Pengaruh pelibatan politik dan sikap tentang demokrasi terhadap toleransi politik mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta

(1)

PENGARUH PELIBATAN POLITIK DAN SIKAP TENTANG

DEMOKRASI TERHADAP TOLERANSI POLITIK

MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh : ANGKASA YUDISTIRA

NIM : 103070029081

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGARUH PELIBATAN POLITIK DAN SIKAP TENTANG DEMOKRASI TERHADAP TOLERANSI POLITIK MAHASISWA

FAKULTAS PSIKOLOGI UIN JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

ANGKASA YUDISTIRA NIM: 103170029081

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Ikhwan Lutfi, M.Psi Gazi, M.Si

NIP. 19730710 200501 1 006 NIP. 19711214 200701 1 014

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PELIBATAN POLITIK DAN SIKAP

TENTANG DEMOKRASI TERHADAP TOLERANSI POLITIK

MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN JAKARTA” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.

Jakarta, 16 Juni 2011 Sidang Munaqasyah

Dekan / Ketua

Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522

Pembantu Dekan / Sekretaris

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223 198303 2 001

Anggota

Yunita Faela Nisa, M.Psi NIP. 19770608 200501 2 003

Ikhwan Lutfi, M.Psi NIP. 19730710 200501 1 006

Gazi, S.Psi., M.Si NIP. 19711214 200711 014


(4)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Angkasa Yudistira NIM : 103070029081

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelibatan Politik dan Sikap Tentang Demokrasi Terhadap Toleransi Politik Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalama penyususnan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, Juni 2011


(5)

Sesungguhnya kehidupan dunia

hanyalah permainan dan senda

gurau. Dan jika kamu beriman dan

bertakwa, Allah akan memberikan

pahala kepadamu dan Dia tidak

akan meminta harta-

hartamu.”

(QS:47:36)

ABSTRAK


(6)

(B) Juni 2011.

(C) Angkasa Yudistira. (D) 57 Halaman + Lampiran.

(E) Pengaruh Pelibatan Politik dan Sikap Terhadap Demokrasi dengan Toleransi Politik Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

(F) Tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu : Pertama untuk menegetahui ada atau tidaknya pengaruh pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi dengan toleransi politik, kedua dapat menemukan dimensi pelibatan politik apa saja yang dapat menjadi prediktor bagi toleransi politik, ketiga untuk menemukan dimensi dari sikap terhadap demokrasi apa saja yang dapat menjadi perediktor bagi toleransi politik

Toleransi politik dan sistem demokrasi yang dianut dalam pemerintahan menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahakan. Selain itu pelibatan politik juga berperan penting dalam toleransi politik Pada penelitian ini peneliti mengambil dua independen variabel yaitu pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi. Dengan mengangkat variabel dan faktor-faktor di atas maka dapat terlihat bahwa terdapat beberapa dimensi dari variabel yang memiliki pengaruh terhadap toleransi politik.

Penelitian kuantitatif ini melibatkan 152 orang responden yaitu mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Alat ukur dalam penelitian toleransi politik ini berdasar teori yang diungkapkan oleh Galombos yang terdiri dari 11 item pernyataan. Alat ukur dalam penelitian pelibatan politik ini menggunakan teori yang diungkankan oleh Verba dkk. yang terdiri dari 28 item pernyataan. Untuk alat ukur sikap terhadap demokrasi menggunakan teori dari Mayo yang terdiri dari 25 item.

Hasil hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pelibatan politik dan sikap tentang demokrasi terhadap toleransi politik indeks signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai R square sebesar 0,363. Artinya pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi memberikan sumbangan sebesar 36,3% terhadap toleransi politik.

Pada penelitian ini peneliti membagi alat ukur pelibatan politik menjadi empat dimensi. Sehinga terdapat nilai signifikansi dalam tiap dimensinya. Pada political interest dengan indeks signifikansi sebesar 0,000 > 0,05 maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan political interest

terhadap toleransi politik. Pada political efficacy, terdapat pengaruh yang signifikan antara political efficacy terhadap toleransi politik. Pada aktivitas politik, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara aktivitas politik terhadap toleransi politik. Pada pengetahuan politik, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan politik terhadap toleransi politik.

Untuk variabel sikap terhadap demokrasi, peneliti membagi alat ukur menjadi enam dimensi. Sehingga terdapat nilai signifikansi dalam tiap dimensinya. Pada dimensi menyelesaikan perselisihan secara damai dengan indeks


(7)

signifikansi 0,001 < 0,05 maka disimpulkan terdapat pengaruh yang siginikan antara menyelesaikann masalah secara damai dengan toleransi politik. Pada dimensi melakukan perubahan secara damai, tidak terdapat pengaruh yang signifikan melakuakan perubahan secara damai terhadap toleransi politik. Pada dimensi pergantian kepemimpinan, tidak terdapat pengaruh yang signifikan pergantian kepemimpinan terhadap toleransi politik. Pada dimensi membatasi kekuasaan kepemimpinan, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pergantian kepemimpinan terhadap toleransi politik. Pada dimensi mengakui keanekaragaman, terdapat pengaruh yang signifikan antara mengakui keanekaragaman terhadap toleransi politik. Pada dimensi menegakkan keadilan, tidak terdapat signifikansi antara menegakkan keadilan terhadap toleransi politik.

Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian dalam cakupan populasi yang lebih luas lagi. Selain menyertakan aspek lain yang berkaitan dengan kedua independen variabel terhadap dependen variabel yang mungkin dapat menjelaskan hasil yang berbeda.

(G) Daftar bacaan : 27 bacaan; 24 buku + 3 internet

KATA PENGANTAR


(8)

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan berbagai nikmat, taufik dan hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada junjungan alam, penegak keadilan, pemberantas kedzaliman pengubah dekadensi moral manusia Nabi Muhammad SAW beserta kelaurga, para sahabat dan siapa saja yang selalu berusaha melaksanakan sunahnya.

Akhirnya, berakhir juga langkah awal dari sebuah perjuangan panjang yang penuh kerja keras dan doa. Meskipun penulis menemui banyak hambatan dan rintangan dalam proses penyusunan skripsi, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelibatan Politik dan Sikap Tentang Demokrasi Terhadap Toleransi Politik Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat dukungan, bantuan, dorongan dan bimbingan yang tidak ternilai harganya dari pihak-pihak lain. Ucapan terima kasih tak terhingga, penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi dan para Pembantu Dekan, serta Ibu Fadhilah Suralaga, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik.

2. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi sebagai pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta dengan sabar memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Bapak Gazi, M.Psi sebagai dosen pembimbing II yang telah berkenan

meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta dengan sabar memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Ibu Yunita Faela Nissa, M.Psi sebagai dosen penguji yang telah berkenan

memberi tahu bagaimana cara membuat skripsi yang baik dan benar.

5. Seluruh dosen dan staff Fakultas Psikologi yang telah membantu dalam proses pembelajaran, terima kasih untuk semua ilmu yang telah diberi. 6. Untuk Ibu, Ibu, dan Ibu atas segala kasih, sayang, cinta juga do‟a yang tulus

kau beri semenjak dalam rahim hingga selesai skripsi ini, hingga nanti, tiada waktu yang bisa menghalangi. Dan Ayah, terima kasih atas usaha dan


(9)

semangat mu. Serta adikku, Bayu Krisnayana, terima kasih atas segala dukungan dan juga pinjaman laptopmu.

7. Nukeu Herlandia, atas segala dukungan, kesabaran dan do‟a yang diberikan, hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

8. Keluarga Pamulang, untuk Mama, Ayah, Kakak, Kak Medi, Pandu, Rio, Totok, Diana, Nadin, Tebe, Indah, Afif, Yuri, Mira, Dedi, Arif, Hari, Adhan dan Yahya, yang telah memberikan kehangatan keluarga serta dukungan

juga do‟a, hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

9. Ma‟mun, Adang, Yoga, Joni, Ary, Acil, Fiqih, Faqih, Ibnu, Awink, Zora, Litha, Indah, terima kasih. Seolah-olah diriku tercipta hanya untuk mengenal kalian. Dan seluruh mahasiswa angkatan 2003, senang menjadi salah satu dari angkatan itu. Juga Adiyo dan Via terima kasih atas segala bantuannya. 10. Widya dan Saripah, terimakasih atas semangat yang telah kalian beri. Hand

phone ini rasanya hanya untuk menerima pesan singkat dari kalian berupa

teriakan “SEMANGAT ANGKASA..!!”

11. Untuk penghuni kos Villa Siliwangi, terima kasih atas dukungannya salama ini.

12. Terima Kasih kepada seluruh mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta. Khususnya mahasiswa yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi angket penelitian ini sehingga penelitian ini dapat selesai.

Mengingat kemampuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat melakukan penyusunan tugas akhir selanjutnya berupa tesis dan disertasi. Insya Allah. Amin. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, Juni 2011 Penulis

DAFTAR ISI


(10)

Halaman persetujuan...i Lembar Pengesahan...ii Lembar Orisinalitas ...iv Motto... .v Abstrak ...vi

Kata Pengantar ... viii Daftar Isi ... x BAB 1 Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

1.4 Pembatasan Masalah ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ………... 9

BAB 2 Landasan Teori ... 11

2.1 Toleransi Politik ... 11

2.1.1 Pengertian Toleransi Politik ……….. 11

2.1.2 Bentuk-bentuk Toleransi Politik……….. 13

2.2 Pelibatan Politik ……... 13

2.2.1 Definisi Pelibatan Politik ………... 13

2.2.2 Dimensi Pengukuran Pelibatan Politik ………... 13

2.3 Sikap Terhadap Demokrasi ……….. 17

2.3.1 Definisi Sikap terhadap Demokrasi ………... 17

2.3.2 Komponen Sikap……… 21

2.3.3 Fungsi Sikap………. ……….. 22

2.4 Kerangka Berpikir ……….. 23

2.5 Hipotesis ………. 26

BAB 3 Metode penelitian ... 28

3.1 Pendekatan Penelitian ... 28

3.2 Populasi dan Sampel ... 28

3.2.1 Populasi ... 28

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 28

3.3 Variabel Penelitian ... 29

3.3.1 Definisi Konseptual Variabel... 29

3.3.2 Definisi Operasional Variabel... 30

3.4 Instrumen Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 31


(11)

3.5 Uji Instrumen ………... 34

3.5.1 Uji Validitas Skala ………... 35

3.5.2 Uji Reliabilitas Skala………... 35

3.6 Prosedur Penelitian ... 36

3.7 Teknik Analisis Data ... 36

BAB 4 Hasil Penelitian ... ……….………... 38

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian …………... 38

4.2 Hasil Uji Hipotesis ... 40

4.2.1 Analisis regresi variabel penelitian……….. 40

4.2.2 Pengujian proporsi varian dari masing-masing independen variabel………. 44

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran ... 49

5.1 Kesimpulan ………... 49

5.2 Diskusi………... 50

5.3 Saran ………... 52

5.3.1 Saran Metodologis ……….. 53

5.3.4 Saran Praktis ……….. 53 Daftar Pustaka

Lampiran


(12)

PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan latar belakang mengapa perlu diadakan penelitian mengenai toleransi politik, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Dengan berjalannya sistem pemerintahan demokratis yang ditandai dengan runtuhnya rezim orde baru pada tahun 1998 tepatnya tanggal 12 mei 1998 dikarenakan oleh gerakan mahasiswa yang geram dengan kediktatoran presiden Soeharto kala itu (Adman, 2005). Secara tidak langsung membentuk suatu pola pembelajaran politik kampus pada beberapa universitas di Indonesia. Hal tersebut juga berdampak pada Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN), yang menggunakan sistem student government (SG) merujuk pada cara yang digunakan oleh negara dalam menentukan Presiden BEM melalui proses PEMILU, dimana calon presiden adalah kader dari masing-masing partai peserta PEMILU kampus.

Partai-partai yang menjadi peserta Pemilu kampus adalah Partai Intelektual Muslim (PIM), Partai Reformasi Mahasiswa (PARMA), Partai Persatuan Mahasiswa (PPM), Partai Bunga, dan Partai Progresif. Partai-partai yang ada didirikan oleh organisasi-organisasi intra maupun ekstra kampus.

Namun sayang, pesta demokrasi kampus ini mesti ternodai pada tanggal 9 Mei 2010 lalu. Pemilu Raya Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, kisruh. Para mahasiswa yang berasal dari 5 partai peserta pemilu saling bersitegang. Sempat terjadi bentrokan kecil antar mahasiswa. Satu kaca Gedung


(13)

Student Center pecah. Beruntung tidak jatuh korban dalam peristiwa yang berlangsung sekitar 1 jam, Minggu (9/5/2010), dini hari. Hal ini disebabkan keputusan KPU UIN yang mendiskualifikasi salah satu partai peserta pemilu, yakni Partai Reformasi Mahasiswa (PARMA). Partai itu diindikasi melakukan berbagai kecurangan seperti penggelembungan suara dan pemalsuan identitas pemilih. (Irwan, 2010).

Berdasarkan pada fenomena diatas, dapat kita ketahui bahwa toleransi menjadi sangat penting dalam berpolitik. Hal tersebut tidak akan terjadi bila mahasiswa memiliki toleransi politik yang tinggi. Dalam hal ini toleransi politik menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk diteliti lebih mendalam.

Di bawah ini merupakan fenomena yang beragam pada beberapa negara, mulai masalah status sosial, agama, pendidikan, terorisme, sampai perbedaan organisasi saja dapat menjadi perselisihan. Hal tersebut adalah beberapa sebab, dilakukaknnya penelitian yang mengangkat tolransi politik. Berikut adalah beberapa penelitian yang mengangkat toleransi politik. Edwin Eloy Aguilar (2000) meneliti tentang toleransi politik berdasarkan sektor informal profesi yang ada pada negara Meksiko dan Kosta Rika. Allison Harell (2008) meneliti toleransi politik yang dikaitkan dengan perbedaan sosial. Linda J. Skitka dkk (2004) meneliti toleransi politik behubung tindakan terorisme 11 september di Amerika. Bahkan dari dalam negeri, Dadan Erwandi (2003) menyusun tesis dengan judul hubungan kohesi kelompok dan stereotype kelompok dengan toleransi politik mahasiswa (studi perbandingan pada mahasiswa FORKOT dan KAMMI). Bedasar pada penelitian terdahulu, maka penelitian ini juga mengangkat toleransi


(14)

politik, mengingat betapa pentingnya toleransi dalam dalam kehidupan sosial manusia.

Berdasar pada pentingnya toleransi politik untuk dapat diteliti lebih mendalam, maka pada penelitian ini, toleransi politik akan dihubungkan dengan pelibatan politik. Sebab pelibatan politik dijadikan variabel dalam penelitian ini, tidak lain disebabkan oleh sistem student government yang dianut oleh Universitas Islam Negeri Jakarta dalam menjalankan sistem pemerintahan badan eksekutif mahasiswa. Mulyana (2000) bependapat bahwa adanya toleransi politik sangat dibutuhkan antara pihak legislatif dan eksekutif. Toleransi tersebut diperlukan untuk menghindari pertentangan-pertentangan ataupun benturan-benturan kepentingan yang semakin tajam di antara kedua pihak. Dalam hal ini, berarti bahwa dalam menjalankan aktivitas politik sangat berkaitan erat dengan toleransi politik, dengan adanya toleransi politik akan menghindari perselisian dari masing-masing kelompok yang tergabung pada badan eksekutif maupun legislatif negara. Dalam pelibatan politik, Verba dan Burns, (dalam Iman Septian & Hamdi Muluk, 2008) menjelaskan perlibatan politik (political engagement) sebagai ketertarikan (interest), keyakinan (efficacy), dan pengetahuan (knowledge) seseroang terhadap dunia politik. Escandel (dalam Septian & Muluk, 2008) menambahkan aktivitas politik seseorang dalam dunia politik merupakan bagian dalam politiknya.

Selian itu, dalam penelitian ini, sikap terhadap demokrasi juga akan dikaitkan dengan toleransi politik. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Gaffar (1999) yang menyebutkan lima indikator bagi sistem pemerintahan yang


(15)

demokratis, yaitu: Akuntabilitas, rotasi kekuasaan, rekrutmen politik yang terbuka, pemilihan umum, dan menikmati hak-hak dasar.

Poin ke lima, yakni menikmati hak-hak dasar adalah bagian dari toleransi politik yang termasuk dalam salah satu indikator sistem pemerintahan demokratis yang telah dipaparkan Gafar dapat diartikan juga sebagai toleransi, sebab Raphael Cogen dan Almagor (2006) menyebutkan bahwa kebebasan berekspresi merupakan salah satu bagian dari toleransi politik, dan menikmati hak – hak dasar merupakan kebebasan berekspresi bagi tiap individu.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ebrahim Fakir (2010) dalam seminar afesis-corplan yang kedua, menyatakan bahwa setiap warga negara termasuk pemimpin politik, harus mempunyai rasa tanggung jawab akan berlangsungnya toleransi politik baik dalam perkataan dan juga perbuatan. Seraya menolak pada suatu hal yaitu “kekuatan adalah kebenaran” (might make right), toleransi politik adalah kunci dari demokrasi.

Dilain pihak, Juan Linz dan Alfred Stepan (dalam Saiful Mujani, 2002) memberikan tanggapan, kalaupun kita berada dalam kondisi ekonomi yang sulit, demokrasi kita dapat dipertahankan kalau masyarakat luas punya sikap positif terhadap prinsip-prinsip dan prosedur demokrasi. Seperti yang telah diungkapkan oleh Gus Dur (dalam Mangunwijaya, 1999) yang merumuskan tujuh prinsip dasar sebagai sistem operasional demokrasi yaitu : Sistem pemerintah yang memberikan kedudukan sama dimuka hukum kepada semua warga negara, hukum nasional yang berlaku untuk semua warga negara, sistem perwakilan yang berdasar pada ketentuan one man one vote, jaminan penuh terhadap kebebasan berpendapat,


(16)

pembagian bidang kegiatan dan tanggung jawab yang tuntas dalam tiga lembaga (eksekutif, legeslatif, dan yudikatif), jaminan penuh terhadap kebebasan mengembangkan keyakinan agama dan menyebarkan ajaran spiritual, jaminan penuh terhadap kebebasan melakuan kegiatan ilmiah.

Selain itu, berkenaan dengan demokratisasi pada sistem pemerintahan yang ada, sikap terhadap demokrasi menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan dari tiap aktivitas politik, terutama pada mahasiswa. Hendri B. Mayo (dalam, Muchtar Pakpahan, 2006) memberikan bentuk-bentuk demokrasi yaitu:

1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan melembaga

2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah (peaceful change in a changing society) 3. Menyelenggarakan pergantian kepemimpinan secara teratur (orderly

succession in rule)

4. Membatasi pemakain kekuasaan seacara teratur (minimum of coercion) 5. Mengakui serta menganggap wajar keaneka ragaman (receive of diversity) 6. Menjamin tegaknya keadilan

Hal ini semakin memperkuat bahwasanya demokrasi berhubungan erat dengan toleransi. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh T. Y. Wang dan Lu-heui Chen (2008) yang berjudul Political Tolerance in Taiwan : Democratic Eltism in Polity Under Threat, berkesimpulan bahwa, toleransi politik sebagai salah satu prinsip demokrasi dan sebagai dasar agar demokrasi tetap dapat berjalan. Dengan tidak adanya sikap toleransi yang ada pada rakyat Taiwan, maka


(17)

memperoleh hasil perilaku intolerant politic, yang mana dapat mengurangi stabilitas demokrasi dan berkemungkinan berujung pada kehancuran.

Atas dasar latar belakang diatas, maka penulis memberi judul penelitian ini Pengaruh Perlibatan Politik dan Sikap Terhadap Demokrasi dengan Toleransi Politik Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran pada latar belakang masalah, maka beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh Pelibatan Politik dan Sikap Mahasiswa tentang Demokrasi terhadap Toleransi Politik?

2. Dimensi Pelibatan Politik yang manakah yang dapat menjadi prediktor Toleransi Politik mahasiswa?

3. Dimensi Sikap mahasiswa terhadap politk yang manakah yang dapat menjdi prediktor Toleransi politik?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara pokok dan prinsip, tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan penelitian yang telah peneliti rumuskan diatas. Oleh karenanya tujuan dan manfaat subtansial penelitian ini sangat berkaitan erat dengan prumusan penelitiannya yaitu:

1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pelibatan politik dan sikap terhadap demorkasi dengan toleransi politik


(18)

2. Menemukan dimensi pelibatan politik apa saja yang dapat menjadi prediktor toleransi politik

3. Menemukan bentuk sikap mahasiswa terhadap demokrasi apa saja yang dapat menjadi prediktor toleransi politik.

1.4 Pembatasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitan ini, maka peneliti membatasi penelitian ini hanya kepada:

1. Pelibatan Politik (political engagement) sebagai ketertarikan (interest), kemanjuran (efficacy), dan pengetahuan (knowledge) dan aktivitas seseroang terhadap dunia politik.

2. Sikap mahasiswa terhadap demokrasi terbagi menjadi beberapa bentuk yaitu : (1) Menyelesaikan perselisihan (2) Perubahan secara damai (3) Pergantian kepemimpinan (4) Pembatasan pemakaian kekuasaan (5) Mengakui keaneka ragaman (6) Menjamin tegaknya keadilan.

3. Toleransi Politik adalah tidak adanya keinginan untuk mempertahankan hak dan juga kebebasan untuk kepentingan golongan pada pemerintahan saja, melainkan memperbolehkan bagi setiap individu untuk mendapatkan kebebasan berpolitik dan terbuka demi terjalinnya pembedaan politik (Gibson & Bingham, 1992).

4. Mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.


(19)

Dalam penelitian ini, penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Membahas sejumlah teori yang terkait dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, yaitu teori tentang pelibatan politik, sikap mahasiswa terhadap demokrasi, dan teori yang membahas toleransi politik. Selain itu juga terdapat kerangka berpikir beserta pengajuan hipotesis penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Pada bab ini meliputi jenis pendekatan penelitian, subjek penelitian, variable penelitian, populasi dan sampel, instrument penelitian, prosedur penelitian dan teknik analisis data.

BAB IV: Hasil Penelitian

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai gambaran subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan hasil analisis penelitian.


(20)

Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran.

BAB II


(21)

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Seperti toleransi politik, pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi. Kemudian kerangka berpikir yang menjelaskan pengaruh pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi dengan toleransi politik dan juga terdapat hipotesis penelitian.

2.1 Toleransi Politik

2.1.1 Pengertian Toleransi Politik

Toleransi politik secara sedarhana dapat diartikan sebagai kesediaan seseorang untuk membiarkan terjadinya sesuatu walaupun ia sendiri tidak menyukainya dan juga kesediaan seseorang untuk tidak menolak pemberian

“citizenship right” pada kelompok lain yang tidak disukainya (John Sulivan,

1997).

Nazmi maliqi (2011) menambahkan, bahwa toleransi politik adalah fenomena politik dimana politik datang untuk mengungkapkan kesanggupan dan

kemampuan seorang “aktor” politik dalam memaksimalkan usaha perlindungan keamnan dan kedamaian.

Gibson & Bingham (1982) menambahkan, toleransi politik dapat diartikan sebagai tidak adanya keinginan untuk mempertahan hak dan juga kebebasan untuk kepentingan golongan pada pemerintahan saja, memperbolehkan bagi hal layak untuk mendapatkan kebebasan berpolitik dan terbuka demi terjalinnya pembedaan politik. Senada dengan Gibson & Bingham (1982), Avery Patricia (2001) mendefinisikan toleransi politik sebagai ketidakinginan untuk mendapatkan hak-hak dasar dan kebebasan bagi individu ataupun golongan tertentu saja.


(22)

Dilain pihak, James Bohman (2003) mendefinisikan toleransi sebagai suatu hal yang dapat memberikan hak individu, termasuk hak untuk mengekspresikan diri. Toleransi sangat dibutuhkan dalam proses tujuan kemasyarakatan untuk dapat menemukan alasan dari pendapat publik agar dapat diterima atau tidak (James Bohman, 2003).

Avery Patricia (2001) menambahkan, bagi kaum muda, adanya toleransi politik akan dapat menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang yang lebih tua, semakin tinggi nilai moral, semakin tinggi rasa empati, dan juga semakin tinggi penghargaan bagi diri sendiri (self-esteem).

Galambos (2009) memberikan kesimpilan bahwa nilai dalam toleransi politik adalah mengahargai pendapat orang lain, kebebasan berekspresi dan tidak mengahalangi orang lain dalam menentukan pilihan politik.

Dalam penelitian ini, definisi toleransi yang digunakan adalah apa yang telah diungkapkan oleh Pasamonik (dalam Galambos, 2009) mendefinisikan toleransi dalam kebajikan sosial dan prinsip politik, hidup berdampingan secara damai baik individu maupun kelompok dalam satu kumpulan masyarakat yang sama.

2.1.2 Bentuk-bentuk Toleransi Politik

Raphael Cogen dan Almagor (2006) menjabarkan bentuk-bentuk toleransi sebagai berikut :

1. Sikap yang lembut (lenient attitude), adalah menghargai setiap pendapat orang lain, sebab tiap pendapat yang ada memiliki hak yang sama untuk didengarkan.


(23)

3. Tidak adanya keinginan untuk memaksakan pilihan orang lain, sebab memaksakan pilihan orang lain tdak dapat menjembatani hak asasi manusia.

2.2 Pelibatan Politik

2.2.1 Definisi Pelibatan Politik

Pelibatan politik (political engagement) didefinisikan oleh Verba, Burns, dan Scholzman (1997, dalam Septian dan Muluk, 2008) sebagai ketertarikan (interest), keyakinan (efficacy) dan pengetahuan (knowledge) seseorang terhadap dunia politik. Escandel (2004, dalam Septian dan Muluk, 2008) menambahkan bahwa aktivitas politik seseorang dalam dunia politik merupakan bagian dari perlibatan politiknya.

2.2.2 Dimensi Pengukuran Pelibatan Politik

Didalam pelibatan politik, terdapat empat dimensi yaitu : (1) Ketertarikan Politik, (2) Kemanjuran Politik, (3) Pengetahuan Politik, dan (4) Aktivitas Politik.

Ketertarikan Politik

Dalam penelitian ini, definisi ketertarikan politik yang digunakan adalah teori yang diungkapkan oleh Campbell (dalam Iman Septian & Hamdi Muluk, 2008) yang telah mengklasifikasikan ketertarikan individu dalam politik menjadi empat komponen. Dua komponen yang pertama merupakan orientasi individu secara spesifik terhadap pemilihan umum, yaitu ketertarikan terhadap kampanye dan kepedulian terhadap hasil pemilu. Sedangkan yang dua lainnya merupakan orientasi terhadap politik secara lebih umum, yaitu perasaan bahwa sseseorang mampu mempengaruhi keadaan politik yang ada dan perasaan yang kuat untuk menjalankan kewajiban sebagai wargan negara.


(24)

Almond dan Verba (dalam Iman Septian dan Hamdi Muluk, 2008) menganjurkan perubahan komponen pengukuruan ketertarikan politik dari empat komponen menjadi dua komponen, yaitu ketertarikan terhadap pemilu dan ketertarikan secara umum.

Sedangkan Kim (dalam Septian dan Muluk, 2008) menggunakan index ketertarikan politik dengan menggunakan kombinasi dua variabel, yaitu :

1. Ketertarikan pada kampanye pemilu 2. Ketertarikan pada politik secara umum Kemanjuran Politik (Political Efficacy)

Political efficacy didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk berperan atau mempengaruhi komponen-komponen sistem politik tersebut (Andik Matulessy, 2009). Gurin dan Miller (dalam Matulessy, 2009), mendefinisikan

political efficacy sebagai perasaan bahwa aksi politik harus dilakukan sebagai dampak dari proses politik, sebagai bentuk dari warga negara. Secara sederhana

political efficacy adalah presepsi powerfulness atau powerlessness warga negara pada realitas politik (Andik Matulessy, 2009). Hal ini ditegskan lebih lanjut oleh Zimermman (dalam Matulessy, 2009) bahwa political efficacy merupakan penangkal terjadinya alienasi dan dipahami sebagai bentuk political powerfulness.

Kim (dalam Septian & Muluk, 2008) mendefinisikan kemanjuran politik (political efficacy) sebagai perasaan seseorang bahwa perilaku politik yang dilakukannya akan berdampak pada proses politik yang terjadi.

Conway (1991) membagi political efficacy menjadi dua, (1) political efficacy internal dan (2) political efficacy eksternal.


(25)

(1) political efficacy internal adalah keyakinan seseorang bahwa ia dapat memahami politik dan pemerintah serta dapat mempengaruhi politik dan pemerintah melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukannya. Menurut Barry dan Rosenwein (dalam Halida & Muluk, 2004), orang tidak akan berpartisipasi secara aktif didalam politik jika tidak mengganggap partisipasinya itu akan membuat setidaknya sedikit perbedaan.

(2) political efficacy eksternal adalah keyakinan bahwa pejabat publik responsive terhadap minatnya dan bahwa pemerintah serta institusi politik membantu para pejabat pemerintah untuk menjadi responsif.

Dalam penelitian ini menggunakan definisi Barry & Rosenwein (dalam Halida & Muluk, 2004) yang menjelaskan political efficacy dalam pandangan tradisional sebagai persepsi yang dimiliki seseorang tentang dirinya dan kemampuannya untuk mempengaruhi politik pada situasi tertentu.

Pengetahuan Politik

Carpini dan Keeter (1996) mendifinisikan pengetahuan politik sebagai

the range of factual information about politics that is stored is long term memory”. Penekanan definisi pada kata informasi ditujukan untuk membedakan

pengetahuan politk dengan konsep lain dari massa seperti sikap politik, nilai-nilai politik, kepercayaan dan pendapat. Hal ini juga untuk membedakan dari logika, alasan, diskursus, partisipasi, dan komponen lain dari demokrasi (Septian dan Muluk, 2008).


(26)

Penekanan pada informasi faktual ditujukan untuk membedakan pengetahuan politik dari hasil kognisi yang salah atau hasil kognisi yang tidak dapat diuji kebenarannya. Memori jangka panjang untuk membedakan dari informasi yang didimpan pada memori jangka pendek yang kemudian dilupakan. Sedangkan kata tingkatan digunakan untuk membedakan konsep pengetahuan politik yang luas dari sekedar fakta-fakta spesifik tentang hal tertentu saja (Septian dan Muluk, 2008).

Aktivitas Politik

Yang dimaksud dengan aktivitas politik adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan politik, baik aktivitas memilih dalam pemilu (voting), maupun aktivitas selain itu (Milan, 2005). Milan menjabarkan banyak contoh dari aktivitas politik, yaitu mencari informasi tentang isu politik, menandatangani petisi, dan boikot produk, demonstrasi, menghadiri dan berbicara dalam pertemua public, mengekspresikan pendapat pada media atau politisi, dan kerja sukarela untuk partai politik.

Verba, Burns, dan Schlozman (1997) menggunakan aktivitas menyimak berita di media dan diskusi politik sebagian dari pengukuran pelibatan politik seseorang, walaupun tidak menggolongkan keduanya dalam aktivitas politik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengukuran yang telah digunakan oleh Septian dan Muluk (2008) yaitu : diskusi politik, penggunaan media sebagai pengukuran perlibatan politik, dan demonstrasi.

2.3 Sikap Terhadap Demokrasi


(27)

Sikap terhadap demokrasi terdiri dari dua kata, yaitu sikap dan demokrasi. Untuk lebih jelas akan diapaparkan satu per satu pada tiap-tiap sub bab dibwaah ini.

Sikap

Menurut Eagly & Chaiken (1993), sikap adalah kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi entitas tertentu dan diajukan dengan derajat atau tingkat mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable). Entitas menunjukkan target dari sikap, dan oleh para ahli sosial sering diistilahkan sebagai objek sikap. Allport (dalam David O. Sears dkk, 1993) menambahkan, sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada objek dan simulasi yang berkaitan dengannya.

Krech dan Crutchfield (dalam David O. Sears dkk, 1993) sangat mendukung perspektif kognitif, mendefinisikan sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu.

Selanjutnya Eagly & Chaiken (1993) menyatakan tiga elemen penting dalam definisi sikap yang membedakan dari konsep-konsep kepribadian yang lain. Pertama, sikap merupakan kecenderungan yang bersifat internal. Kecenderungan ini dapat berlangsung lama maupun dalam waktu yang relative singkat (temporer). Kedua, individu mengekspresikan sikap melalui keyakinan-keyakinan, perilaku-perilaku, dan respon-respon afeksi. Ketiga, sikap bersifat evaluatif, yaitu bahwa diantara diterimanya kelompok stimulus tertentu dan respon yang dihasilkan terdapat proses evaluasi yang dilakukan individu.


(28)

Harriman (1995) juga menambahkan, sikap adalah kesiagaan untuk menghadapi dengan cara tertentu jika terjadi situasi yang tepat. Seperti yang di utarakan oleh Bimo Walgito (2002) bahwa sikap dapat berasal dari suatu persepsi, emosi maupun perilaku yang dnampakkan oleh seseorang. Dengan kata lain sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau respons terhadap stimuli sosial yang telah dikondisikan (Kartini kartono, 1994).

Sebagaimana teori diatas, sikap mencakup tiga komponen, yaitu : 1. Sikap merupakan kecenderungan internal

2. Sikap dimanifestasikan dalam bentuk pikiran, emosi dan juga kecenderungan perilaku dalam merespon objek atau stimulus

3. Sikap bersifat evaluative, yaitu mendukung dan tidak mendukung terhadap stimulus.

Demokrasi

Menurut etimologi, istilah demokrasi berasal dari bahsa inggris, yaitu

democracy, sedangkan menurut bahasa yunani, demokrasi berasal dari kata demos

(rakyat) dan kratein (memerintah). Bila kedua kata tersebut digabungkan meka dia

berarti “Rakyat yang Memrintah” atau “pemerintahan rakyat” (Pakpahan. 2006).

Menurut Almond & Verba (1990) demokrasi adalah sistem politik dimana warga negara biasa dapat melakukan control terhadap para elit, yang didukung oleh norma-norma yang diterima baik oleh para elit dan massa. Muchtar Pakpahan (2006) juga menambahkan, demokrasi adalah suatu prinsip yang menyatakan bahwa pemerintahan negara berada ditangan rakyat. Kehendak rakyatlah yang menentukan jalannya pemerintahan negara.


(29)

Gaffar (1999) menyebutkan lima indikator bagi sistem pemerintahan yang demokratis, yaitu :

1. Akuntabilitas. Setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya.

2. Rotasi kekuasaan. Dalam demokrasi, peluang akan terjadinya rotasi kekuasaan harus ada, dan dilakukan secara teratur dan damai.

3. Rekrutmen politik yang terbuka. Memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan, diperlukan suatu system rekrutmen politik yang terbuka. Artinya, setiap orang memenuhi syarat untuk mengisi suatu jabatan politik yang dipilih oleh rakyat, mempunyai pekuan yang sama dalam melakukan kompeitisi untuk mengisi jabatan tersebut.

4. Pemilihan Umum. Pemilu dilaksanakan secara teratur. Setiap warga Negara yang telah dewasa mempunyai hak untuk memilih dan dipilih, serta bebas menggunakan haknya tersebut sesuai dengan kehendak hati nuraninya. 5. Menikmati hak-hak dasar. Dalam suatu Negara yang demokratis setiap

warga masyarakat dapat menikmati hak-hak dasar mereka secara bebas, termasuk didalamnya adalah hak-hak menyatakan pendapat (freedom of expression), hak untuk berkumpuldan beresikat (freedom of assembly), dan hak untuk menikmati pers yang bebas (freedom of the press).

Hendri B. Mayo (dalam, Muchtar Pakpahan, 2006) memberikan bentuk-bentuk demokrasi adalah:


(30)

8. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah (peaceful change in a changing society) 9. Menyelenggarakan pergantian kepemimpinan secara teratur (orderly

succession in rule)

10. Membatasi pemakain kekuasaan seacara teratur (minimum of coercion) 11. Mengakui serta menganggap wajar keaneka ragaman (receive of diversity) 12. Menjamin tegaknya keadilan

Sikap Terhadap Demokrasi

Berdasar pada bentuk-bentuk demokrasi yang diajukan oleh Mayo (dalam Pakpahan, 2006), maka sikap terhadap demokrasi adalah kecenderungan psikologis seseorang yang menilai segala syarat-syarat nilai suatu demokrasi dari tiga komponen psikologis, yaitu afektif, kognitif, dan konatif.

2.3.2 Komponen Sikap

Michener & Delamater (1999) menyatakan bahwa sikap mengandung tiga komponen, yaitu:

1. Komponen Kognitif

Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek sikap.

2. Komponen Afektif

Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.


(31)

Komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak dengan objek sikap. Menunjukkan intensitas sikap, besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Berdasarkan analisis terhadap definisi yang diberikan oleh beberapa ahli, Taylor dkk (1994) menyimpulkan bahwa sikap melibatkan beberapa kategori stimulus yang dievaluasi berdasarkan kognisi, afeksi, dan juga informasi perilaku

Ketiga komponen sikap yang telah disebutkan diatas merupakan suatu kesatuan yang akan dimunculkan berkaitan dengan adanya rangsangan yang diterima individu. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

2.3.3 Fungsi Sikap

Menurut Katz (dalam Bimo Walgito, 2002) sikap mempunyai empat fungsi, yaitu:

1. Fungsi Instrumental, atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat

Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana-tujuan. Disini sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau seagai alat dalam rangka pencapaian tujuan. Jika objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapi tujuannya, orang akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut, bergitu pula sebaliknya.

2. Fungsi Pertahanan Ego

Fungsi ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau „aku-nya‟. Sikap ini diambil oleh seseorang sewaktu


(32)

orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya tau ego-nya. Misalnya, orang tua mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan ego-nya, dalam keadaan terdesak saat diskusi dengan anaknya.

3. Fungsi Ekspresi Nilai

Sikap yang ada pada drii seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri, seseorang akan mendapatkan kepuasan untuk dapat menunjukkan keadaan dirinya.

4. Fungsi Pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalaman-pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten. Ini berarti, seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunujukkan tetang pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan.

2.4 Kerangka Berpikir

Toleransi politik menjadi hal terpenting dalam menjalankan sistem pemerintahan baik negara sampai sistem pemerintahan kampus, terutama kampus-kampus yang menganut sistem student government. Hal ini disebabkan oleh adanya perselisihan dari tiap partai yang ada, baik disaat proses pemilihan umum sampai proeses pemerintahan Badan Eksekutif Mahasiswa telah berjalan.

Hal ini dapat dilihat saat PEMILU Raya kampus UIN Jakarta yang dijadikan tempat penelitian dalam penulisan ini. Pada tahun 2010 tepatnya pada tanggal 9 mei. Terjadi kerusuhan yang berakibat pecahnya kaca student center


(33)

yang disebabkan oleh bentrokan antar mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya toleransi politik dalam pelibatan politik mahasiswa.

Sesungguhnya keterlibatan individu dalam politik menuntut individu untuk dapat secara kritis menyampaikan ide-ide, saran, dan bahkan penolakan terhadap suatu kebijakan kepada suatu sistem politik. Lebih khusus pada mahasiswa, yang menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat banyak, menjadi agent of change, memiliki kesiapan untuk meneruskan estafet kepemimpinan, serta selalu kritis dan peka terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya (ketidakadilan, kesewenag-wenangan) (Andik Matulessy, 2009). Namun bila dilihat dari fenomena yang ada, hal tersebut tidak terjadi pada aktifitas politik kampus UIN Jakarta.

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Verba, Burns, dan Scholzman (1997, dalam Septian dan Muluk, 2008) pelibatan politik sebagai ketertarikan (interest), kemanjuran (efficacy) dan pengetahuan (knowledge) seseorang terhadap dunia politik. Dimana dari masing-masing variabel tersebut memiliki pengaruh pada toleransi politik.

Ketika individu memiliki nilai political interest yang tinggi, secara tidak langsung akan memiliki toleransi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh rasa ketertarikan dalam politik itu sendiri. Saat rasa ketertarikan mendasari untuk terlibat dalam dunia politik, maka individu yang memiliki ketertarikan politik yang tinggi akan lebih siap menerima konsekuensi atas hasil pemilihan umum dalam berpolitik. Sebaliknya, individu sebaiknya menekan political efficacy, sebab rasa yakin yang berlebihan akan menimbulkan egoistic yang tinggi dan dapat menimbulkan perselisihan dengan anggota partai yang lain disebabkan keyakinan yang berbeda dan tentu akan menghambat berjalannya toleransi dalam


(34)

politik. Menang dan kalah adalah konsekuensi dalam politik. Maka, suatu pengetahuan politik menjadi hal penting demi berlangsungnya toleransi politik. Individu yang memiliki pengetahuan yang tinggi, maka dirinya akan lebih siap menerima konsekuensi yang ada.

Selain itu, sistem pemerintahan yang demokratis juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya toleransi politik. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Ebrahim Fakir (2010) menyatakan bahwa setiap warga negara termasuk pemimpin politik, harus mempunyai rasa tanggung jawab akan berlangsungnya toleransi politik baik dalam perkataan dan juga perbuatan. Seraya

menolak pada suatu hal yaitu “kekuatan adalah kebenaran” (might make right), toleransi politik adalah kunci dari demokrasi.

Dengan demikian, maka setiap individu sebaiknya memiliki sikap terhadap demokrasi yang tinggi, sehingga dapat menumbuhkan toleransi yang tinggi pula. Dalam hal ini, Hendri B. Mayo (dalam, Muchtar Pakpahan, 2006) memberikan bentuk-bentuk demokrasi adalah: (1) menyelesaikan perselisihan dengan damai dan melembaga, (2) menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah (peaceful change in a changing society), (3) menyelenggarakan pergantian kepemimpinan secara teratur (orderly succession in rule), (4) membatasi pemakain kekuasaan seacara teratur (minimum of coercion), (5) mengakui serta menganggap wajar keaneka ragaman (receive of diversity), (6) menjamin tegaknya keadilan.

Berdasar pada penjelasan Mayo di atas, maka seorang mahasiswa mestilah mempunyai sikap yang tinggi terhadap demokrasi, agar dapat memperjelas misi dan visi dari aktivitas politik dan memenuhi syarat-syarat dari demokrasi itu


(35)

Sikap terhadap demokrasi : 1. Penyelesaian perselisihan 2. Perubahan secara damai 3. Penyelenggaraan pergantian

kepemimpinan 4. Membatasi pemakain

kepemimpinan

5. Mengakui keaneka ragamaman 6. Menjamin tegaknya keadilan

Pelibatan Politik : 1. Ketertarikan politik 1. Political efficacy

2. Pengetahuan politik 3. Aktivitas politik

sendiri yang salah satunya adalah kebebasan berpendapat, kebebasan memilih (Gaffar, 1999). Hal tersebut di atas adalah dasar pengukuran sikap terhadap demokrasi yang akan dihubungkan dengan toleransi politik.

Jika digambarkan dengan model, maka akan tampak seperti berikut : Table 2.3

Bagan Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis

Bunyi hipotesis utama yaitu : “terdapat pengaruh yang signifikan dari pelibatan politik dan sikap tentang demokrasi terhadap toleransi politik”.

Dengan demikian maka penulis memiliki hipotesis minor (Ho) sebagai berikut :

Political Interest berpengaruh signifikan pada Toleransi Politik


(36)

Political Efficacy internal berpengaruh signifikan pada Toleransi Poltik  Aktivitas Politik berpengaruh signifikan pada Toleransi Politik

 Pengetahuan Politik berpengaruh signifikan pada Toleransi Poltik  Penyelesaian perselisihan berpengaruh signifikan pada toleransi politik  Perubahan secara damai berpengaruh signifikan pada toleransi politik  Penyelenggaraan pergantian kepemimpinan berpengaruh signifikan pada

toleransi politik

 Membatasi pemakaian kepemimpinan secara tertarur berpengaruh signifikan pada toleransi politik

 Mengakui keaneka ragaman berpengaruh signifikan pada toleransi politik  Menjamin tegaknya keadilan berpengaruh signifikan pada toleransi politik  Jenis kelamin berpengaruh signifikan pada toleransi politik

 Keorganisasian berpengaruh signifikan pada toleransi politik  Jenis organisasi berpengaruh signifikan pada toleransi politik

Kemudian dikarenakan adanya analisis statistik, maka hipotesis utama

tersebut dibalik menjadi hipotesis nihil yang berbunyi bahwa “pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi tidak mempengaruhi toleransi politik mahasiswa”.

Dengan demikian hipotesis nihil inilah yang akan diujikan pada analisis statistik penelitian.

BAB III


(37)

Dalam bab ini akan dipaparkan tentang pendekatan penelitian, populasi dan sampel,variabel penelitian, teknik pengumpulan data, intrumen penelitian, uji instrumen, dan prosedur penelitian.

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2005). Penelitian ini mengkuantifikasikan pelibatan politik (political engagement), skor sikap terhadap demokrasi, dan skor toleransi politik.

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2008), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi pada penelitian ini yaitu Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu sebanyak 753 Mahasiswa, data tersebut didapatkan dari subag akademik fakultas psikologi UIN Jakarta. Populasi tersebut adalah mahasiswa tahun ajaran 2006 sampai dengan tahun ajaran 2009.

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sugiyono (2008) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 153 mahaiswa yang terdaftar dalam mengikuti perkuliahan pada Universitas Islam Negeri. Pengambilan sampel dalam penelitian ini


(38)

dilakukan secara purposive sampling (sampel bertujuan). Sampel bertujuan dilakukan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan tertentu (Arikunto, 2002). Sesuai dengan tujuan penelitian, maka karakteristik subjek penelitian ini bersumber pada jumlah populasi yang ada, yaitu sebagai berikut :

1. Mahasiswa Strata-1 fakultas psikologi. 2. Di atas semester 2

3. Di bawah semester 12 3.3. Variabel Penelitian

3.3.1. Definisi Konseptual Variabel

a. Dependen Variabel : Toleransi Politik

Definisi Konseptual : Toleransi politik adalah tidak adanya keinginan untuk mempertahankan hak dan juga kebebasan bagi kepentingan golongan pada pemerintahan saja, serta memperbolehkan bagi hal layak untuk mendapatkan kebebasan berpolitik dan terbuka demi terjalinnya pembedaan politik

b. Independen Variabel : Pelibatan politik dan Sikap terhadap demokrasi Definisi Konseptual Pelibatan politik adalah ketertarikan, kemanjuran, dan pengetahuan dan aktivitas seseroang terhadap dunia politik.

Definisi konseptual Sikap terhadap demokrasi adalah kecenderungan psikologis seseorang yang menilai segala syarat-syarat nilai suatu demokrasi dari tiga komponen psikologis, yaitu afektif, kognitif, dan konatif.

3.3.2. Definisi Operasional Variabel


(39)

Definisi Operasional : Skor hasil pengukuran dari skala Toleransi politik merupakan skor yang diperoleh dari pengukuran terhadap indicator-indikator toleransi politik yaitu : menghargai pendapat orang lain, kebebasan berekspresi dan tidak menghalangi orang lain dalam menentukan pilihan politik.

b. Independen Variabel : Pelibatan Politik dan Sikap Mahasiswa terhadap Demokrasi

Definisi Operasional Pelibatan Politik : Skor hasil pengukuran dari skala Perlibatan politik merupakan skor yang diperoleh dari pengukuran terhadap ketertarikan politik, kemanjuran politik (political efficacy), pengetahuan politik dan aktivitas politik.

Definisi Operasional Sikap terhadap demokrasi : Skor hasil pengukuran dari skala Sikap terhadap Demokrasi merupakan skor yang diperoleh dari pengukuran terhadap (1) Menyelesaikan perselisihan(2) Perubahan secara damai (3) Pergantian kepemimpinan (4) Pembatasan pemakaian kekuasaan (5) Mengakui keaneka ragaman (6) Menjamin tegaknya keadilan, melalui afeksi, kognisi dan behavior dari masing-masing dimensi yang ada.

3.4. Instrumen Pengumpulan Data 3.4.1. Teknik Pengumpulan Data

Ketiga variabel tersebut, disusun menggunakan skala Likert dengan 4 katagori jawaban, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemusatan (central tendency) / menghindari jumlah respon yang bersifat netral. Model ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavourable).


(40)

Responden diminta untuk memilih salah satu dari 4 katagori jawaban yang masing-masing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan

dengan keadaan yang dirasakan responden sendiri yaitu, “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak Setuju” (TS), “Sangat Tidak Setuju” (STS). Penskoran

tertinggi diberikan pilihan sangat setuju dan terendah pada pernyataan sangat tidak setuju untuk pernyataan favourable. Selanjutnya pernyataan tertinggi untuk pernyataan unfavorable diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju dan skor terendah diberikan untuk pilihan sangat setuju. Setiap katagori memiliki nilai sebagai berikut :

Tabel 3.1

Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif

Khusus untuk pengukuran skor Pengetahuan Poltik (political knowledge).

Alat ukur ini menggunakan tiga pilihan jawaban mulai dari jawaban “salah”, dan “benar”.

3.4.2. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini akan digunakan tiga alat ukur untuk mengukur variabel yang diteliti. Ketiga skala ini mengukur pelibatan politik, sikap mahasiswa terhadap demokrasi dan toleransi politik.

Kategori Favorable Unfavorable

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3


(41)

Skala Toleransi Politik

Dalam mengukur komponen-komponen toleransi politik menggunakan skala yang disusun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan pengertian dari toleransi politik yaitu : menghargai pendapat orang lain, kebebasan berekspresi dan tidak menghalangi orang lain dalam menentukan pilihan politik.

Setelah dilakukan perhitungan melalui SPSS 17.0, maka dapat diketahui item-item yang valid dan unvalid. Dibawah ini adalah itetm-item yang valid dan unvalid.

Tabel 3.2 Skala toleransi politik

No Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1. Mengharagai pendapat orang lain

2* 1, 6, 9*, 11, 5

2. Kebebasan berekspresi 4, 5*, 8, 10 7, 15 6

3. Tidak mengahalangi orang lain dalam menentukan pilihan

3, 14 12, 13* 4

Jumlah 7 8 15

*item unvalid

Skala Pelibatan Politik

Dalam mengukur komponen-komponen Pelibatan Politik menggunakan skala yang disusun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan pengukuran terhadap rasa tanggung jawab, political interest,political efficacy, dan aktivitas politik.

Setelah dilakukan perhitungan melalui SPSS 17.0, maka dapat diketahui item-item yang valid dan unvalid. Dibawah ini adalah itetm-item yang valid dan unvalid.

Tabel 3.2


(42)

N0 KOMPONEN Favorable Unfavorable JUMLAH 1 Political Interest 4, 7, 10, 13*, 16* 1, 19 7

2 Political efficacy 5*, 8, 17, 22, 24 2, 11, 14, 20 9 3 Aktivitas Politik 9, 12, 15, 18 3, 6, 21, 23 8

4

Pengetahuan Politik

1*, 2, 3, 4, 5, 6, 7*, 8*, 9, 10

10

JUMLAH 24 10 34

*item unvalid

Skala Sikap Terhadap Demokrasi

Dalam melakukan pengukuran sikap terhadap demokrasi menggunakan skala yang disusun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan dimensi sikap terhadap demokrasi.

Setelah dilakukan perhitungan melalui SPSS 17.0, maka dapat diketahui item-item yang valid dan unvalid. Di bawah ini adalah itetm-item yang valid dan unvalid.

Tabel 3.3

Skala Sikap Terhadap Demokrasi

No Dimensi

Afeksi Kognisi Behavior

JUMLAH Fav Unfav Fav Unfav Fav Unfav

1. Menyelesaikan perselisihan secara damai

7 19* 13 25 1, 31, 33 - 7

2. Perubahan secara damai 14, 26* - 8 - - 2, 20 5

3. Pergantian kepemimpinan secara teratur


(43)

4. Membatasi pemakaian kekuasaan

4 - 22 10* 16* 28 5

5. Mengakui keanekaragaman 11 23 5 29 - 17* 5

6 Menegakkan keadilan 6, 12, 24*

30 32 - 18* - 6

Jumlah 8 4 6 4 7 4 33

*item unvalid

3.5 . Uji Instrumen

Didalam penelitian ini harus digunakan alat ukur yang valid dan reliable, agar kesimpulan dalam penelitian yang diperoleh tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Pengujian tingkat validitas dan ralibilitas dari ketiga alat ukur dalam penelitian ini dilakukan sebelum diadakan pengambilan data. Pengujian alat ukur ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana dapat mengungkapkan hal-hal yang semestinya diukur dari sati variabel. 3.5.1. Uji Validitas Skala

Validitas merupakan representasi dari keakuratan informasi. Validitas artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2003). Pada penelitian ini teknik uji validitas yang digunakan adalah Pearson Product Moment, lalu data yang diperoleh akan diolah menggunakan SPSS 17.0.

3.5.2. Uji Reliabilitas Skala

Setelah dilakukan uji validitas, maka dilakukan uji realibilitas dengan menggunakan rumus alpha cronbach dengan menggunakan program SPSS 17.0. Dengan cara ini, permasalahan yang muncul pada pendekatan tes ulang dapat dihindari (Azwar, 2003). Menurut Azwar (2003), realibilitas adalah sejauh mana


(44)

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa reliabilitas adalah sejauh mana instrumen menghasilkan pengukuran yang relatif sama meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur kestabilan dan konsistensi (keajegan) dari jawaban responden terhadap suatu alat ukur psikologis yang disusun dalam bentuk kuesioner. Suatu penelitian yang reliabel yaitu hasil yang diperoleh akan tetap sama apabila diukur pada waktu yang berbeda. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbach alpha > 0,60.

3.6. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Sebelum turun ke lapangan, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti kemudian mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori yang berkaitan secara lengkap kemudian penulis menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala pelibatan politik, skala sikap terhadap demokrasi dan skala toleransi politik.

2. Melakukan penelitian dengan try out terpakai, yaitu responden yang telah mengisi angket yang belum di uji validitasnya, dimasukkan menjadi bagian dari responden penelitian. Dilakukan pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta melalui teknik purposive sampling. Setelah


(45)

mendapatkan data yang diinginkan peneliti kemudian melakukan pengolahan data dan membuang item-item yang tidak valid dalam alat ukur tersebut.

3. Melakukan pengolahan dan pengujian terhadap data yang sudah di dapatkan.

3.7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini, bentuk analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif, yaitu jenis analisis yang mempergunakan alat analisis berupa metode statistik yang hasilnya disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian disajikan dan diintrepetasikan dalam bentuk uraian.

Uji hipotesis digunakan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan utama penelitian yang menggunakan teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis regresi berganda ini digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk mengetahui besarnya hubungan dari independent variable (IV), yaitu pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi terhadap dependent variable

(DV) yaitu toleransi politik.

Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependen; respon; Y) dengan lebih dari satu variabel bebas (independen; prediktor; X).


(46)

Keterangan:

Y' = nilai prediksi Y (tingkat Toleransi politik) a = konstan

b = koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X X1 = Pelibatan Politik

X2 = Sikap terhadap demokrasi

BAB IV


(47)

HASIL PENELITIAN

Bab berikut ini akan dibahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi gambaran responden dan hasil uji hipotesis.

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Responden dalam penelitian ini sebanyak 153 mahasiswa. Pada tabel 4.1 berikut ini digambarkan subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai responden yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi mahasiswa psikologi UIN Jakarta. dengan menggunakan teknik pengambilan sample secara accidental, maka diperolah responden berdasar jenis kelamin sebagai berikut : Tabel 4.1

Distribusi populasi penelitian berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin N Persentase

Laki – laki 70 45,8 %

Perempuan 83 54,2 %

TOTAL 153 100 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perempuan lebih banyak daripada laki – laki. Jumlah perempuan 80, sedangkan laki – laki hanya berjumlah 73. Fenomena populasi seperti ini lazim ditemui pada mahasiswa fakultas psikologi. Sebab, kebanyakan mahasiswa psikologi adalah perempuan.

Di bawah ini adalah gambaran responden dilihat dari aktif maupun pernah berorganisasi dan tidak pernah bergabung dalam organisasi, diperoleh data sebagai berikut :


(48)

Tabel 4.2

Gambaran responden penelitian berdasarkan aktif keorganisasian

Ke-organisasian N Persentase

Aktif 89 58,16 %

Tidak Aktif 64 41,84%

TOTAL 153 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang aktif dalam organisasi sebanyak 58,16%, jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak bergabung dalam organisasi yakni sebanyak 41,84%. Dan dari 89 responden yang aktif dalam organisasi, dibawah ini adalah jenis organisasi apa saja yang mereka ikuti, diantaranya ada sebagian responden yang aktif lebih dari satu organisasi baik ekstra maupun intra kampus.

Tabel 4.3

Gambaran responden penelitian berdasar organisasi

Organisasi N Persentase

IMM 4 4,49%

HMI 30 33,71%

PMII 17 19,10%

UKM 13 14,60%

BEM 16 17,98%

LSO 4 4,49%

Lebih Dari satu Organisasi 5 5,63%

TOTAL 89 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui sebanyak 33, 71% responden adalah mahasiswa yang tergabung dalam HMI dan sebanyak 19,10% responden adalah mahasiswa yang tergabung dalam PMII, 4,49% responden adalah mahasiswa yang tergabung dalam organisasi IMM, 17,98% responden adalah mahasiswa yang


(49)

menjadi anggota BEM, 14,60% reponden adalah mahasiswa yang tergabung dalam organisasi UKM, 4,49% responden adalah mahasiswa yang tergabung dalam LSO, dan 5,63% responden adalah mahasiswa yang tergabung lebih dari satu organisasi.

4.2 Uji Hipotesis

4.2.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS 17. Dalam regresi ada 3 hal yang dilihat yaitu, melihat apakah IV berpengaruh signifikan terhadap DV, kedua melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing – masing IV.

Langkah pertama, peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variabel terhadap toleransi politik. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut

TABEL 4.5 Anova ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 4785.865 13 368.143 6.093 .000a

Residual 8398.416 139 60.420

Total 13184.282 152

a. Predictors: (Constant), jenis.organisasi, mengakui.keanekaragaman, political.interest, keorganisasian, pengetahuan.politik, pergantian.kepemp, political.efficacy, perb.sercara.damai, membtsi.kekuasaan.kepemp, menegakakkan.keadilan, meny.perselisihan, aktivitas.politik, gender b. Dependent Variable: toleransi.politik

Jika melihat kolom signifikan pada tabel (p < 0.05) , maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independen variabel terhadap toleransi politik ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari


(50)

political interest, political efficacy, aktivitas politik, pengetahuan politik, menyelesaikan perselisihan, perubahan secara damai, pergantian kekuasaan kepemimpinan, mengakui keanekaragaman, menegakkan keadilan, gender, keorganisasian dan jenis organisasi terhadap toleransi politik. Untuk tabel R square, dapat dilihat sebagai berikut :

TABEL 4.7 Model Summary Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .602a .363 .303 7.77305

a. Predictors: (Constant), MENGKKN.KEDILN, POLITICAL.EFFICACY, PENGETAHUAN.POLITIK, PERGNTN.KEPEMP, PRBHN.SCR.DAMAI,

PEMBTS.KEKUASAAN, AKTIVITAS.POLITIK, MENY.PERSELISIHAN,

POLITICAL.INTEREST, MENGKUI.KEANKRGMN, GENDER,

KEORGANISASIAN, JENIS.ORGANISASI

Dari tabel diatas dapat dilihat perolehan R square sebesar 0.363 atau 36,3%. Artinya proporsi varians dari toleransi politik yang dijelaskan oleh semua independen variabel adalah sebesar 36,3%, sedangkan 63,7% sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independen variabel. Jika nilai P < 0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap toleransi politik. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel berikut :

TABEL 4.7 Koefisien Regresi

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 133.373 39.372 3.387 .001

political.interest .396 .109 .356 3.628 .000

political.efficacy -2.662 .830 -.259 -3.207 .002


(51)

pengetahuan.politik .112 .072 .113 1.548 .124

meny.perselisihan .353 .109 .327 3.248 .001

perb.sercara.damai -.153 .092 -.138 -1.667 .098

pergantian.kepemp -.015 .070 -.016 -.218 .828

membtsi.kekuasaan.ke pemp

.029 .087 .028 .336 .737

mengakui.keanekaraga man

.298 .120 .271 2.482 .014

menegakakkan.keadila n

-.011 .083 -.012 -.137 .891

Gender -1.322 2.385 -.071 -.554 .580

Keorganisasian 1.431 2.223 .076 .644 .521

jenis.organisasi -.157 1.144 -.011 -.137 .891

a. Dependent Variable: toleransi.politik

Persamaan 4.1 Regresi Toleransi Politik

Toleransi politik = 133,373 + 0,396*Political interest - 2,662*Political Efficacy - 0.018*Aktivitas politik +

0.112*Pengetahuan politik +

0.353*Meny.Perselisihan - 0.153*Perubahan secara damai - 0,015*Pergantian kekuasaan kepemimpinan + 0,029*Pembatasan kekuasaan + 0,298*Mengakui keanekaragaman -

0,11*Meneggakkan keadilan – 1,322*Gender + 1,431*keorganisasian – 0,157*Jenis organisasi

Tabel dibawah ini adalah penjelasan dari persamaan regresi toleransi politik TABEL 4.8

Keterangan Persamaan Regresi Toleransi Politik

NO DIMENSI KONTRIBUSI SIGNIFIKANSI

1 Political interest Positif SIGNIFIKAN

2 Political efficacy Negatif SIGNIFIKAN

3 Aktivitas politik Negatif TIDAK SIGNIFIKAN

4 Pengetahuan politik Positif TIDAK SIGNIFIKAN


(52)

6 Perubahan secara damai Negatif TIDAK SIGNIFIKAN 7 Pergantian kekuasaan

kepemimpinan

Negatif

TIDAK SIGNIFIKAN 8 Pembatasan kekuasaan Positif TIDAK SIGNIFIKAN 9 Mengakui keaneka ragaman Positif SIGNIFIKAN

10 Menegakkan keadilan Negatif TIDAK SIGNIFIKAN

11 Gender Negatif TIDAK SIGNIFIKAN

13 Keorganisasian Positif TIDAK SIGNIFIKAN

14 Jenis organisasi Negatif TIDAK SIGNIFIKAN

Kemudian langkah selanjutnya peneliti menguji penambahan proporsi varians dari tiap independen variabel jika IV tersebut dimasukkan satu per satu ke dalam analisis regresi. Tujuannya adalah melihat penambahan (incremented)

proporsi varians dari tiap IV apakah signifikan atau tidak. Untuk analisis lengkapnya dibahas pada sub bab berikut.

4.2.3 Pengujian Proporsi Varians untuk masing – masing Independent Variabel

Pengujian pada tahapan proporsi varian, hal ini bertujuan untuk melihat signifikansi dari tiap IV, yang mana IV tersebut dianalisis secara satu per satu. Pada tabel 4.9 kolom pertama adalah IV yang dianalisis secara satu per satu, kolom R2 merupakan total penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per satu tersebut, kolom R2 change merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah harga f hitung bagi IV yang bersangkutan, kolom df adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator, kolom f tabel adalah kolom mengenai nilai/harga IV pada tabel f dengan df dan taraf level of significance 5 % yang telah ditentukan sebelumnya, harga pada kolom inilah yang


(53)

akan dibandingkan dengan harga pada kolom f hitung. Dibawah ini adalah rumus untuk menentukan F hitung :

Pembagi disini adalah R2 itu sendiri dengan df nya (dilambangkan k), yaitu sejumlah IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1 – R2) dibagi dengan df nya N – k – 1 dimana N adalah total sampel.

Apabila harga f hitung lebih besar daripada f tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikan akan dituliskan signifikan dan sebaliknya. Yang artinya bahwa penambahan (incremented) proporsi varians dari iv yang bersangkutan, dampaknya signifikan. Besarnya proporsi varians pada toleransi politik dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.9 Penghitungan Proporsi Varians Toleransi Politik

IV R2 R2

CHANGE F

HITUNG

DF F TABEL

SIGNIFIKANSI

X1 0,023 0,023 3,69 1,51 3,90 TIDAK SIGNIFIKAN

X2 0,085 0,062 10,08 1,50 3,90 SIGNIFIKAN

X3 0,124 0,039 6,52 1,49 3,90 SIGNIFIKAN

X4 0,163 0,039 7,0 1,48 3,90 SIGNIFIKAN

X5 0,315 0,152 32,50 1,47 3,90 SIGNIFIKAN

X6 0,322 0,007 1,51 1,46 3,90 TIDAK SIGNIFIKAN

X7 0,323 0,001 0,3 1,45 3,90 TIDAK SIGNIFIKAN

X8 0,332 0,009 1,82 1,44 3,90 TIDAK SIGNIFIKAN

X9 0,360 0,028 6,31 1,43 3,90 SIGNIFIKAN

X10 0,360 0 0 1,42 3,90 TIDAK SIGNIFIKAN

X11 0,361 0,001 0,04 1,41 3,90 TIDAK SIGNIFIKAN

X12 0,363 0,002 0,51 1,40 3,90 TIDAK SIGNIFIKAN

X13 0,363 0 0 1,39 3,90 TIDAK SIGNIFIKAN


(54)

Keterangan :

X1 = political interest X2 = political efficacy X3 = aktivitas politik X4 = pengetahuan politik

X5 = menyelesaikan perselisihan X6 = perubahan secara damai X7 = pergantian kekuasaan kepemimpinan

X8 = pembatasan kekuasaan X9 = mengakui keanekaragaman X10 = menegakkan keadlian X11 = gender

X12 = keorganisasian X13 = jenis organisasi


(55)

Dari tabel diatas dapat ringkas sebagai berikut :

 Dimensi political efficacy dalam pelibatan politik memberi sumbangan 2,3% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F hitung = 3,69.

 Dimensi political interest dalam pelibatan politik memberi sumbangan 6,2% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 10,08.

 Dimensi aktivitas politik dalam pelibatan politik memberi sumbangan 3,9% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 6,52.

 Dimensi pengetahuan politik dalam pelibatan politik memberi sumbangan 3,9% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 7,0.

 Dimensi sikap untuk dapat menyelesaikan perselisihan dalam variabel sikap terhadap demokrasi memberi sumbangan 15,2% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 32,5.

 Dimensi sikap untuk dapat melakukan perubahan secara damai dalam variabel sikap terhadap demokrasi memberi sumbangan 0,7% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F hitung = 1,51.

 Dimensi sikap terhadap pergantian kepemimpinan dalam variabel sikap terhadap demokrasi memberi sumbangan 0,1% dalam varians toleransi


(56)

politik. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F hitung = 0,3.

 Dimensi sikap terhadap pembatasan kekuasaan dalam variabel sikap terhadap demokrasi memberi sumbangan 0,9% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F hitung = 1,82.

 Dimensi sikap untuk dapat mengakui keanekaragaman dalam variabel sikap terhadap demokrasi memberi sumbangan 2,8% dalam varians toleransi politik. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 6,31.

 Dimensi sikap terhadap penegakkan keadilan dalam variabel sikap terhadap demokrasi tidak memberi sumbangan sama sekali dalam varians toleransi politik. Maka secara otomatis F hitung = 0

 Dan untuk data dari demografi yang dikategorisasikan kedalam proporsi varian, yaitu : jenis kelamin, keorganisasian dan jenis organisasi, ketiga kategorisasi tersebut tidak signifikan secara statistik dalam memberikan sumbangan dalam varian toleransi politik. Masing-masing sumbangannya adalah : jenis kelamin memberi sumbangan 0,1% dengan F hitung = 0,04. Keorganisasian memberikan sumbangan 0,2% dengan F hitung = 0,51. Dan untuk jenis organisasi tidak memberikan sumbangan sama sekali, maka F hitung = 0.

Dengan demikian, sumbangan varians yang signifikan terhadap toleransi politik hanya ada 5 dimensi dari dua variabel yang ada. Dimensi yang memberikan sumbangan signifikan yaitu political efficacy, aktivitas politik dan


(57)

pengetahuan politik dari variabel pelibatan politik. Untuk dimensi dari variabel sikap terhadap demokrasi yang memberikan sumbangan signifikan adalah sikap untuk dapat menyelesaikan perselisihan dan sikap dalam mengakui keanekaragaman. Sedangkan sumbangan varians dari dimensi yang berasal dari variabel lainnya dan juga kategorisasi dari demografi yang ada tidak signifikan.


(58)

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian. Selain itu, bab ini juga akan memuat diskusi dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat

diambil dari penelitian ini adalah : “ada pengaruh yang signifikan dari pelibatan

politik dan sikap terhadap demokrasi dengan toleransi politik”. Hal ini dapat

dilihat melalui nilai R Square sebesar 0,363 atau sebesar 36,3%. Dengan demikian, variabel yang memiliki pengaruh pada toleransi politik sebesar 36,3% besaral dari pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi, sedangkan 63,7% lainnya berasal dari variabel yang tidak terdapat pada penelitian ini.

Bila dilihat secara lebih mendalam, pada dimensi-dimensi yang terdapat pada pelibatan politik, dari empat dimensi yaitu political interest, political efficacy, aktivitas politik dan pengetahuan politik, hanya dimensi political interest (dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05) dan political efficacy

(dengan nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05) saja yang berpengaruh signifikan pada toleransi politik. Sedangkan dalam variabel sikap terhadap demokrasi, ada dua dimensi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap toleransi politik yaitu, menyelesaikan perselisihan secara damai dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,05) dan mengakui keanekaragaman dengan nilai signifikansi sebesar 0,014 < 0,05). Dengan demikian, dari sepuluh dimensi yang terdapat pada variabel pelibatan politik dan sikap terhadap demokrasi juga ditambah tiga kategorisasi


(1)

Rukambe, Joram (2009).

Promoting Political Tolerance: Experience From

Selected

Countries.

Friedrich Ebert Stiftung

Sears, D. O dkk (1991).

Psikologi sosial

. Jakarta : Erlangga

Septian, Iman Nurrohman, Muluk Hamdi (2008).

Pengaruh Sosialisasi Politik

Melalui Tarbiyah Terhadap Pelibatan Politik Mahasiswa

Sugiyono. (2008).

Statistika untuk penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. (1998).

Metodologi penelitian.

Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Walgito, Bimo. (1994).

Psikologi Sosial (suatu pengantar)

. Yogyakarta : Penerbit

ANDI

Wang, T. Y, Chen Lu-huei (2008).

Political tolerance in taiwan: democatic

elitism in a polity under threat.

ProQuest Psychology Journals


(2)

Lampiran (uji validitas dan reliabilitas)

Toleransi politik

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.837 15

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 44.4667 24.809 .649 .801

VAR00002 44.4333 28.944 .129 .831

VAR00003 44.9333 25.444 .510 .811

VAR00004 44.5333 24.395 .743 .795

VAR00005 44.6333 27.895 .164 .836

VAR00006 44.6333 26.999 .304 .825

VAR00007 44.8667 24.602 .577 .805

VAR00008 44.4667 27.499 .435 .817

VAR00009 44.8000 28.924 .237 .826

VAR00010 44.4667 27.292 .312 .823

VAR00011 44.4667 25.913 .528 .810

VAR00012 44.5667 26.461 .358 .822

VAR00013 44.4333 27.357 .266 .827

VAR00014 44.5667 24.185 .678 .798


(3)

Pengetahuan politik

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.721 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 6.8000 5.200 -.073 .777

VAR00002 6.5667 3.909 .821 .632

VAR00003 6.6333 3.826 .755 .634

VAR00004 6.6000 3.834 .805 .629

VAR00005 6.5667 4.185 .615 .665

VAR00006 6.6333 3.964 .662 .651

VAR00007 6.9333 5.306 -.120 .786

VAR00008 6.7000 5.459 -.180 .787

VAR00009 6.6000 3.834 .803 .626


(4)

Pelibatan politik

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.868 24

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 61.9000 68.024 .503 .862

VAR00002 62.1667 69.316 .324 .867

VAR00003 61.8000 68.510 .348 .866

VAR00004 61.6000 66.731 .718 .857

VAR00005 61.9667 77.275 -.336 .886

VAR00006 61.8333 62.213 .643 .855

VAR00007 62.2333 69.771 .405 .865

VAR00008 62.3667 68.585 .405 .864

VAR00009 62.2000 64.234 .651 .856

VAR00010 61.5667 69.564 .430 .864

VAR00011 62.0667 66.478 .658 .858

VAR00012 62.1667 67.316 .407 .865

VAR00013 62.2667 70.133 .252 .869

VAR00014 62.5000 62.810 .668 .855

VAR00015 61.9000 68.024 .503 .862

VAR00016 62.3000 73.803 -.069 .877

VAR00017 61.7000 64.079 .654 .856

VAR00018 62.6667 69.678 .331 .866

VAR00019 61.9667 68.171 .421 .864

VAR00020 61.7000 65.459 .544 .860

VAR00021 61.7000 66.700 .669 .858

VAR00022 61.8333 68.764 .412 .864

VAR00023 62.5000 62.810 .668 .855


(5)

Sikap terhadap demokrasi

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.889 33

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 102.6000 107.490 .636 .882

VAR00002 103.0000 106.276 .532 .884

VAR00003 102.6333 110.792 .434 .886

VAR00004 102.5333 112.809 .367 .887

VAR00005 102.5000 110.948 .558 .885

VAR00006 102.8333 106.144 .713 .880

VAR00007 103.3333 105.747 .728 .880

VAR00008 102.9333 106.478 .630 .882

VAR00009 103.1667 105.109 .717 .880

VAR00010 102.9667 115.895 .045 .893

VAR00011 102.5667 109.564 .593 .884

VAR00012 102.4667 106.740 .715 .881

VAR00013 102.6000 107.490 .636 .882

VAR00014 103.2667 105.168 .661 .881

VAR00015 102.9333 110.823 .406 .886

VAR00016 103.3333 114.161 .136 .892

VAR00017 103.0000 115.448 .062 .893

VAR00018 103.4000 117.076 -.042 .895

VAR00019 102.9667 115.964 .033 .893

VAR00020 103.4667 105.844 .567 .883

VAR00021 102.8333 113.937 .129 .893

VAR00022 102.6000 107.490 .636 .882

VAR00023 102.7667 111.289 .314 .888

VAR00024 103.5333 120.395 -.281 .897

VAR00025 102.5000 110.948 .558 .885

VAR00026 102.9667 119.482 -.243 .896

VAR00027 102.8333 115.316 .141 .890

VAR00028 103.3000 104.769 .760 .879

VAR00029 103.1667 111.799 .282 .889

VAR00030 102.6000 107.490 .636 .882


(6)

VAR00032 102.6667 111.333 .330 .888