Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Tidak mudah untuk membangun pengertian kemiskinan karena menyangkut berbagai macam dimensi. Dimensi kemiskinan dapat diidentifikasi menurut ekonomi, sosial, politik Ellis, dalam Tadjuddin,1995 :249. Dalam kehidupan sehari-hari dimensi dari gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai bentuk, antara lain: 1. Dimensi Politik Gejala kemiskinan sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya masyarakat juga commit to user 2 tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelenggarkan hidup mereka secara layak termasuk akses informasi. 2. Dimensi Lingkungan Gejala kemiskinan sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung memutuskan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. 3. Dimensi Sosial Sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasinya warga miskin ke dalam institusi sosial yang ada, banyak masyarakat yang belum mendapat perlakuan yang sama sehingga terjadi kesenjangan sosial. 4. Dimensi Ekonomi Gejala kemiskinan muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak. Juga keterbatasan masyarakat untuk memperoleh pinjaman modal guna memulai ataupun mengembangkan usahanya. 5. Dimensi Aset Kemiskinan ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakat miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk asset commit to user 3 kualitas sumber daya manusia human capital karena rendahnya pendidikan dan minimnya ketrampilan, peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan, dan sebagainya. Buku Pedoman Umum P2KP Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, maka Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pekerjaan Umum, pada bulan Juli 1998 meluncurkan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP . Sekarang disebut dengan PNPM Mandiri Perkotaan atau yang lebih dikenal dengan sebutan PNPM-MP. Proyek ini pertama kali dilaksanakan pada tahun anggaran 19992000. Sumber dana PNPM-MP berasal dari bantuan hibah dari Bank Dunia World Bank. Juklak PNPM-MP. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan subyek upaya penanggulangan kemiskinan. Masih banyaknya warga yang kurang mampu, rendahnya tingkat pendidikan, dan rendahnya tingkat mutu kesehatan menjadi fokus perhatian tersendiri bagi pemerintah Desa Denggungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Berbagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup, taraf pendidikan dan mutu kesehatan, namun hal ini belum membawa hasil yang maksimal, kehadiran PNPM-MP dalam hal ini memiliki daya tarik tersendiri dimana kehadiran commit to user 4 program ini telah memberikan solusi alternatif atas berbagai upaya untuk penanggulangan kemiskinan tersebut melalui PNPM-MP menekankan bahwa pelaksanaan penanggulangan kemiskinan tidak lagi bertumpu pada pemerintah Desa, tetapi dengan membangkitkan partisipasi dari seluruh masyarakat, kelompok peduli, dan Fasilitasi dari pemerintah Desa. Proyek ini menganut pendekatan pemberdayaan empowerment sebagai suatu syarat untuk menuju pembangunan yang berkelanjutan sustainable development. Mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pemeliharaan semuanya dilakukan oleh masyarakat sendiri melalui organisasi yang dibentuk. Dalam proses pemberdayaan ini masyarakat diajak untuk belajar mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan penanggulangan kemiskinan. Dalam pemanfaatan dana PNPM-MP ini dibentuk organisasi yaitu BKM yang melaksanakan sepenuhnya fungsi-fungsi manajemen. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari berbagai lapisan masyarakat, sehingga tujuan pengentasan kemiskinan masyarakat Denggungan dapat tercapai dengan efisien dan efektif. Proses manajemen dalam PNPM-MP di desa Denggungan diawali dengan sosialisasi oleh fasilitator kepada masyarakat untuk memahamkan gambaran umum PNPM-MP secara benar melalui pertemuan di tingkat desa atau RKM Rembug Kesiapan Masyarakat untuk menggali aspirasi dan memutuskan kesiapan atau ketidaksiapan melaksanakan PNPM-MP desa Denggungan serta pemilihan kader masyarakat. Apabila masyarakat menyatakan siap dan menerima program ini tahap selanjutnya adalah refleksi kemiskinan yang commit to user 5 dilakukan oleh para relawan. melalui Focusses Group Discussion FGD guna mendorong masyarakat mampu merefleksi masalah di wilayahnya. Berdasarkan akta Notaris No.5029 September 2005 BKM Ngudi Sejahtera terbentuk yang menjadi langkah awal dilaksanakannya PNPM-MP di desa Denggungan. Dalam manajemen pengelolaan dana PNPM-MP dilakukan sepenuhnya oleh Badan Keswadayaan Masyarakat BKM yang dibentuk di setiap desa atau kelurahan. Desa perkotaan yang dimaksud disini adalah wilayah yang berbentuk desa namun secara administratif letak dan posisinya dekat dengan kota sehingga dapat menjadi wilayah sasaran PNPM-MP. Setelah terbentuknya BKM bersama masyarakat menentukan kriteria dan ciri kemiskinan Pemetaan Swadaya desa Denggungan yang disepakati dalam FGD Focus Group Discussion yang dilakukan dari tingkat RT, RW dan desa. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut: rumah tidak layak huni lantai tanah, dinding papan, tidak mempunyai MCK. Berpendidikan rendah, hanya mampu membiayai pendidikan sampai dengan SLTP, pendapatan kurang dari Rp. 15.000,00hari, berobat hanya di Puskesmas, pekerjaan tidak tetap. Untuk melaksanakan kegiatan manajemen BKM Ngudi Sejahtera dibantu Unit Pengelola UP yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan tiap wilayah, terdiri dari Unit Pengelola Keuangan UPK, Unit Pengelola Sosial UPS dan Unit Pengelola Lingkungan UPL. Sedang masyarakat berpartisipasi aktif dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat KSM. Sejak berdirinya BKM Ngudi Sejahtera di Desa Denggungan, telah banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka penanggulangan Kemiskinan. commit to user 6 Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi 3 aspek atau Tridaya yaitu Lingkungan, Sosial, dan aspek Ekonomi. Kegiatan tersebut direalisasi berkat adanya Bantuan Langsung Masyarakat BLM P2KP sebesar Rp. 150.000.000,-. BLM PNPM P2KP sebesar Rp. 150.000.000,- dan BLM PNPM-MP sebesar Rp. 200.000.000,-. Kegiatan lingkungan BKM Ngudi Sejahatera telah merealisasikan beberapa bangunan fisik lingkungan antara lain Pengerasan jalan, MCK, TPA, saluran air, gorong-gorong, pengadaan air bersih dan lain-lain. Untuk kegiatan sosial meliputi kegiatan santunan baik untuk Santunan Jompo, anak yatim, beasiswa, anak cacat, Penyuluhan Kesehatan bagi Lansia, Ibu Hamil dan Balita serta Remaja Putri, Pemberian makanan tambahan bagi balita, Pelatihan-Pelatihan dan lain-lain. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi yaitu pengelolaan dana bergulir dalam rangka peningkatan perekonomian warga miskin. Selain itu BKM Ngudi Sejahtera juga telah mengadakan channelling dengan Dinas terkait untuk meraih dana PAKET Program Pengentasan Kemiskinan Terpadu. BKM Ngudi Sejahtera mampu meraih 2 Tahap PAKET, yaitu PAKET I sebesar Rp. 75.000.000,- dan PAKET II sebesar Rp. 55.000.000,- . Kemitraan ini merupakan langkah awal untuk membentuk sebuah sistem yang kondusif bagi pengentasan kemiskinan, dimana upaya tersebut harus melibatkan semua komponen yang ada di masyarakat. Sebagai langkah awal dalam menjalin kemitraan BKM dalam hal telah membentuk Panitia Kemitraan yang menjadi wadah bagi upaya-upaya menjalin kemitraan dengan pihak lain. Pada tahap II desa Denggungan kembali meraih dana PAKET dari dua kegiatan, yakni Semir jalan dan rehap Rumah Gakin, pembelajaran kemitraan ini commit to user 7 semakin tampak meningkat pada pelaksanaan PAKET tahap kedua ini, dimana masing-masing pihak yang terlibat sebagai pelaku kegiatan di dalam pelaksanaan Program PAKET ini sudah ada komunikasi dan kerjasama yang baik. Pemanfaatan dana bantuan disesuaikan kebutuhan masyarakat Denggungan yang diidentifikasi, disepakati serta diputuskan oleh masyarakat bersama-sana secara transparan, akuntabel dan berorientasi pada sasaran utama yang telah ditetapkan. Namun masalah manajemen menjadi penyebab kurangya pemahaman dari masyarakat sehingga dalam pelaksanaan kegiatan banyak yang tidak sesuai dengan rencana yang sudah tertuang dalam perencanaan jangka menengah PJM, adanya kesalahpahaman dalam pembuatan proposal usulan kegiatan, terjadinya kredit macet dalam pinjaman bergulir, dan beberapa masalah lain dikarenakan kerja KSM yang tidak sesuai dengan rencana, yakni ada KSM yang tidak bekerja sama sekali. Guna menghindari kesalahan maka diperlukan manajemen yang baik untuk merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan dan mengawasi pelaksanaanya. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari berbagai lapisan masyarakat, sehingga pengentasan kemiskinan desa Denggungan dapat tercapai. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka perlu adanya studi lebih lanjut mengenai bagaimana manajemen dalam PNPM-MP dimulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan hingga proses pengawasan yang dilakukan oleh BKM Ngudi Sejahtera. commit to user 8

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

“Keterlibatan Yayasan Dayah Bustanul Ulum Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Alue Pineung di Langsa Timur.

0 47 97

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76

PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN DI DESA KETAON KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

0 0 7