Obesitas Malnutrisi Masalah gizi pada lansia

2.5. Masalah gizi pada lansia

Masalah gizi pada lansia merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda yang manifestasinya timbul setelah tua. Selain itu ada pula masalah gizi yang terjadi pada lansia akibat terjadinya proses penuaan Depkes RI, 2001. Banyak hal yang mempengaruhi masalah gizi pada lansia. Beberapa diantaranya yaitu penurunan fungsi fisik yang dialami lansia, asupan gizi yang salah, dan ketidakmampuan tubuh memanfaatkan asupan gizi.Bentuk masalah gizi yang sering dijumpai pada lansia, adalah sebagai berikut :

2.5.1. Obesitas

Berbagai penelitian yang dilakukan para pakar menunjukkan bahwa maalah gizi pada lansia sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih dan kegemukanobesitas. Keadaan ini disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan, terutaa makanan yang banyak mengandung lemak, protein, dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Kegemukan biasanya terjadi sejak usia muda, bahkan sejak anak-anak. Proses metabolisme yang menurun pada lansia bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik atau penurunan jumlah makanan, maka kalori yang berlebihan akan diubah menjadi lemak yang mengakibatkan kegemukan. Banyak faktor penyebab terjadinya kegemukan baik dari faktor dalam maupun dari faktor luar. Prevalensi gizi lebih pada lansia di Indonesia adalah sebesar 20,6 Depkes RI, 1997. Hasil survey Indeks Universitas Sumatera Utara Massa Tubuh orang dewasa yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan di kota besar di Indonesia pada tahun 1997 menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih dan obesitas di kalangan penduduk 55 tahun sebesar 15,3 pada laki-laki dan 25,9 pada wanita. Penelitian yang dilakukan oleh aryana et al, 2011 menyatakan prevalensi obesitas sentral pada subjek dengan PJK usia lanjut didapatkan sangat tinggi yaitu 51,1. Masalah gizi lebih lebih atau kegemukan akan memacu timbulnya berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, gout rematik, gijal, sirosis hati dan kanker.

2.5.2. Malnutrisi

Prevalensi gizi kurang di kalangan lansia cukup tinggi, yaitu sebesar 10-50. Kekurangan gizi pada lansia ditandai dengan penurunan berat badan akibat kurangnya nafsu makan sehingga pemenuhan kalori yang dibutuhkan tidak tercukupi. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan, hal tersebut menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila kondisi ini disertai kekurangan protein, kerusakan sel dapat terjadi dan tidak dapat diperbaiki. Akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, atau mudah terkena infeksi pada organ tubuh yang vital. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya gizi pada lansia adalah keterbatasan ekonomi keluarga, penyakit-penyakit kronis, pengaruh Universitas Sumatera Utara psikologis, hilangnya gigi, kesalahan dalam pola makan, kurangnya pengetahuan tentang gizi dan cara pengolahannya, serta menurunnya energi.Banyak penelitian yang dilakukan terkait masalah status gizi yang dialami lansia. Penelitian yang dilakukan oleh situmorang et al, 2014 menunjukkan bahwa presentasi lansia yang mengalami gizi kurang adalah sebesar 12. penelitian yang dilakukan oleh kaisare at al, 2010 yang menyatakan bahwa prevalensi malnutrisi di dunia adalah 22,8. Penelitian ini dilakukan pada 4 tempat yang berbeda, yaitu rumah sakit dengan kejadian malnutrisi sebesar 39, panti jompo sebesar 14, masyarakat 6, dan tempat rehabilitasi 50. Penelitian yang dilakukan di panti-panti werdha di Amerika menemukan lebih dari sepertiga lansia menderita gizi kurang. Hasil penelitian yang dilakukan Enny et al 2006 di Kota Padang menunjukkan status gizi kurang pada lansia 60 tahun sekitar 25,9. Penelitian Formayoza, 2006 menunjukkan status gizi kurang sebanyak 12,5.

2.6. Status gizi