menjadi kewajiban pelaku yang harus dibayar kepada korban atau keluarganya. Apabila pelaku belum dapat membayar, maka dapat diadakan penyitaan. Jika
pelakunya meninggal dunia, maka ganti rugi menjadi tanggung jawab ahli warisnya.
52
B. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak merupakan perubahan dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Dasar pembentukan undang-undang ini adalah dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap anak. Bahwa anak merupakan sebagai
tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa memiliki peran strategis, ciri dan sifat khusus sehingga wajib dilindungi dari segala bentuk
perlakuaan tidak manusiawi yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.
Banyaknya kasus kekerasan anak yang terjadi di Indonesia diangap sebagai salah satu indikator buruknya kualitas perlindungan anak. Keberadaan
Anak yang belum mampu untuk hidup mandiri tentunya sangat membutuhkan orang-orang sebagai tempat berlindung. Fenomea tindak kekerasan yang terjadi
pada anak-anak di Indonesia mulai menuai sorotan keras dari berbagai kalangan pada saat banyak stasiun televisi menayangkannya secara vulgar pada program
kriminal, seperti : kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh keluarga korban atau
52
Farhana, Op.cit, Halaman 137
orang-orang dekat korban, kasus sodomi, perdagangan anak untuk dieksploitasi menjadi pekerja seks komersil hingga pembunuhan.
53
Rendahnya kualitas perlindungan anak di Indonesia banyak menuai kritik dari berbagai elemen masyarakat. Pertanyaan yang sering terlontar adalah sejauh
mana pemerintah telah berupaya memberikan perlindungan hukum kepada anak sehingga anak dapat memperoleh jaminan atas kelangsungan hidup dan
penghidupannya sebagai bagian dari hak asasi manusia. Pada hal yang berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan
anak adalah negara, pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, keluarga dan orang tuawali.
54
Perlindungan anak adalah segala bentuk kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
55
Anak sebagai korban tindak pidana perdagangan orang memiliki hak-hak khusus termasuk hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dan kedudukan
hukum sebagai korban tindak pidana. Ketentuan tersebut terdapat pada Pasal 59 ayat 1 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak : Perlindungan khusus kepada Anak sebagaimana dimaksud pada ayat 1
diberikan kepada :
53
Dikdik M.Arief Mansyur Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, Jakarta, Raja Grafindo, 2007 Hal aman 122
54
Pasal 20 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
55
Pasal 1 point 2 Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tentang Perlindungan Anak
a. Anak dalam situasi darurat;
b. Anak yang berhadapan dengan hukum;
c. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi;
d. Anak yang dieksploitasi secara ekonomi danatau seksual;
e. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol,
psikotropika, da zat adiktif lainnya; f.
Anak yang menajadi korban pornografi; g.
Anak dengan HIVAIDS; h.
Anak korban penculikan, penjualan, danatau perdagangan; i.
Anak korban kekerasan fisik danatau psikis; j.
Anak korban kejahatan seksual; k.
Anak korban jaringan terorisme l.
Anak penyandang Disabilitas; m.
Anak korban perlakuan salah dan penelantaran; n.
Anak dengan perilaku sosial menyimpang; dan o.
Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi orangtuanya
Sementara itu, perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana dilaksanakan melalui :
a. Upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun luar lembaga;
b. Upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan
untuk menghindari labelisasi; c.
Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik, menal maupun sosial; dan
d. Pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai
perkembangan perkara. Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana
perdagangan orang adalah tertulis dalam ketentuan Pasal 68 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak yaitu :
“Perlindungan khusus bagi Anak korban penculikan, penjualan, danatau perdagangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat 2 huruf f
dilakukan melalui upaya pengawasan, perlindungan, pencegahan, perawatan,
dan rehabilitasi.”
Untuk anak-anak korban perdagangan manusia, mengingat karakteristik kejahatannya sangat khas, perlu diberikan perlindungan khusus, antara lain
sebagai berikut.
56
a. Perlindungan berkaitan dengan identitas korban, terutama selama proses
persidangan Tujuannya perlindungan ini adalah agar korban terhindar dari berbagai
ancaman atau intimidasi dari pelaku yang mungkin terjadi selama proses persidangan berlangsung.
b. Jaminan keselamatan dari aparat berwenang.
Korban harus diperlakukan dengan hati-hati oleh aparat penegak hukum agar keselamatannya terjamin sehingga dapat memberikan kesaksian.
c. Bantuan medis, psikologis, hukum, dan sosial, terutama untuk
mengembalikan kepercayaan pada dirinya serta mengembalikan kepada keluarga, dan komunitasnya.
d. Kompensasi dan restitusi.
Korban memperoleh kompensasi dan restitusi karena penderitaan korban juga merupakan tanggung jawab negara
56
Dikdik M. Arif Mansur dan Elisataris Gultom, Op.cit, Halaman 157
Ketentuan Pidana Pelaku Perdagangan anak terdapat dalam Pasal 76F dan Pasal 83 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Pasal 76F Yaitu : “Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, danatau perdagangan Anak”.
Pasal 83 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Yaitu :
“Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling
lama 15 lima belas tahun dan denda paling sedikit Rp.60.000.000,00 enam puluh juta rupiah dan paling banyak Rp300.000.000,00 tiga ratus juta
rupiah”.
Upaya perlindungan hukum terhadap anak perlu secara terus menerus diupayakan demi tetap terpeliharanya kesejahteraan anak mengingat anak
merupakan salah satu aset berharga dari kemajuan suatu bangsa di kemudian hari. Kualitas Perlindungan terhadap anak hendaknya memiliki derajattingkat yang
sama dengan perlindungan terhadap orang-orang berusia dewasa mengingat setiap orang memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum equality before the
law.
57
C. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-