b Penghapusan setiap konsep yang stereotip tentang peranan laki-laki
dan perempuan di semua tingkat dan semua bentuk pendidikan, dengan menganjurkan pendidikan campuran perempuan dan laki-
laki dan bentuk pendidikan lain yang dapat membantu pencapaian tujuan ini, dan terutama dengan merevisi buku-buku pelajaran dan
program-program sekolah serta menyesuaikan metode-metode pengajaran.
c Akses terhadap informasi pendidikan tertentu untuk membantu
memastikan kesehatan dan kehidupan keluarga yang lebih baik. d
Untuk memberikan perlindungan khusus bagi perempuan selama hamil terhadap bentuk pekerjaan yang terbukti membahayakan
mereka. e
Hak untuk bekerja sebagai suatu hak yang melekat pada semua umat manusia;
f Hak atas kesempatan kerja yang sama, termasuk penerapan kriteria
seleksi yang sama terhadap suatu pekerjaan;
E. Kedudukan Perempuan Berdasarkan Konvensi Internasional
Terbukanya keran demokrasi dan kebebasan berbicara telah membuka suara- suara dan ide-ide yang selama ini cendrung bungkam karena ditekan oleh tindakan
represif penguasa. Sekarang, setiap orang bebas mengekspresikan kehendaknya tanpa takut lagi akan dihukum, diberendel, dan diberangus oleh pihak-pihak tertentu yang
merupakan perpanjangan tangan penguasa.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu bidang yang mendapat porsi yang cukup besar dan mendapatkan ruang gerak yang leluasa adalah menyangkut masalah perempuan. Isu-isu dan gerakan tentang
emansipasi, kesetaraan gender, dan perjuangan hak-hak perempuan telah menjadi perbincangan dan wacana yang menarik.
Perbincangan tentang perempuan ini semakin hangat ketika kasus-kasus pelecehan, kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan semakin meningkat. Perlakuan
yang diskriminatif dan semena-mena terhadap perempuan ini tidak hanya berada pada
dataran kasus per kasus, namun telah menginjak dataran kebijakan pemerintah.
Prinsip persamaan telah menjadi bagian dari sistem hukum kita yang tertuang dalam pasal 27 UUD 1945. Di samping itu, pemerintah telah meratifikasi berbagai
konvensi internasional seperti konvensi ILO No. 100 tentang upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya, konvensi tentang hak-hak politik perempuan dan konvensi
penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Pemerintah pun juga telah mengeluarkan berbagai kebijakan lain, seperti: dalam peraturan tentang perkawinan dan
perceraian yang bertujuan untuk meningkatkan status perempuan dalam keluarga dan masyarakat. Akan tetapi, sebenarnya jika dikaji lebih lanjut, peraturan itu justru bias
gender. Sebab dalam putusannya, di satu sisi menjamin hak yang sama dalam hukum dan masyarakat antara perempuan dan laki-laki, di sisi lain dinyatakan bahwa laki-laki
berperan di sektok publik dan perempuan berperan di sektor privat. Sehingga justru UU ini memberi peluang bagi seorang suami untuk beristri lebih dari satu.
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan CEDAW Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
CEDAW adalah suatu instrumen standar internasional yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1979 dan mulai berlaku pada tanggal 3 Desember 1981. Pada
Universitas Sumatera Utara
tanggal 18 Maret 2005, 180 negara, lebih dari sembilan puluh persen negara-negara anggota PBB, merupakan Negara Peserta Konvensi. CEDAW menetapkan secara
universal prinsip-prinsip persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Konvensi menetapkan persamaan hak untuk perempuan, terlepas dari status
perkawinan mereka, di semua bidang baik politik, ekonomi, sosial, budaya dan sipil. Konvensi mendorong diberlakukannya perundang-undangan nasional yang melarang
diskriminasi dan mengadopsi tindakan-tindakan khusus-sementara untuk mempercepat kesetaraan de facto antara laki-laki dan perempuan, termasuk merubah praktek-praktek
kebiasaan dan budaya yang didasarkan pada inferioritas atau superioritas salah satu jenis kelamin atau peran stereotipe untuk perempuan dan laki-laki.
Komite Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan dibentuk pada tahun1982, setelah Konvensi dinyatakan berlaku. Tugas utamanya adalah untuk
mempertimbangkan laporan periodik yang disampaikan kepada Komite dari Negara- negara Peserta mengenai langkah-tindak legislatif, judikatif, administratif dan tindakan-
tindakan lain yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Konvensi. Komite memberikan rekomendasi-rekomendasi bagi Negara-negara Peserta mengenai langkah-langkah yang
perlu diambil untuk melaksanakan Konvensi. Protokol Opsional
Protokol Opsional pada CEDAW diadopsi oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa pada Desember 1999. Protokol Opsional pada CEDAW di satu pihak
memberi hak kepada perempuan untuk mengajukan pengaduan perorangan kepada Komite mengenai segala pelanggaran hak yang dimuat dalam Konvensi oleh
pemerintahnya dan di lain pihak, memberikan wewenang kepada Komite untuk melakukan investigasi atas pelanggaran berat dan sistematk yang korbannya adalah
Universitas Sumatera Utara
perempuan di negara-negara yang telah meratifikasi atau aksesi pada Protokol ini. Pada tanggal 20 Januari 2006 sudah ada 76 Negara Peserta Protokol Opsional.
Perbincangan dan perjuangan hak-hak perempuan timbul karena adanya suatu kesadaran, pergaulan, dan arus informasi yang membuat perempuan semakin kritis
dengan apa yang menimpa kaumnya. Pejuang hak-hak perempuan di Indonesia juga semakin gencar seiring dengan diratifikasinya beberapa Konvensi terhadap perlindungan
maupun kemajuan oleh kaum perempuan.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN