Faktor-faktor terjadinya perdagangan anak dapat dikategorikan ke dalam 2 dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
69
A. Faktor Intern
1. Faktor Individual
Setiap individu pada dasarnya telah pernah menjadi korban dari satu atau lebih bentuk kekerasan ataupun eksploitasi, karena manusia pada dasarnya
makhluk sosial, makhluk yang selalu berada dalam berbagai interaksi dan relasi dengan individu-individu yang lain dan dibesarkan dalam suatu kelompok atau
golongan sosial tertentu dan dengan pola budaya tertentu pula. Setiap orang memiliki kepribadian dak karakteristik tingkah laku yang berbeda satu sama
lainnya. Kepribadian seseorang ini dapat dilihat dari tingkah laku seseorang dalam pergaulannya ditengah masyarakat. Seseorang yang tingkah lakunya baik akan
mengakibatkan orang tersebut mendapat penghargaan dari masyarakat. Akan tetapi sebaliknya jika seseorang bertingkah laku tidak baik maka orang itu akan
menimbulkan kekacauan dalam masyarakat. Dalam perdagangan perempuan dan anak untuk tujuan prostitusi atau
pelacuran, terjerumusnya anak-anak dalam pentas pelacuran bukan merupakan pilihan anak semata, oleh karena anak tidak dalam kapasitas yang kuat untuk
memberikan persetujuan untuk menjadikannya sebagai pelacur. Meningkatnya perdagangan anak untuk tujuan prostitusi atau pelacuran ini, anak cenderung tidak
menggunakan nalarnya dalam mengambil keputusan, mereka lebih menggunakan
69
Maidin Gultom, Op.Cit Halaman 41
emosinya sehingga anak-anak ini terjebak dalam lingkaran prostitusi atau pelacuran.
Disamping kurang menggunakan akal pikirannya, karena disebabkan adanya keinginan pada diri perempuan dan anak-anak itu sendiri untuk
memperolah atau mendapatkan uang yang cukup besar sehingga mereka kurang hati-hati di dalam menerima tawaran pekerjaan dengan gaji yang cukup tinggi.
Hal ini yang pada akhirnya membawa anak-anak tersebut ke dalam kehancuran masa depan.
2. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi adalah pendorong terjadinya kejahatan sekaligus dapat menjadikan seseorang itu korban kejahatn itu sendiri, karena adanya tekanan
ekonomi maka sebagian anak dijadikan pelacur. Dijadikannya anak sebagai pelacur maka dapat menghasilkan keuntungan yang besar sehingga kebutuhan
yang diinginkan terpenuhi. Disamping itu, minimnya lapangan pekerjaan bagi orang tua ataupun
orang lain sehinga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, para orangtua dengan sangat mudahnya menjual anak kepada para trafficker sehingga akan
mendapatkan keuntungandari perbuatan tersebut tanpa memikirkan lagi kelangsungan hidup dan masa depan anak itu sendiri. Dengan demikian , karena
keadaan yang tidak memuaskan bagi keluarga ataupun dalam memenuhi kebutuhan keluarga itu dijerat hutang yang begitu besar sehingga faktor ekonomi
inilah yang menyebabkan meningkatnya perdagangan terhadap anak yang dijadikan pelacur.
Kemiskinan yang begitu berat dan langkanya kesempatan kerja mendorong jutaan penduduk Indonesia melakukan migrasi didalam dan luar negeri guna
menemukan cara agar dapat menghidupi diri mereka dan keluarga mereka sendiri. Kebijakan di bidang ketenagakerjaan, keimigrasian, dan kependudukan yang
diharapkan dapat menjadi kontrol untuk melindungi pekerja migran dan pencari kerja ternyata tdak dapat diharapkan, belum lagi oknum-oknum aparat yang
menyalahgunakan kewenangan. Berbagai perbuatan melwan hukum seperti pemalsuan dokumen, mulai dari KTP, Surat jalan sampai dengan paspor banyak
terjadi. Kemiskinan bukan satu-satunya indikator kerentanan seseorang terhadap
perdagangan orang. Karena masih ada jutaan penduduk Indonesia yang hidup dam kemiskinan tidak menjadi korban perdagangan orang, akan tetapi ada penduduk
yang relatif baik dan tidak hidup dalam kemiskinan malah menjadi korban perdagangan orang. Hal ini disebabkan mereka bermigrasi untuk mencari
pekerjaan bukan semata karena tidak mempunyai uang, tetapi mereka ingin memperbaiki ekonomi serta menambah kekayaan materil. Kenyataan ini didukung
oleh media yang menyajikan tontonan yang glamour d komsumtif, sehingga membentuk gaya hidup yang materialisme dan konsumtif.
70
Materialis adalah stereotip yang selalu ditujukan kepada mereka yang memiliki sifat menjadikan materi sebagai orientasi atau tujuan hidup. Untuk
70
Farhana, Op.cit. Halaman 52
mendapatkan materi sebagai orientasia atau tujuan hidup. Untuk mendapatkan materi sering menghalalkan segala cara, termasuk mendapatkannya melaluli cara
pertukaran nilai jasa danatau dirinya. Dewasa ini, gaya hidup elite dengan budaya konsumtif sudah mewarnai
sebagian masyarakat terutama yang bermukim di perkotaan. Golongn masyarakat ini, terutama gadis belia cendurung memksakan diri untuk berkeinginan
menikmati kemewahan hidup tanpa perlu perjuangan dalam mencapainya. Cenderung menempuh jalur cepat atau instan menuju kemewahan hidup walaupun
tidak memiliki pekerjaan atau penghasilan ang memungkinkan mereka mendapatkan angan-angan itu. Bagi para pelaku perdagangan orang, kondisi ni
selalu akan menjadi peluang untuk menjaring korban untuk diperdagangkan.
71
Dengan demikian, pengaruh kemiskinan dan kemakmuran dapat merupakan salah satu faktor terjadinya perdagangan orang. Oleh karena itu
kemiskinan dan keinginan untuk memperbaiki ekonomi seseorang masih menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah dalam rangka mengentaskan
kemiskinan.
3. Faktor Keluarga
72
Keluarga mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan pola tingkah laku anak sekaligus bagi perkembangan anak, karena tidak seorang pun
dilahirkan langsung mempunyai sifat yang jahat tetapi keluargalah yang mempunyai sumber pertama yang mempengaruhi perkembangan anak. Didalam
71
Ibid, Halaman 53
72
Maidin Gultom, Op.cit, Halaman 42
keluarga, pembinaan terhadap anak haruslah sebaik mungkin dilakukan. Akibat kurangnya pemahaman keluarga terhadap anak sehingga anak tersebut mudah
terpengaruh pada lingkungan disekelilingnya, tanpa menggunakan nalarnya secara baik akan tetapi emosi yang dimiliki anak itu sangat berpengaruh pada lingkungan
disekelilingnya, tanpa menggunakan nalarnya secara baik akan tetapi emosi yang dimiliki anak itu sangat berpengaruh dan dengan mudahnya terikat pada tawaran
pekerjaan dengandiimingi gaji yang besar. Disamping itu, ketidaktahuan orang tua dan keluarga tentang hak-hak yang harus dilindungi, sehingga dalam keluarga itu
juga sering terjadi pelanggaran terhadap hak-hak anak itu sendiri tentang cara-cara mendidik anak yang baik.
Hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua membuat anak melarikan diri dari keluarga dan mencari pelampiasan kepada teman-temannya, merupakan
faktor yang sangat penting bagi kejiwaan anak tersebut, apabila terjadi perubahan kondisi rumah tangga seperti perceraian, sehingga membuat anak mengalami
broken home. Faktor lain didalam keluarga yang dapat mendorong anak menjadi korban perdagangan untuk prostitusi atau pelacuran adalah penerapan disiplin
didalam keluarga itu sendiri. Kurangnya kedisiplinan dalam keluarga disebabkan oleh :
a. Perbedaan antara orang tua dan anak dalam hal kedisiplinan;
b. Kelemahan moral, fisik dan kecerdasan orang tua yang membuat lemahnya
disiplin ; c.
Kurang disiplin karena tidak adanya orang tua; d.
Perbedaan pendapat tentang pengawasan terhadap anak-anaknya;
e. Karena penerapan kedisiplinan yang kurang ketat
f. Orang tua dalam membagi cinta dan kasih sayang terhadap anak kurang
merata atau pilih kasih dalam penerapan kedisiplinan didalam rumah tangga.
Kepatuhan pada orang tua juga merupakan hal yang sangat penting untuk dicermati. Adanya ketidakpatuhan terhadap orang tua membuat anak ini tidak
lagi memerhatikan nasihat ataupun bimbingan dari orangtuanya, sehingga anak ini bertindak dan berperilaku hanya berdasarkan emosionalnya semata. Hal ini yang
membuat anak tersebut terjebak dalam lingkaran perdagangan ornag, dan hal ini mungkin tidak pernah diinginkan oleh anak tersebut.
Dengan demikian betapa besar pengaruh faktor keluarga atas diri anak dalam perkembangan mental dan tingkah laku anak itu sendiri. Hal inilah yang
seharusnya diperhatikan oleh orangtua didalam memberikan pengawasan agar anak tidak menjadi korban perdagangan orang.
4. Faktor Pendidikan
Salah satu penyebab terjadinya perdagangan anak untuk tujuan prostitusi atau pelacuran adalah faktor pendidikan dari korban ataupun pelaku itu sendiri.
Peran pendidikan dari korban ataupun pelaku itu sendiri akan sangat berpengaruh menumbuhkan perilaku yang rasional dan menurunkan atau mengurangi bertindak
secara rasional. Salah satu faktor yang menyebabkan anak menjadi korban perdagangan
orang pada umumnya adalah dikarenakan pendidikan anak tersebut sangat kurang,
baik pendidikan formal maupun pendidikan informal.
73
Dalam hal pendidikan anak kebanyakan orang tua menyerahkan pendidikan anak mutlak kepada sekolah
tanpa memberi perhatian yang cukup terhadap kepentingan pendidikan anak, sedangkan kemampuan pendidikan di sekolah terbatas.
Disamping itu kurangnya pendidikan formal berupa pendidikan agama juga merupakan faktor penyebab meningkatnya perdagangan anak untuk tujuan
prostitusi atau pelacuran. Hal ini mungkin disebabkan keterbatasan pengetahuan tentang keagamaan ataupun kurangnya rasa iman pada diri anak tersebut dalam
mengendalikan dirinya, dan lebih memudahkan trafficker untuk merekrut anak- anak itu untuk dijadikan korban perdagangan anak.
B. Faktor Ekstern