7 titik lebur Tm, temperatur transisi Tg dan temperatur dekomposisi. Temperatur
transisi adalah temperatur ketika plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur,
plastik mengalami pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya. Temperatur lebur adalah
temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas
temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi termal melampaui energi yang
mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu di atas 1,5 kali dari temperatur transisinya. Data sifat termal yang penting pada
proses daur ulang plastik bisa dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Data Temperatur Transisi dan Temperatur Lebur Plastik [13]
Jenis Bahan Tm °C
Tg °C Temperatur Kerja
Maks °C
PP 168
5 80
HDPE 134
-110 82
LDPE 330
-115 260
PA 260
50 100
PET 250
70 100
ABS -
110 85
PS -
90 70
PMMA -
100 85
PC -
150 246
PVC -
90 71
2.1.2 Daur Ulang Plastik
Produksi plastik pada tahun 2012 tercatat sebanyak 57 juta ton di Eropa dan 288 juta ton diseluruh dunia [14]
. Di Indonesia, konsumsi plastik sudah meningkat
seiring dengan perkembangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2011, Indonesia telah mengkonsumsi plastik 10 kg per kapita per tahun [4].
Bagaimanapun pengkonsumsian plastik dalam jumlah besar akan memicu permasalahan lingkungan karena sifat plastik yang tidak dapat terurai secara alami
[2]. Tabel 2.2 menunjukkan penggunaan atau konsumsi plastik di beberapa negara di dunia.
Universitas Sumatera Utara
8 Tabel 2.2 Konsumsi Plastik Per kapita Beberapa Negara di Dunia [12]
Negara Konsumsi Per kapita dalam kg
India 1998 1,6
India 2000 4,0
Vietnam 1,5
China 6,0
Indonesia 8,0
Mexico 13,0
Thailand 18,0
Malaysia 22,0
Eropa Barat 60,0
Jepang 70,0
Amerika Utara 78,0
Beberapa jenis plastik dapat didaur ulang. Hal ini dapat dilihat dari simbol yang terdapat pada produk plastik. Tabel 2.3 menunjukkan berbagai jenis limbah
plastik dengan tanda standar daur ulangnya agar dapat diidentifikasi dengan mudah pada pengaplikasiannya.
Tabel 2.3 Jenis-jenis Limbah Plastik dan Tanda Daur Ulang [15]
Lambang Daur Ulang
Singkatan Deskripsi
Ya PET
Polietilen tereftalat Aplikasi : Botol Minuman
Ya HDPE
High-Density Polyethylene Aplikasi : Susu, deterjen minyak
botol, mainan, wadah penggunaan luar, komponen dan kantong plastik
Ya VPVC
Vinyl Polyvinyl khlorida Aplikasi : Pembungkus makanan,
sayuran botol minyak, blister paket atau otomotif bagian.
Ya LDPE
Low Density Polyethylene, Aplikasi : kantong plastik, tas
pakaian, plastik kemasan.
Ya PP
Polipropilena. Aplikasi : kemasan berpendingin,
beberapa kantong, sebagian atas botol,
beberapa karpet,
dan beberapa bungkus makanan
Universitas Sumatera Utara
9 Tabel 2.3 Jenis-jenis Limbah Plastik dan Tanda Daur Ulang [15] Lanjutan
Lambang Daur Ulang
Singkatan Deskripsi
Ya, tapi
tidak umum PS
Polistirena Aplikasi : pengepakan daging,
pelindung packing.
Beberapa Polimer lainnya.
Biasanya yang
berlapis atau
campuran
Pada daur ulang plastik dengan metode pirolisis, poliolefin PE, PP, PS memberikan hasil distilat terbaik karena memiliki rantai lurus dari struktur
hidrokarbon. Polietilen dan polipropilen merupakan bahan yang paling bagus untuk dijadikan bahan bakar sedangkan polietilen tereftalat yang paling tidak cocok
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Pemilihan Plastik [16]
Jenis Polimer Kecocokan Sistem Bahan Bakar
Polietilen PE Sangat Baik
Polipropilen PP Sangat Baik
Polistiren PS Sangat Baik Menghasilkan Minyak yang
baik Resin ABS ABS
Baik Polyvinylclorida PVC
Tidak cocok, harus dihindari Poliuretan PUR
Tidak cocok, harus dihindari Polietilen Tereftalat PET
Tidak cocok, harus dihindari
2.1.3 Plastik Jenis Propilena PP