45 Gambar 4.6 Pengaruh Penggunaan Katalis terhadap Distribusi Fraksi Bahan Bakar
Fuel Range : C
5
– C
15
; High Molecular Weight : C
16
Dari Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa penggunaan katalis dapat menurunkan produksi fraksi bermolekul tinggi daripada proses tanpa penggunaan katalis. Hal ini
dikarenakan keasaman yang tinggi pada permukaan katalis dapat mendegradasi atau memecah rantai rantai panjang bermolekul tinggi menjadi lebih rendah [37,
40]. Komponen hidrokarbon yang terkandung pada bahan bakar cair akan mempengaruhi beberapa parameter kualitas bahan bakar cair seperti cetane
number, titik tuang, titik embun, yang akan mempengaruhi performa mesin [51]. Bahan bakar cair yang memiliki fraksi yang tinggi mengindikasikan kualitas yang
rendah [4], sebaliknya apabila komponen senyawa yang dikandung mendekati rentang senyawa bahan bakar fuel range mempunyai kualitas yang lebih baik.
4.3.4 Analisis FTIR Produk Bahan Bakar Cair
Bahan bakar cair yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi senyawa yang terkandung pada bahan bakar cair
yang dihasilkan. Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 menunjukkan spektrum gelombang yang dihasilkan dari analisis FTIR pada produk bahan bakar cair yang dihasilkan
dengan menggunakan katalis maupun tanpa katalis dan Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 menunjukkan pembacaan spektrum sehingga didapat gugus fungsi senyawa pada
produk bahan bakar cair. 10
20 30
40 50
60 70
80 90
Catalyzed Non catalyzed
K om
pos is
i Fuel Range
High Molecular
Universitas Sumatera Utara
46 Gambar 4.7 Spektrum Gelombang Analisis FTIR Produk Bahan Bakar Cair yang
Dihasilkan dari Suhu Pirolisis 350 °C Tanpa Katalis Tabel 4.5 Hasil Analisis FTIR pada Bahan Bakar Cair yang dihasilkan dengan
suhu pirolisis 350 °C tanpa katalis
No. Gugus Jenis Senyawa
Bilangan Gelombang cm
-1
1. C-H
Alkana 2956,63 ; 2916,80 ;
2872,36 1376,11 ; 1456,08
2. C=C
Alkena 886,54 ; 967,37
1646,26 3.
C-O Alkohol
1110,46 ; 1156,37
Komposisi dari produk pirolisis sangat rumit dan berubah secara bertahap pada proses pirolisis. Ikatan dari regangan =CH-, regangan
–C=C-, dan –C=CH
2
adalah termasuk gugus alkana[52]. Pada bahan bakar cair yang diproduksi tanpa katalis terdapat puncak absorpsi yang kuat yaitu 2956,63cm
-1
,2916,80cm
-1
, dan 2872,36cm
-1
. Pada bahan bakar cair yang diproduksi dengan menggunakan katalis terdapat puncak absorbsi yang kuat yaitu 2955,38 cm
-1
, 2915,02 cm
-1
, dan 2870,21 cm
-1
. Hal ini menunjukkan iksistensi ikatan –CH
2
- metilen.
Universitas Sumatera Utara
47 Gambar 4.8 Spektrum Gelombang Analisis FTIR Produk Bahan Bakar Cair yang
Dihasilkan dari Suhu Pirolisis 300 °C dengan Perbandingan Bahan Baku:Katalis 10:3
Tabel 4.6 Hasil Analisis FTIR pada Bahan Bakar Cair yang dihasilkan dengan suhu pirolisis 300 °C dengan Perbandingan Jumlah Bahan Baku : Katalis 10 : 3
No. Gugus Jenis Senyawa
Bilangan Gelombang cm
-1
1. C-H
Alkana 2955,38 ; 2915,02 ;
2870,21 1376,95 ; 1456,58
2. C=C
Alkena 887,02 ; 967,53
1648,91 3.
C-O Alkohol
1110,58 ; 1155,66 Dapat dilihat dari Gambar 4.7 dan 4.8 tidak ada perbedaan yang signifikan
antara produk bahan bakar cair yang diproduksi tanpa katalis dan dengan katalis. Berdasarkan hasil analisis FTIR diketahui bahwa komponen terbesar pada produk
bahan bakar cair tanpa katalis maupun dengan katalis mengandung gugus alkana, alkena, dan sedikit alkohol.
Berdasarkan perbandingan antara spektrum hasil FTIR produk bahan bakar cair Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 dengan spektrum hasil FTIR PBKG Gambar
4.1 terlihat bahwa terjadi perubahan yaitu berkurangnya puncak – puncak absorpsi
yang kuat pada bahan baku menjadi puncak absorbsi yang lebih sederhana dan sedikit yang menunjukkan gugus
– gugus senyawa yang terdapat pada bahan baku sudah mengalami pemutusan ikatan dan membentuk ikatan baru yang lebih
Universitas Sumatera Utara
48 sederhana. Hasil ini didapatkan dari pemecahan rantai polimer yang tidak teratur
dengan menggunakan panas atau disebut proses pirolisis [52].
4.3.5 Analisis Heating Value Produk Bahan Bakar Cair