32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 ANALISIS BAHAN BAKU PLASTIK BEKAS KEMASAN GELAS PBKG JENIS POLIPROPILENA PP
Pada penelitian ini digunakan Plastik Bekas Kemasan Gelas PBKG jenis Polipropilena PP sebagai bahan baku. PBKG yang digunakan diperoleh dari
limbah kemasan gelas air mineral yang biasa dijumpai dikehidupan sehari – hari.
Karakterisasi FTIR Fourier Transform Infra - Red plastik bekas kemasan gelas PBKG jenis polipropilena dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari
PBKG. Karakterisasi FTIR dari PBKG jenis polipropilena dan perbandingannya dengan hasil FTIR dari Polipropilena murni dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Keterangan analisis gugus fungsi [37] : -
2974,23 cm
-1
: regang gugus alkana C –H
- 1458,16 cm
-1
: regang gugus metilen –CH
2
- -
1369,46 cm
-1
: regang gugus metil –CH
3
Gambar 4.1 Karakterisasi FTIR Plastik Bekas Kemasan Gelas Jenis Polipropilena dan Polipropilena Murni
1458,16 1369,46
2974,23
300 250
200 150
100 50
4000 3500
3000 2500
2000 1500
1000 500
Bilangan Gelombang cm
-1
T r
a n
sm it
a ns
i
PP Murni PBKG
Universitas Sumatera Utara
33 Dari hasil FTIR Plastik Bekas Kemasan Gelas PBKG jenis polipropilena,
dapat dilihat munculnya puncak serapan pada bilangan gelombang 2974,23 cm
-1
yang menunjukkan keberadaan gugus alkana C –H. Disamping itu, terdapat
munculnya puncak serapan pada panjang gelombang 1458,16 cm
-1
yang menunjukkan keberadaan gugus C
–H dari –CH
2
metilen dan puncak serapan pada panjang gelombang 1369,46 cm
-1
yang menunjukkan keberadaan gugus C-H dari –
CH
3
-C metil. Hasil spektrum FTIR jelas menunjukkan terbentuknya gugus - gugus yang mendukung PBKG jenis PP yang memiliki struktur seperti pada
Gambar 4.2. Selain itu, hasil spektrum FTIR PBKG jenis PP juga memiliki kesamaan dengan hasil spektrum FTIR PP murni.
C C
CH
3
H
H H
n
Gambar 4.2 Struktur Polipropilena Puncak serapan gugus alkana, metilen dan metilen pada FTIR PBKG tidak
setajam puncak serapan pada PP murni. Hal ini disebabkan karena PBKG merupakan jenis PP yang telah diproses dengan melibatkan penggunaan senyawa
aditif, seperti antistatik, antioksidan, dan lain sebagainya. Kehadiran senyawa aditif ini juga menyebabkan perubahan puncak serapan yang terbentuk.
4.2 PENGARUH JUMLAH