berdurasi 57:01 detik. Dengan sangat maksimal dan terkoordinir. Bukan hanya sekedar menghibur tapi ada pesan didalamnya yang didapat setelah berlangsungnya pertunjukan. Setelah pertunjukan ini berlangsung akan ada lagi pertunjukan lain yang akan ditampilkan dipanggung.


(37)

Gambar : Video Pertunjukan Duanu dalam Windows Media Player

3.5.2. Awal dan Akhir

Awal dan Akhir pertunjukan yaitu suatu bagian yang mana didalam pertunjukan itu memiliki bagian pembuka isi dan penutup. Dalam pertunjukan Duanu memiliki bagian awal yaitu dalam hiruk pikuk dilema duanu lahirlah peradaban modern yang menjadi salah satu kegelisahan dan problematika Duanu. Yang ditandai dalam sebuah tarian kontemporer yang menjadi awal kepunahan suku Laut Duanu. Pada bagian akhir pertunjukan ditandai dengan kemarahan Wati dan keputusasaan Emak. Tak ada solusi yang mereka temukan selain hidup dalam kedilemaan.


(38)

Acara kegiatan yang terorganisir yaitu susunan acara yang diatur secara sistematis baik secara musik tari atau pun pertunjukan teaternya. Acara kegiatan yang terorganisir ini dapat berjalan karena memiliki manajemen produksi yang baik. Baik kepada sutradara. Stage manager. Pimpinan produksi. Tim kreatif. Penata musik, panggung, rias, dan aktor sudah memiliki porsi masing-masing untuk membentuk acara yang terorganisir. Duanu. Juga memiliki manajemen produksi yang baik. Sehingga dapat menampilkan pertunjukan yang sangat ekskusif.

3.5.4. Sekelompok Pemain

Sekelompok pemain yaitu orang-orang yang menjadi bagian penting dalam sebuah pertunjukan. Biasanya dalam naskah sudah ditentukan. Yang menjadi bagian utama dalam berlangsungnya pertunjukan. Dalam pertunjukan Duanu. sekelopok pemain itu adalah pemeran utama, pemain figuran atau penari kontemporer. Serta pemusik dari anak-anak Sanggar Latah Tuah. Yang menjadi bagian penting dalam pertunjukan Duanu.

3.5.5. Sekelompok Penonton

Sekelompok penonton yaitu orang-orang yang menyaksikan dan menikmati pertunjukan yang ditampilkan. dalam pertunjukan Duanu ini sekelompok penonton berasal dari kalangan pekerja seni, pencinta seni, penikmat seni terutama dari anak-anak teater mahasiswa se-Nusantara. Mulai dari Sabang sampai Merauke.


(39)

Gambar : Sekelompok penonton yang terlibat dalam pertunjukan

3.5.6. Tempat Pertunjukan

Tempat pertunjukan adalah suatu tempat yang menjadi pendukung telaksaksananya acara. Tempat pertunjukan bisa dialam terbuka atau pun didalam gedung yang memuat banyak penonton. Berkenaan dengan kelangsungnya acara. Tempat pertunjukan ini berlangsung di gedung utama Taman Budaya Sumatera Utara dengan kapasitas penonton 6000.

3.5.7. Kesempatan Untuk Mempertunjukannya

Kesempatan untuk mempertunjukannya maksudnya adalah dimana pertunjukan ini hanya ditampilkan dalam satu moment yang tepat. Dimana pelaku pertunjukan ini ingin benar-benar menyampaikan pesan dari pertunjukan itu dan ingin penikmat pertunjukan mengerti tentang pertunjukan itu. Sanggar Latah Tuah memanfaatkan kesempatan itu dalam acara besar Temu Teater Mahasiswa Nusantara dengan


(40)

menampilkan Duanu sebagai cerita nyata yang mereka harap bukan hanya pada Riau saja yang tau tentang Suku Laut Duanu dan dilemanya saat ini tapi juga pesan untuk Indonesia agar memelihara kebudayaan kita jangan sampai punah.

3.6. Proses Persiapan Panggung

Proses persiapan panggung dalam pertunjukan Duanu yaitu:

3.6.1. Panggung

Dalam persiapan panggung pertunjukan Duanu ini panggung disetting dengan beberapa settingan tempat:

- Settingan pertama. Panggung dibuat seperti dalam kelahiran peradaban baru yang menjadi awal kegelisahan Suku Laut Duanu. Seperti dalam suasana alam bawah sadar yang hiruk pikuk.

- Settingan kedua. Panggung yang hanya ada satu kursi dan level tempat lesehan dibuat seperti sebuah pondok kumuh tempat biasa tokoh si pemuda yang sedang mabuk .

- Settingan ketiga. Panggung dibuat seperti dalam suasana menongkah kerang di laut. Yang mana diilustrasikan dengan beberapa tarian kontemporer dan tari manongkah kerang.

- Setting keempat. Panggung dibuat seperti sebuah desa suku Laut Duanu Tempat Wati dan Mak tinggal. Didepan rumah menghadapa kelautan yang mana lautan itu tak lagi jadi alam yang bersahabat bagi mereka.


(41)

Sound system adalah perlengkapan untuk memperjelas suara ketika dipanggung agar dialog yang ucapkan, musik yang dimainkan, sampai kepada penonton yang bahkan duduknya jauh dari panggung.

Gambar : Perlengkapan sound system pertunjukan 3.6.1.2 Lighting / Pencahayaan Lampu

Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk untuk menerangi panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka pementasan tidak akan terlihat. Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya. Dalam teater, lighting terbagi menjadi dua yaitu:

1. Lighting sebagai penerangan. Yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi panggung beserta unsur-unsurnya serta pementasan dapat terlihat.


(42)

2. Lighting sebagai pencahayaan. Yaitu fungsu lighting sebagai unsur artisitik pementasan. Yang satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan tuntutan naskah.

Dalam sebuah pementasan, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya antara satu dengan lainnya. Jika salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya proses produksi secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya’. Dia juga menjadi bagian penting selain sutradara dan aktor, disamping make up, stage manager, dan unsur lainnya. Dengan kata lain, lightingman juga harus memiliki disiplin yang sama dengan semua pendukung pementasan.

Peralatan yang digunakan dalam pencahayaan adalah:

1. Lampu: sumber cahaya, ada bermacam, macam tipe, seperti par 38, halogen, spot, follow light, focus light, dll.

2. Holder: dudukan lampu. 3. Kabel: penghantar listrik.

4. Dimmer: piranti untuk mengatur intensitas cahaya.

5.Main light: cahaya yang berfungsi untuk menerangi panggung secara keseluruhan.

6. Foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung. 7. Wing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung. 8. Front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.


(43)

9. Back light: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan di panggung bagian belakang.

10. Silouet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop.

11. Supper light: lampu untuk menerang bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat di atas panggung.

12. Tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring), tang, gunting, isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.

13. Seri light, lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)

14. Paralel light, lampu yang diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).

Seperti yang telah dipaparkan di atas, secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada umumnya harus diketahui oleh Lightingman, selanjutnya baik tidaknya tatacahaya bergantung pada pemahaman, pengalaman dan kreatifitas dari lightingman.


(44)

Gambar : Lampu Halogen sebagai sumber pencahayaan

Gambar : Dimer sebagai pengatur intesitas Cahaya

3.6.2. Kostum

Dalam pementasan teater, kostum juga memegang peranan yang penting,bukan hanya sekedar penutup tubuh pemain atau fungsi utamanya saja dan bukan sekedar fasilitas pemeran.Bahkan untuk saat ini kostum memiliki ruang tersendiri dalam dunia rupa.Kostum pementasan teater merupakan bahasa visual tersendiri dan salah satu alat komunikasi pemeran dan penonton (bahasa non ferbal). Walaupun dalam struktur kerja, penata kostum adalah


(45)

pembantu aktor/aktris dalam melakoni peran, akan tetapi penata kostum bisa berbicara di atas panggung melalui karyanya,maka dari itu sangat penting adanya dialektika antara para penata,aktor/aktris,dan sutradara(semua yang terlibat di dalam garapan tersebut). Dalam pementasan teater satu dan lainnya saling terkait,saling mempengaruhi,saling menopang dan berdiri pada posisi yang sama pentingnya untuk mencapai suatu momentum yang bersinergi. Kostum yang digunakan beberapa pemain dalam pertunjukan Duanu pada tokoh-tokoh pemain antara lain:

1. Pemuda : Kostum yang digunakan tokoh si pemuda ini adalah menggambarkan bahwa sipemuda adalah masyarakat suku laut Duanu yang

terombang ambing oleh keadaan. Oleh

ketakberdayaannya menghadapi problematika hidup yang semakin hebat.

Semakin canggih pemikiran dan juga teknologi. Itu sebab nya pemuda mengenakan kostum selayaknya orang yang putus asa pada kehidupan sebagai seorang pemabuk berat dan hampir gila Gambar : kostum pertunjukan tokoh si pemuda

2. Wati : Sebagai seorang perempuan melayu pedalaman yang dalam kebudayaannya adalah perempuan yang bajunya masih sopan da tertutup yang masih kental akan kebudayaan islamnya. Wanita yang diperankan


(46)

sebagai wati ini menggunakan kostum baju kurung dengan rok dan memakai jilbab.

Gambar : kostum pertunjukan tokoh si Waty

3. Emak : Sebagai seorang wanita paruh baya yang hidup dalam kebudayaan proto melayu wanita yang berperan sebagai Emak ini memakai Kostum selendang, baju blus orang tua paruh baya dan sarung yang dililitkan sebagai rok.


(47)

4. Aktor / penari Kontemporer : Sebagai penari yang memerankan hiruk pikuk suku laut Duanu. Aktor ini mengenakan Kostum yaitu manset warna kulit sebagai baju, dibalut kain putih yang dibentuk seperti kancut, dan stocking kulit yang dipakai kewajah sebagai topeng (kelahiran peradaban baru).

Gambar : Kostum penari kontemporer (kelahiran peradaban baru)

5. Aktor / penari kontemporer : Kostum yang digunakan adalah oleh penari kontemporer yang menggambarkan bahwa Suku Laut Duanu adalah suku yang masih kental akan tradisi-tradisi nya ini ditampilkan oleh aktor dengan kostum yaitu baju celana serta topi yang dibentuk dari jerami yang dicat berwarna coklat ditambah dengan ornamen bulu-bulu ayam sebagai penghias ditopinya.


(48)

Gambar : Kostum yang dikenakan penari

3.6.3. Properti

Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan. Properti juga sebagai pembangun atmosfer dan indikator ruang dan waktu pementasan itu sendiri. Properti yang digunakan dalam pertunjukan ini adalah :

3.6.3.1. Penongkah Kerang

Penongkah adalah papan atau keranjang yang dibuat untuk mengambil kerang dilumpur. Yang cara menggunakannya adalah dengan mendorong dilumpur. Menongkah itu adalah sebuah aktifitas unik, atau khusus yang dimiliki oleh masyarakat duanu atas pulaunya. Dalam rangka menangkap atau mencari kerang, khsusnya kerang darah atau kerang darat. Dan kekhusussan ini tidak dimiliki oleh komunitas-komunitas lain. dan ini hanya ada pada masyarakat duanu, dimana mereka menongkah dengan sekeping papan diatas hamparan pantai yang sangat becek dan cukup licin sekali.


(49)

Gambar : (properti) alat penongkah kerang dalam pertunjukan

3.6.3.2 Kain Putih

Kain Putih sebagai backgroound penari kontemporer. Menandakan kelahiran peradaban baru. Lebar kain sekitar 5 Meter.

Gambar : (properti) kain putih dalam pertunjukan

3.6.3.3 Botol Bir

Botol bir yang digunakan sipemuda sewaktu mabuk. Sebagai salah satu properti yang menjadi pelengkap karakter pemuda.


(50)

Gambar : (Properti) Botol Bir yang selalu dibawa bawa oleh si pemuda

3.6.3.4. Parang

Salah satu properti yang digunakan si pemuda dalam pertunjukan sebagai bentuk sebuah kemarahan dan kebenciannya pada Hidupnya. Yang selalu dibawa bawanya ketika ada orang yang mencoba mengusili hidupnya.

Gambar : (Properti) parang yang dipakai sipemuda dalam pertunjukan

3.6.3.5 Kursi dan Bangku

Kursi sebagai salah satu properti yang penting digunakan dalam panggung sebagai pelengkap pertunjukan. Yang digunakan oleh si pemuda sebagai tempat duduk saat dia mabuk. Dan tempat duduk diteras rumah Wati dan Emak.


(51)

Gambar : (Properti) Kursi dan Bangku yang digunakan dalam Pertunjukan

3.7 Instrument Musik

Instrument Musik yang digunakan dalam pertujukan Duanu oleh Sanggar Latah Tuah adalah sebagai berikut:

3.7.1. Gitar

Gitar yang menjadi salah satu intrument penting dalam pertunjukan Duanu. Gitar sebagai pembawa melodi mengiringi biola dan djimbe. Gitar yang digunakan adalah gitar akustik. Gitar akustik adalah jenis getar senar ke dalam ruang suara. Suara di dalam ruang suara ini aka terhadap kayu badan gitar. Jenis dan kualitas kayu serta jenis senar yang digunakan akan memengaruhi suara yang dihasilkan oleh gitar akustik. Gitar akustik memiliki beberapa nama-nama dalam organnya. "Headstock" "Nut" (pembatas antara kepala dan leher), Alat Pemutar Heel (Penghubung), Badan Gitar, "Bridge", Bagian Belakang, "Soundboard" (Bagian Penghasil Suara / kota suara, Senar, "Saddle""Fretboard" (Fingerboard).


(52)

Gambar : Gitar

yang dipakai dalam pertunjukan

3.7.2. Biola Biola adalah adalah salah satu intrument pembawa melodi. Intrument yang bisa menciptakan musik melayu yang Harmoni. Biola adalah sebua dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain deng paling rendah adal

dawai yang lainny. Kertas

musik untuk biola hampir selalu menggunakan atau ditulis pada

Gambar : Biola yang digunakan dalam pertunjukan


(53)

Djembe adalah sebuah kayu yang berbentuk seperti gelas dan ditutup oleh kulit dengan tali sebagai alat untuk mengencangkannya. Yang dimaksudkan untuk dimainkan/dipukul dengan tangan kosong. Sebuah alat musik pukul tradisional atau traditional drum yang berasal dari afrika. Pada awalnya djembe dipakai oleh masyarakat afrika untuk alat komunikasi pada jaman dulu, ini dikarenakan karena jarak yang sangat jauh dari desa ke desa. Selain itu alat musik tradisional ini pada jaman dulu banyak dipakai untuk acara suku tradisional afrika, khususnya dipakai untuk acara spiritual/keagamaan. Pada umumnya djembe berukuran 12” (30cm) pada diameternya, dan 24”(60cm) pada tingginya. Dan pada tingginya dibagi 2, 30cm pada bagian kakinya dan 30cm lagi untuk ukuran badannya. Djembe juga dapat ditemukan dalam ukuran yang lebih bervariasi, mulai dari yg terkecil dari 5” (13cm) sampai yang terbesar 18” (46cm) pada diameternya. Bunyi yang dihasilkan dari pukulan ke kulit djembe akan sangat tegas dan tajam, dikarenakan dari bentuk djembe yang menyerupai piala dan terdapat rongga atau yang dalam hukum fisika dikenal sebagai Helmholtz resonator (peristiwa resonansi pada suatu rongga). Bunyi-bunyi yang dihasilkan dalam djembe juga dihasilkan oleh beberapa teknik pukulan seperti “bass”, “tone”, dan “slap”. Namun semakin inovatifnya manusia dalam memainkan pukulan djembe, maka berbagai bunyi akan lebih variatif bunyinya. suara tinggi dan tajam, nada lebih bulat dan penuh, dan bass yang rendah dan dalam. Rentak yang dimainkan dalam pertunjukan ini adalah rentak melayu. Yaitu zapin.


(54)

Gambar : Djembe yang digunakan dalam pertunjukan

3.7.4. Kompang

Kompang adalah sejenis alat musik tradisional dari klasifikasi membranofon. Bentuknya seperti sebuah kuali dan terbagi kepada dua bagian yaitu baluh (badan) dan belulang. Baluh bingkai kompang dibuat dari kayu pohon nangka. Dan belulang terbuat dari kulit kambing. Kompang dimainkan dengan sebelah tangan sementara sebelah tangan lagi memukulnya. Kompang dapat dimainkan secara duduk atau berdiri. Pada asasnya, kompang menghasilkan dua bunyi yaitu ‘pak’ dan bunyi ‘bung’. Pukulan ‘pak’ harus lebih berat daripada bunyi ‘bung’. Bunyi ‘pak’ dihasilkan apabila bagian tengah kompang dipukul dengan tapak tangan sambil jari tangan terbuka. Kekuatan bunyi adalah hasil dari pukulan tapak jari. Untuk menghasilkan bunyi yang tepat, sentuh tapak ibu jari dan jari anak mendahului jari yang lain sewaktu memukul. Bunyi ‘bung’ dihasilkan sewaktu bagian pinggir permukaan kompang yaitu 1/3 daripada permukaan dipukul dengan jari. Apabila semua jari dalam keadaan tertutup sewaktu


(55)

memukul. Waktu mengatur posisinya adalah dengan cara memegang kompang.

Gambar : Kompang dan cara memainkan

3.7.5. Water Sound

Water sound atau suara air adalah instrument ber-klasifikasi idiofon atau alat musik yang bisa menghasilkan bunyi air, tetapi tidak terbuat dari air. Seperti stick water dalam percussion. Hanya saja yang ini dibuat dan


(56)

dinamai sendiri oleh

anak-anak sanggar latah tuah UIN Suska Riau. Instrument ini terbuat dari bambu yang sudah tua. Berwarna krim kecoklatan. Yang panjangnya satu meter. Badan bambu yang tua dan kokoh ini kemudian dipaku dengan paku kayu yang kira-kira besar pake sekitar inch, lalu sisi atas instrument ditutup dengan triplek yang dibentuk bulat sesuai dengan ujung bambu dengan alasana agar kacang hijau yang dimasukkan tidak akan tumpah. Lalu masukkan ¼ kacang hijau kedalamnya agar dia dapat berjalan diantara paku-paku tadi dengan sempurna. Lalu ditutup sisi bawah dititp sama seperti diatas. Suara yang dihasilkan adalah seperti suara air. Bisa seperti suara desiran air, bisa juga seperti air mengalir. Mereka menamainya Water Sound.


(57)

Gambar : Water Sound Oleh Sanggar Latah Tuah UIN Suska Riau

3.7.6. Metronom

Metronom adalah salah alat musik yang termasuk dalam klasifikasi idiofon yang terbuat dari batok kelapa yang fungsinya sama seperti metronom pada umumnya yaitu mengatur tempo. Metronom dimainkan dengan diketukkan dengan kayu pemukulnya. Tempo yang dimainkan sesuai dengan musik dan latar pertunjukan.

Gambar : Metronom yang

terbuat dari Batok Kelapa oleh

anak-anak Sanggar Latah Tuah

3.8. Teknik Penyajian

14

14

Dalam RENDRA. Seni Drama Untuk Remaja.

Teknik penyajian

yang digunakan dalam membuat musik pertunjukan dengan menciptakan soundtrack dan improvisasi pada bunyi dan musik saat pertunjukan main. Improvisasi adalah


(58)

melakukan sesuatu tanpa persiapan. Biasanya terjadi secara serta merta karena di dukung oleh kondisi dan keadaan. Improvisasi bersifat spontan dan refleks. Biasanya di lakukan untuk mencairkan suasana atau sebagai pengisi waktu jeda. Improvisasi berhubungan erat dengan seni musik dan seni drama. Meski secara pengertian, definisi improvisasi dalam kehidupan dan dalam kesenian hampir sama, namun ada sedikit beda dalam hal yang di lakukan. Improvisasi membutuhkan spontanitas, kreatifitas, daya cipta, daya khayal serta kepiawaian dalam menguasai keadaan.

Dediansyah (2007:96-100) bahwa ketika ber- teater ada beberapa hal yang penting untuk diketahui dalam improvisasi menanggapi bunyi dan musik yaitu :

3.8.1. Bereaksi Kepada Irama Musik

Adalah bahwa irama musik memberi pengaruh kepada pelakon untuk bereaksi ketika musik main. Jika sebuah musik dimainkan, musik itu dapat merangsang sel - sel saraf manusia sehingga menyebabkan tubuh kita bergerak mengikuti irama musik tersebut. Jika musinya cepat maka gerakan kita cepat, demikian juga sebaliknya.Menciptakan gerak, gesture, mimik dan emosi. Seperti yang diungkapkan Alan. P. Meriam dalam Fungsi Musik. Bahwa fungsi musik disini sebagai sebagai reaksi jasmani, dan pengungkapan emosional.

3.8.2. Bereaksi Kepada Melodi Musik

Sama halnya dengan irama musik. Melodi musik pun dapat memberikan reaksi kepada pelakon untuk menciptakan suasana dan latar seperti saat musik dimaikan. Tetapi ketika melodi dimainkan itu lebih kepada suasana pertunjukan.


(59)

Bukan pada reaksi personal pemain/pelakon. Hal ini dapat dilihat dari aspek - aspek musik tersebut, misalnya tempo sebuah musik. Jika tempo sebuah musik lambat, maka kebanyakan teksnya menceritakan hal - hal yang menyedihkan sehingga musik itu melambangkan akan kesedihan. Dan berpengaruh pada reaksi pemain. Dalam konteks ini musik berfungsi sebagai perlambangan.

3.8.3. Menanggapi Musik Dari Isi Perasaannya

Bahwa pemain/pelakon juga harus peka ketika musik dimainkan menanggapi nya bukan Cuma dari irama musik itu, melodinya tetapi juga isi perasan dari musik tersebut. Karna ketika musik itu main. Artinya pemusik dan pemain sedang berkomunikasi untuk menciptakan harmoni dalam sebuah pertunjukan agar sampai pada penonton maksud dari pertunjukan tersebut.

3.8.4. Menanggapi Isi Dari Syair Lagunya

Menanggapi isi dari syair lagu tersebut bukan hanya sekedar ditanggapi tapi difahami bahwa benar-benar syair lagu yang menjadi soundtrack pertunjukan itu sejalan dengan naskah dan alur cerita. Seperti syair lagu Manongkah Kerang Oleh Sanggar Latah Tuah yang diciptakan sesuai dengan lakon pertunjukan dan keadaan nyata kegiatan yang dilakukan masyarakat suku Laut Duanu pada umumnya.


(60)

Plot atau Alur cerita merupakan rangakaian peristiwa yang saling berhubungan dengan sebab-akibat. Alur atau plot disusun dengan tujuan untuk mengungkapkan buah fikirannya secara khas. Pengungkapan lewat jalinan plot yang baik akan menciptakan ruh yang mampu menggerakkanalur cerita drama itu sendiri. alur yang dipakai dalam pertunjukan Duanu ini adalah alur suspense : dugaan, prasangka. Rangkaian ketegangan yang mengundang pertanyaan dan keingintahuan penonton. Suspense akan menumbuhkan dan memelihara keingintahuan penonton dari awal sampai akhir cerita. Artinya fikiran penontonsenantiasa diselimuti oleh pertanyaan yang menegrah kepada akibat yang akan terjadi pada setiap peristiwa dramatik. 15

3.9.1. Bagian Awal Cerita

Jenis plot yang digunakan dalam Cerita Pertunjukan Duanu ini adalah Single Plot yaitu satu alur cerita dan satu konflik yang bergerak dari awal sampai dengan akhir. Ciri khas alur ceritanya secara garis besar, memiliki kesetiaan pada satu konflik yang bergerak dari awal sampai akhir cerita. Dan dalam petunjukan Duanu ini memiliki bagian awal, bagian isi cerita dan bagian akhir cerita.

Bagian awal cerita dalam Pertunjukan Duanu ini menceritakan tentang mulai lahirnya suatu peradaban yang menggeruskan tradisi Duanu. Munculnya keresahan dan kedilemaan yang ditandai dengan amuka-amukan yang tak tau untuk siapa. Pemberontakan bahwa mereka tak ingin hidup dengan suku-suku lainnya, tak ingin ada perkawinan dengan budaya lain karena itu dapat menghilangkan kebudayaan mereka. Dengan lahirnya generasi baru. Ya. mereka suku laut Duanu. Komunitas 15


(61)

Adat Terpencil yang masih awam yang tau nya hidup hanya dengan memanfaatkan apa yang ada disekitar, sementara untuk pergi merantau mencari kehidupan sama saja dengan menghilangkan kebudayaan mereka. Kehiruk pikukan itu diilustrasikan dengan sebuah gerakan kontemporer yang absurd. Mengandai-andai bahwa laut sawah dan isinya yang dahulu bersahabat dengan mereka, yang bisa mereka manfaatkan sebagai kebutuhan hidup kini mengalami abrasi dan tak ada lagi yang tersisa. Semua tanpak rata. Kebiasaan manongkah kerang yang biasa mereka lakukan hanya tinggal alat nya saja. Tak ada yang bisa ditangkap tak ada hasil tak ada yang dapat dijadikan penghidupan. Dan kehidupan akan tetap dijalani.

3.9.2. Bagian Isi Cerita

Klimaks ditandai dengan munculnya seorang pemuda yang dirinya pun telah diliputi dilema tapi salah satu cara menenangkannya adalah dengan mabuk minum tuak. Masuknya kebudayaan-kebudayaan seperti minum tuak, berjudi dan bahkan main perempuan adalah hal dapat melepaskannya dari kejenuhannya akan apa yang dirasakannya. Tetapi tetap dalam batinnya sedih karena ia pun sadar bahwa ia telah menyia-nyiakan hidupnya hanya untuk melakukan hal yang tidak berguna tanpa mencari penghasilan. Ya. batinnya pun sebenarnya tertekan karena laut yang tak bersahabat membuatnya enggan untuk menongkah kerang. Laut yang kini hanya tinggal cerita. Sipemuda hanya duduk berbicara keresahannya sendiri seakan-akan ada yang mendengar keluhannya. Ia pergi meninggalkan keresahannya dipondok itu dengan langkah gontai masih sambil mabuk.


(62)

3.9.3. Bagian Akhir Cerita

Hiruk pikuk masih tetap ada. Dilema masih tetap melanda terutama pada waty dan Emak. Yang menjadi bagian besar kehidupan Duanu. Emak yang masih tak terima dengan keadaan yang seperti ini, ia masih menginginkan kehidupan dimana laut bersahabat dan keluarganya utuh. Kini ia hanya hidup dengan waty. Anak bungsunya putra dan suaminya telah ditelan gelombak laut saat hendak mencari penghidupan. Kini yang bisa dilakukan emak hanya termangu meratapi nasib dan menunggu kepunahan. Sedang waty yang selalu saja membuka pola fikir Emak bahwa akan ada kehidupan yang lebih baik. Tapi Emak tak mau terima. Perasaan waty pun hancur. Hanya dengan Emaklah ia hidup tapi Emak pun tak tak mau terima keadaan seperti ini. Memberontak tapi tak tau pada siapa. Hingga akhirnya waty hanya bisa menjerit memohon pada Tuhan dengan segenap ketidak warasannya menghadapi hidup. Jika Emak saja ornagtuanya tak lagi mau mendegarkan tanggapan Waty. Lalu pada siapa lagi dia kan bertukar fikiran. Ya. hanya pada diri sendiri. hingga lama-lama ia pun menerima apa yang mak katakan. Bahwa kita akan punah secara perlahan.


(63)

BAB IV

STRUKTUR LAGU MANONGKAH KERANG DALAM

PERTUNJUKAN DUANU OLEH SANGGAR LATAH TUAH UIN

SUSKA RIAU

4.1 Pengantar

Struktur musik yang dikaji dalam Bab ini mencakup struktur melodi yang digunakan. Struktur melodi lagu menjadi bagian dari lagu dalam Pertunjukan Duanu oleh Sanggar Latah Tuah UIN Suska Riau. Lagu Manongkah Kerang adalah salah satu lagu yang mewakili tulisan ini. Dengan nuansa melayu yang dibuat sendiri oleh penata musik Sanggar Latah Tuah. Lagu ini akan dikaji melalui delapan unsur seperti yang ditawarkan oleh William P. Malm melalui teori weighted scale. Adapun kedelapan unsur melodi yang akan dianalisis meliputi:

1. tangga nada

2. nada pusat atau nada dasar; 3. wilayah nada,

4. jumlah nada-nada 5. interval yang digunakan; 6. pola-pola kadensa; 7. formula melodi ,dan 8. kontur.


(64)

(65)

(66)

4.2. Struktur Lagu Manongkah Kerang

Dengan berdasar kepada teori weighted scale yang diaplikasikan untuk menganalisis lagu tersebut yaitu Manongkah Kerang maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

4.2.1 Tangga Nada

Setelah melakukan transkripsi dari lagu tersebut maka selanjutnya menganalisi struktur melodinya. Pendekatan yang dlakukan Penulis untuk menentukan tangga nada dan nada dasar dilakukan dengan pendekatan

weighted scale, seperti yang dikemukakan oleh Bruno Nettl (1964:7). Teori ini

dapat mendeskripsikan secara umum keberadaan struktur melodi lagu Manongkah Kerang terutama bagi para pemula yang dilatarbelakangi pendidikan musik Barat yang selanjutnya lebih dapat menelusuri konsep dan struktur sebenarnya musik Manongkah Kerang oleh Sanggar Latah Tuah UIN Suska Riau ini baik dalam pandangan musikologis secara umum. Dari hasil transkripsi lagu sampel itu, maka struktur tangga nada yang digunakan oleh lagu tersebut adalah seperti berikut ini:


(67)

4.2.2 Nada Dasar

Dalam menentukan nada dasar, penulis mempergunakan kriteria-kriteria generalisasi yang ditawarkan oleh Bruno Nettl dalam bukunya yang berjudul Theory and Method in Ethnomusicology (1984:164). Menurutnya ada tujuh kriteria yang ditawarkannya untuk menentukan nada dasar suatu lagu, yaitu sebagai berikut :

1. Melihat dari patokannya nada mana yang sering dipakai

2. Walaupun jarang dipakai nada yang harga ritisnya besar bisa dikatakan sebagai nada dasar.

3. Melihat nada awal atau akhir suatu komposisi yang dianggap mempunyai fungsi penting dalam penentuan tonalitas (nada dasar).

4. Nada yang berada pada posisi paling rendah atau posisi tengah dianggap penting.

5. Jika ada satu anda yang digunakan bersaaan dengan oktafnya dan ritmisnya sebagai patokan.

6. Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik adalah berdasar kepada pengalaman akrab dengan gaya musik tersebut (terjemahan Marc Perlman 1990).

Dari beberapa kriteria diatas maka nada dasar dalam lagu Manongkah Kerang adalah sebagai berikut :

1. Nada yang sering dipakai adalah nada G


(68)

3. Nada awal komposisi adalah nada G, dan nada akhirnya adalah nada G 4. Nada paling rendah adalah nada C, dan nada paling tengah adalah nada D 5. Adanya tekanan ritmis pada nada D

6. Pengenalan yang akrab dengan gaya musik yang G

Kesimpulan lagu Menongkah Kerang bernada dasar G, karena nada-nada yang digunakan adalah nada G-D-A (yaitu 5-2-1 dari tangga nada G).

4.2.3 Wilayah Nada

Dari hasil tangga nada yang didapatkan dari Lagu Manongkah Kerang Dengan berpedoman pada nada terendah dan nada yang tertinggi frekuensinya dan jarak atau interval yang dihasilkan. Maka wilayah nada yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Manongkah Kerang : G sampai ke nada D

4.2.4 Jumlah Nada

Dalam menentukan jumlah nada-nada ada dua cara yang perlu dilakukan. Yang pertama adalah melihat banyaknya kemunculan setiap nada tanpa melihat jumlah durasinya secara kumulatif. Yang kedua adalah melihat kemunculannya dan sekaligus menghitung durasi kumulatif. Karena durasi juga


(69)

menentukan komposisi jumlah nada dalam melodi. Jumlah nada dalam lagu Manongkah Kerang adalah 153 nada.

4.2.5 Penggunaan Interval

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada berikutnya, naik maupun turun (Manoff 1991 : 50). Pada suatu komposisi lagu interval adalah penggarapan melodi yang dicapai melalui bangunan nada secara melangkah atau melompat, turun , maupun mendatar. Ukuran interval ini dapat menggunakan laras atau langkah dan sent. Penggunaan Interval dalam lagu Manongkah Kerang adalah :

Interval Murni Mayor Minor Dim

Prime Murni 107

Sekunda 78

Terst 21

Kwart 15

Kwin

4.2.6 Pola-Pola Kadensa

Kadensa adalah nada akhir dari suatu bagian melodi lagu yang biasanya ditandai dengan tanda istirahat. Pola kadensa dapat dibagi menjadi dua bagian,


(70)

yaitu: semi kadens (half cadence) dan kadens penuh (full cadence). Semi kadens (half cadence) adalah suatu bentuk istirahat yang tidak lengkap atau tidak selesai (complete) dan memberi kesan adanya gerakan ritem yang lebih lanjut. Sedangkan kadens penuh (full cadence) adalah suatu bentuk istirahat di akhir frasa yang terasa selesai (lengkap) sehingga pola kadensa seperti ini tidak memberikan keinginan/ kesan untuk menambah gerakan ritem. Berikut pola kadensa yang terdapat pada lagu Manongkah Kerang.

Pada Frasa 1 Bar 3

Pada Frasa 2 Bar 5

4.2.7 Formula Melodi

Formula melodik yang akan dibahas tulisan ini meliputi bentuk dan frasa. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi. William P. Malm mengemukakan bahwa ada beberapa istilah dalam menganalisis bentuk, yaitu:


(71)

1. Repetitive adalah bentuk nyanyian dengan melodi pendek yang diulangulang. 2. Iterative adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian.

3. Strophic adalah bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks nyanyian yang baru atau berbeda.

4. Reverting adalah bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.

5. Progressive adalah bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru.

Dalam lagu Manongkah Kerang ini menggunakan formula melodi Repetitive dan Strophic.

Bentuk : A-B Frasa : A-B

Motif Melody : a1-a2

b1-b2

4.2.8 Kontur

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah nyanyian. Malm membedakan kontur ke dalam beberapa jenis, sebagai berikut:

1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik


(72)

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun

dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung

dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.

4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari

satu nada ke nada yang lain baik naik maupun turun.

5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari

nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun minor.

7. Static yaitu garis melodi yangbentuknya tetap yang jaraknya mempunyai batas-batasan.

Melodi yang dihasilkan dalam lagu manongkah kerang ini adalah: Pada bar 3 desending (menurun)

Pada bar 5 terraced (berjenjang) Pada bar 11 asending (menaik) Pada bar 24 statis (sejajar)


(73)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, penulis akan membuat kesimpulan dari pembahasan dan hasil penelitian yang telah penulis lakukan.

Duanu adalah suatu cerita nyata yang terjadi di Suku Laut pedalaman Riau. Sebuah kebudayaan yang tengah menghadapi dilema dan keresahan akan hilangnya tradisi dan munculnya faktor-faktor yang membuat mereka terancam punah diangkat oleh sekumpulan anak-anak seni dari Sanggar Latah Tuah UIN Suska Riau dalam pertunjukan Teater yang ditampilkan pada Temu Teater Mahasiswa Nusantara Medan. Pertunjukan ini bukan hanya ditampilkan dalam dalam teater tapi ada tarian kontemporer didalamnya dan lagu Manongkah Kerang sebagai soundtrack dalam pertunjukan ini. Lagu Manongkah Kerang yang menjadi satu tradisi / kebudayaan dalam masyarakat Duanu ini dikemas dengan musik melayu. Dan memakai rentak zapin dalam permainan kompang. Alat musik yang digunakan dalam pertunjukan ini memakai gitar, biola, djembe, kompang, watersound, dan metronom. Dengan menjadikan Duanu sebagai pertunjukan teater. Sekumpulan mahasiswa dari Sanggar Latah Tuah ini berharap bahwa kebudayaan sekecil apapun yang ada dalam masyarakat sekitar kita hendaklah kita jaga. Bukan untuk hilangkan tapi harus dilestarikan.


(74)

Kesenian adalah bagian dari estetika kehidupan. Segala yang menjadi bagian dari kita adalah kebudayaan. Bahkan pada yang kita lakukan sehari-hari. Teater tapi juga diaplikasikan kedalam kehidupan. Selaku calon intelektual yang diberkahi ilmu akal dan bentuk-bentuk kecerdasan lainnya. Terutama dalam menciptakan karya seni didunia Teater. Apapun yang ada didepan mata yang kita alami bisa kita pertunjukan. Kita lah pemain. Kita juga penonton. Hidup kita adalah panggung sandiwara. Sebaik mungkin kita ciptakan karya terbaik. Tetap jadi manusia yang bisa menghargai kebudayaan orang lain apapun itu tanpa menjadi Etnosentris.


(75)

BAB II

GAMBARAN UMUM SANGGAR LATAH TUAH UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM (UIN SUSKA) RIAU

2.1 Sejarah Berdirinya Sanggar Latah Tuah Uin Suska Riau

Sanggar Latah Tuah adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), yang berada dan bernaung dibawah sebuah institusi pendidikan yang bernama Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Sanggar Latah Tuah berdiri pada tanggal 23 Oktober 1996, sejak awal berdirinya Sanggar Latah Tuah berdomisili di jalan KH. Ahmad Dahlan No. 94 Sukajadi Pekanbaru Riau. Yang sekarang Sanggar Latah Tuah terletak di Jalan H.R Soebrantas No. 155 Komplek Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.


(1)

vii

Syukron, bang Firman Saputra, bang Awal, bang Joko, bang Sam, bang Asenk, bang Rendy, bang Sulekman, , kak Opiee, kak Tiwi, kak Ika, bunda Tari, sahabat-sahabat penulis Nur Alfi Syahri, Sri Purwati, Cherly Fika, Evi Marlina Hrp, Annisa Silvyana Sikumbang, Muhammad Ihsan Nst, Adeg Syaputra, Ahmadzi Syarif Nst, Usman Ritonga, Febby Yoana Siregar, Hendrik Kurniawan, adek-adek saya Tari Guchi, Amy Eteek, Agung, Lisha, Panji, Riki, Ana Panda, Novi, Wahyu, Babang MZ, Mira, Harni, Amin dan seluruh adek-adek baru Yang tak dapat disebutkan satu-persatu bagi penulis kalian adalah inspirasi dan orang-orang hebat. Masih tetap. “Hadir dan Ada Bukan

Sekadar Datang dan Bernafas”.

Serta Keluarga Besar Etnomusikologi / IME. Untuk abang Ahmad Arief Tarigan, bang Areg Sastra, bang Kiki yang udah bantu proses Transkripsi, bang Casiro Nainggolan, kak Ipah, Toyib, Riri, Aji dan semua keluarga besar Ikatan Etnomusikologi yang penulis kasihi. Terimakasih untuk seluruh kawan-kawan seperjuangan Etnomusikologi 2010. Yoseni, Maharani Tarigan (ng), Benny, Surung, Rony, Denata, Tumpak, Syafwan, Hosea, Debo, Indra, Rendy, Jasrel, Hendra ‘Woyo’, Ayi, Merry, Miduk, Anna, Titha, Ayu, Gohanna, Kezia, Ucup, Upay, Jenny, Ruth, Selly, Fendri, Veron, Rican, Ferry, Dany, Budi, Erni, Gohanna, Roman, Joshua, Samuel, Pretty, Supriadi, Hotlan, Rano, Andi, Luhut, Lido, Fajri, Gideon, Agus, Jakson, Bobby, Billy, Hans dan kawan2Yang sempat hadir berjuang bersama penulis.

Terimakasih untuk sahabat penulis, Neo, Max, Kidi, Kles, dan Sony. yang selalu mengajarkan hadapi masalah dengan senyuman. Untuk sahabat-sahabat SD, SMP, SMA, dan kawan-kawan yang ada di FIB dan Nusantara. Untuk komunitas Djembefola, yang udah ngasih banyak inspirasi kepada penulis.


(2)

Dan tak lupa pula, penulis ucapkan kepada Keluarga Besar Sanggar Latah Tuah UIN Suska Riau, kepada Rezza selaku ketua umum Sanggar Latah Tuah yang banyak direpotin, Abii, Aldi, Boris, Pak G. Ade Darmawi, dan kawan-kawan SLT lainnya. Semoga dari sini nanti Sanggar Latah Tuah semakin sukses memproduksi pertunjukan dan karya-karya terbaik. Terimakasih pula untuk keluarga Wak Dermawan di Pekanbaru yang jadi tempat persinggahan penulis selama masa penelitian.

Terakhir untuk semangat jiwaku, untuk bintang hidupku, yang selalu ada walaupun jauh tapi dekat dinadi. Terimakasih telah menjadi sesuatu yang berarti untuk penulis selama dalam kehidupan. Yang selalu ngingatin sholat dan hal-hal kecil lainnya. Yang selalu ngingatin bahwa kalau mau jadi orang hebat harus banyak yang dihadapi. Meskipun bukan untuk selamanya tapi Engkaulah yang sangat berarti yang penulis miliki.

Semoga skripsi bisa menjadi referensi dan sesuatu yang bermanfaat buat dunia. Hanya ini yang dapat penulis sampaikan. Jika banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini mohon kiranya dimaafkan. Wassalam. Terimakasih.

Medan, 10 Februari 2015

Wassalam

Agustina Fernandez Simangunsong 100707071


(3)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAKSI ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR ...

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Pokok Permasalahan ... 6

1.3. Tujuan dan Manfaat ... 7

1.3.1. Tujuan ... 7

1.3.2. Manfaat ... 7

1.4. Konsep dan Teori ... 7

1.4.1. Konsep ... 7

1.4.2. Teori ... 8

1.5. Metode Penelitian ... 9

1.5.1. Teknik Pengumpulan Data ... 11

1.5.1.1. Studi Kepustakaan ... 11

1.5.1.2. Penelitian Lapangan ... 12

1.5.2. Wawancara ... 13

1.5.3. Observasi ... 13

1.5.4. Kerja Laboraturium ... 14

1.5.5. Lokasi Penelitian ... 14

BAB II GAMBARAN UMUM SANGGAR LATAH TUAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM ( UIN SUSKA ) RIAU 2.1 Sejarah Berdirinya Sanggar Latah Tuah Uin Suska Riau ... 15


(4)

2.2 Kepengurusan Sanggar Latah Tuah ... 20

2.3 Penghargaan dan Prestasi Sanggar Latah Tuah ... 22

2.4 Proses dan Jadwal Latihan Sanggar Latah Tuah ... 30

2.5 Persiapan Pertunjukan Sanggar Latah Tuah ... 37

2.6 Sistem Pendanaan Sanggar Latah Tuah ... 37

BAB III DESKRIPSI PERTUNJUKAN DUANU OLEH SANGGAR LATAH TUAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 3.1 Sejarah Cerita Duanu ... 39

3.2 Naskah Pertunjukan Duanu ... 45

3.3 Manajemen Produksi Pertunjukan Duanu... 61

3.4 Penokohan dan Karakter Pertunjukan Duanu ... 70

3.5 Pendukung Pertunjukan dalam Milton Siger ... 74

3.5.1. Waktu Pertunjukan Yang Terbatas ... 74

3.5.2. Awal dan Akhir ... 75

3.5.3. Acara Kegiatan Yang Terorganisir ... 76

3.5.4. Sekelompok Pemain ... 76

3.5.5 Sekelompok Penonton... 76

3.5.6 Tempat Pertunjukan ... 77

3.5.7 Kesempatan Untuk Mempertunjukannya ... 77

3.6 Proses Persiapan Panggung ... 78

3.6.1. Panggung ... 78

3.6.1.1 Sound System ... 79

3.6.1.2 Lighting Pencahayaan Lampu ... 79

3.6.2. Kostum ... 83

3.6.3. Properti ... 87

3.6.3.1 Penongkah Kerang ... 87

3.6.3.2 Kain Putih ... 88

3.6.3.3 Botol Bir ... 88


(5)

xi

3.6.3.5 Kursi dan Bangku ... 89

3.7 Instrument Musik ... 90

3.7.1 Gitar ... 90

3.7.2 Biola ... 91

3.7.3 Djembe ... 92

3.7.4 Kompang ... 94

3.7.5 Watersound ... 95

3.7.6 Metronom ... 96

3.8. Teknik Kajian Musik Petunjukan ... 97

3.8.1 Improvisasi Bunyi dan Musik ... 97

3.8.1.1 Bereaksi Kepada Irama Musik ... 97

3.8.1.2 Bereaksi Kepada Melodi Musik ... 98

3.8.1.3 Menanggapi Musik Isi dari Perasaan ... 98

3.8.1.4 Menanggapi Isi Dari Syair Lagunya ... 99

3.9. Alur Cerita Pertunjukan ... 99

3.9.1 Bagian Awal ... 100

3.9.2 Bagian Isi ... 101

3.9.3 Bagian Akhir ... 102

BAB IV STRUKTUR LAGU MANONGKAH KERANG DALAM PERTUNJUKAN DUANU OLEH SANGGAR LATAH TUAH UIN SUSKA RIAU 4.1 Pengantar ... 103

4.2 Struktur Melodi Lagu ... 106

4.2.1 Tangga Nada ... 106

4.2.2 Nada Dasar ... 107

4.2.3 Wilayah Nada ... 108

4.2.4 Jumlah Nada ... 109

4.2.5 Penggunanaan Interval ... 109


(6)

4.2.7 Formula Melodi... 111 4.2.8 Kontur ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 114 5.2 Saran ... 115

DATA INFORMAN DAFTAR PUSTAKA