Putusan Analisis Hukum Terhadap Putusan Nomor : 1033Pid.B2013PN.Mdn

3. Putusan

Terhadap Pertimbangan Hukum tersebut diatas, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan menjatuhkan Putusan sebagai berikut : a. Menyatakan bahwa Terdakwa LAMBOK PULUNGAN ALS RIZKY dan Terdakwa RAMKI ALS RAM sebagaimana identitas diatas telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “secara bersama-sama melakukan perdaganga n orang”. b. Menjatuhkan pidana penjara terhadap Terdakwa masing-masing selama 3 tiga tahun dan pidana denda sebesar Rp. 120.000.000,00 seratus dua puluh juta rupiah dengan ketentuan jika denda tidak dibayar harus diganti dengan pidana kurungan selama 1 satu bulan. c. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh para terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan d. Memerintahkan supaya para terdakwa tetap berada dalam tahanan e. Menetapkan barang bukti berupa : − 7 tujuh lembar uang pecahan Rp. 100.000,- seratus ribu rupiah, 8 delapan lembar uang pecahan Rp. 100.000,- seratus ribu rupiah, dikembalikan kepada saksi IRFAN ANFANDI SIREGAR − 1 satu unit Hand Phone Blackberry Gemini warna abu-abu type 8520 dengan Sim Card 087807460576, 1 satu unit Hand Phone Blackberry Gemini warna abu-abu type 8520 dengan Sim Card 081269492073, dirampas untuk dimusnahkan f. 1 satu lembar Surat Runia bermaterai Rp. 6000 tanggal 16 Januari 2013 terlampir dalam berkas perkara g. Membebankan para Terdakwa untuk membayar biaya perkara masing- masing sebesar Rp. 1.000,00 seribu rupiah.

4. Analisis Hukum Terhadap Putusan Nomor : 1033Pid.B2013PN.Mdn

Setelah menganalisa dakwaan penuntut umum dalam perkara tersebut diatas, penulis mendapat bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini berbentuk dakwaan alternatif, dimana dalam hal ini terdakwa dikenakan dakwaan pertama yaitu Pasal 2 ayat 1 UU RI Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Dimana bentuk surat dakwaan ini bersifat mengeculikan dakwaan. Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum didapatkan kepastian tentang tindak pidana yang paling tepat dibuktikan. Untuk membuktikan tuntutan Jaksa Penuntut Umum bahwa Terdakwa melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 1 undang- undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP, maka unsur-unsur tentang tindak pidana tersebut harus terpenuhi seluruhnya. Ada pun unsur-unsur tindak pidana tersebut adalah sebagai berikut : a. Barang siapa ; b. Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratanhutang, atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Negara Republik indonesia ; c. Menyuruh melakukan, dan yang serta melakukan. Untuk membuktikannya, penulis akan mengkaji satu persatu unsur-unsur tersebut. a. Barang siapa Barang siapa disini adalah subjek hukum yang memiliki kemampuan bertanggung jawab yang didasarkan atas keadaan dan kemampuan jiwanya geetelijke vermogens, yang dalam doktrin hukum pidana ditafsirkan sebagai ‘dalam keadaan sadar”. Berdasarkan fakta yang muncul di persidangan terungkap bahwa terdakwa Lambok Pulungan Als Rizky dan Ramki Als Ram adalah subjek hukum yang dalam keadaan dan kemampuan jiwanya menunjukkan kondisi sehat dan tidak terganggu jiwanya sehingga oleh hukum dianggap cakap atau mampu bertanggung jawab, dan sesuai dengan keterangan saksi-saksi dan dihubungkan dengan bara ng bukti, maka unsur “barang siapa” ini telah terbukti. b. Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratanhutang, atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Negara Republik indonesia Bermula pada hari Minggu tanggal 13 Januari 2013, seorang laki-laki bernama Candra menghubungi Terdakwa Lambok Pulungan Als Rizky meminta dicarikan dua orang perempuan yang masih perawan dan masih sekolah, untuk digunakan jasa seksnya. Kemudian terdakwa Lambok Pulungan Als Rizky mengatakan kepada Candra bahwa harga 2 dua orang perempuan tersebut adalah Rp. 30.000.000,00 tiga puluh juta rupiah. Berdasarkan fakta tersebut bahwa terdakwa Lambok Pulungan Als Rizky dan terdakwa Ramki Als Ram telah melakukan tindakan tindakan perekrutan anak dengan tujuan eksploitasi seksual. Eksplotasi dengan melacurkan orang lain yang masih anak-anak dilakukan tersangka Lambok Pulungan Als Rizky dan Ramki Als Ram dengan tujuan untuk memperoleh uang atau keuntungan lainnya. Eksploitasi merupakan kegiatan yang bersifat perbudakan, pekerjaan dengan kekerasan atau pemaksaan dan kerja paksa, sedangkan eksploitasi seksual adalah mereka yang terlibat dalam prostitusi, pelayanan atau pekerja seks atau menjadi objek kegiatan pornografi yang dikarenakan oleh ancaman pemaksaan, penculikan, menjadi orang yang dijual atau karena korban penipuan. 97 Ada pun Unsur-unsur dari perdagangan orang adalah : 98 97 Farhana, Loc.cit Halaman 27 98 Ibid, Halaman 28 1. Perbuatan : merekrut, mengangkut, memindahan, menyembunyikan atau menerima 2. Sarana cara untuk mengendalikan korban : ancaman, penggunaan paksaan, berbagai bentuk kekerasan, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau pemberianpenerimaan pembayaran atau keuntungan untuk memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas korban 3. Tujuan : yaitu eksploitasi, setidaknya untuk prostitusi atau bentuk eksploitasi lainnya, kerja paksa, perbudakan, penghambaan, dan pengambilan organ tubuh. Dari ketiga unsur tersebut, yang perlu diperhatikan adalah unsur tujuan, karena walaupun untuk korban anak-anak tidak dibatasi masalah penggunaan sarananya, tetapi tujuannya tetap harus untuk eksploitasi. Berdasarkan fakta di persidangkan bahwa saksi Korban Menulis tangan surat diatas materai mengenai persetujuan menjual keperawaan. Di dalam tindak pidana perdagangan orang bahwa persetujuan korban menjadi tidak relevan atau dapat digunakan. Persetujuan korban sebagai hal yang tidak relevan atau tidak berarti lagi jika unsur untuk mendapatkan keuntungan materiil atau immateriil digunakan. Bahwa persetujuan saksi korban Runia Als Nia untuk menjual keperawanannya tidak menghilangkan penuntutan tindak pidana perdagangan orang kepada terdakwa Lambok Pulungan Als Rizky dan Ramki Als Ram. Berdasarkan penjelasan penulis diatas maka dilihat dan disimpulkan bahwa Terdakwa Lambok Pulungan Als Rizky dan Ramki Als Ram telah memenuhi unsur “Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratanhutang, atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Negara Republik indonesia”. c. Menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan Hal ini lazim disebut dengan penyertaan atau dalam bahasa hukumnya Deelneming. Menurut chazawi, penyertaan adalah pengertian yang meliputi semua bentuk turut serta atau terlibatnya orang atau orang-orang, baik secara psikis maupun fisik dengan melakukan masing-masing perbuatan sehingga melahirkan suatu tindak pidana. 99 Adapun rumusan Penyertaan dalam Pasal 55 ayat 1 ke-1 adalah sebagai berikut : 100 1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan 2. Mereka yang dengan memberi dan menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, serta menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan 99 Alfitra, Loc. Cit, Halaman 119 100 Ibid, Halaman 120 Dalam bentuk penyertaan, mereka yang menyuruh orang lain melakukan tindak pidana Doenpleger, penyuruh tersebut tidak melakukan sendiri secara langsung suatu tindak pidana yang ingin dilaksanakannya, tetapi menyuruh orang lain atau dapat dikatakan di belakang layar. Kitab undang-undang hukum pidana menyatakan bahwa yang menyuruh melakukan adalah juga dia yang melakukan tindak pidana , tetapi tidak secara pribadi, melainkan dengan perantara orang lain tersebut sebagai alat dalam tangannya. Syarat terpenting dalam bentuk menyuruh melakukan adalah : 1. Ada orang yang berkehendak melakukan tindak pidana ; 2. Orang tersebut tidak melaksanakan sendiri 3. Menyuruh orang lain untuk melakukan 4. Orang yang disuruh adalah orang yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Dapat disimpulkan bahwa penyuruh adalah merupakan penindak yang melakukan suatu tindak pidana dengan memperalat orang lain untuk melakukannya yang pada orang lain tidak ada kesalahannya, karena tiada disadarinya, ketidaktahuannya, kekeliruannya, atau terpaksa. Terhadap unsur turut serta melakukan tindak pidana Medepleger, ialah suatu perbuatan dilakukan seseorang sehubungan dengan tindak pidana, dimana dia turut serta mendampingi pelaku utama atau terlibatnya seseorang atau orang- orang, baik secara psikis maupun fisik dengn melakukan suatu tindak pidana. Mereka yang turut serta melakukan tindak pidana medepleger, harus memenuhi unsur-unsur, yakni : 101 101 Ibid, Halaman 123 1. Seluruh peserta harus memenuhi semua unsur-unsur tindak pidana; 2. Seluruh peserta harus sama kualitasnya; 3. Harus ada kerja sama yang disadari; dan 4. Kerja sama tersebut secara fisik; Inti dari turut serta adalah kerja sama yang erat antara mereka yang terlibat dalam melaksanakan suatu tindak pidana. Untuk dapat menentukan apakah perbuatan tersebut turut serta atau tidak, tidak dapat dilihat terhadap perbuatan masing-masing peserta secara satu persatu, tetapi dapat dilihat dari perbuatan masing-masing peserta dalam hubungannya sebagai satu kesatuan dengan perbuatan peserta-peserta lainnya. Dalam hal ini perbuatan yang boleh dihukum adalah perbuatan yang dilakukan bersama-sama oleh beberapa orang. Oleh karena itu, setiap orang diantara mereka ikut bertanggung jawab terhadap perbuatan dari peserta lain. Berdasarkan analisis penulis dalam peristiwa pidana seperti yang telah diuraikan diatas tersebut, adalah sangat penting menemukan hubungan antara pelaku dalam menyelesaikan suatu tindak pidana. Dalam peristiwa hukum tersebut telah ditemukan hubungan antara Pelaku yaitu Terdakwa Lambok Pulungan Als Rizky dan Terdakwa Ramki Als Ramki dalam melakukan tindak pidana perdagangan orang yakni bersama-sama melakukan tindak pidana Perdagangan Orang. Hal itu terlihat dari adanya perbuatan bersama-sama yang dikehendaki dan direncanakan oleh Terdakwa Lambok Pulungan Als Rizky dan Ramki Als Ram. Para terdakwa menelpon Saksi Novi untuk menawarkan dan membawa temannya yaitu saksi korban Runia Als Nia yang masih perawan untuk dijual keperawanannya seharga Rp. 10.000.000,- sepuluh juta. Berdasarkan fakta di persidangan, bahwa terdakwa Lambok Pulungan Als Rizky dan terdakwa Ramksi Als Ram, telah memenuhi unsur-unsur menyuruh melakukan dan turut serta melakukan tindak pidana perdagangan orang. Dengan demikian dakwaan pertama telah terbukti dan tidak perlu membuktikan dakwaan kedua, ketiga dan keempat. Menurut Penulis, Tindak pidana Perdagangan orang yang pelakunya lebih dari satu orang, apalagi diberkas dalam suatu perkara seperti Dakwaan Jaksa Penuntut Umum hanya menyebutkan adanya kerja sama secara kolektif dari Terdakwa Lambok Pulungan Als Rizky dan terdakwa Ramki Als Ram dan disimpulkan Pasal 55 KUHP telah terbukti, pada hal peranan dan kedudukan masing-masing Pelaku tidak ditemukan, misalnya manakah diantara pelaku tindak pidana yang ditempatkan sebagai ikut melakukan dan menyuruh melakukan. Dalam konteks ini betapa penting menemukan kapasitas dari masing-masing pelaku tindak pidana, apalai terkait dengan hubungan kerja formal Menurut Penulis, dakwaan Jaksa Penuntut Umum kurang melihat aspek perlindungan terhadap korban perdagangan orang. Hal itu dikarenakan terdakwa Pulungan Als Rizky dan Ramki Als Ram tidak didakwa dengan Undang-undang Perlindungan Terhadap anak yaitu Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Mengingat korban masih anak-anak yaitu berumur 16 tahun dan masih duduk dibangku sekolah dan merupakan aset negara yang sangat esensial dan potensial bagi kemajuan bangsa dan negara ini, dan perdagangan anak juga mempunyai peraturan perundang-undangan yaitu Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomr 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, sehingga para terdakwa perlu dijerat dengan Pasal 83 undang- undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Yaitu orang yang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, danatau perdagangan anak dengan anacaman pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan denda paling sedikit Rp. 60.000.000,- enam puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah. Jadi menurut penulis Jaksa Penuntut Umum dan Hakim kurang tepat menjatuhkan pidana materiil dalam kasus ini yang mana menurut hemat penulis dikarenakan korban masih anak-anak dan masih duduk dibangku sekolah semestinya Jaksa Penuntut Umum menggunakan dakwaan kumulatif yaitu dengan Pasal 2 ayat 1 undang-undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang dan jo Pasal 55 KUHP dan jo Pasal 83 undang- undang nomo 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-udang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak., dikarenakan terdakwa didakwa sekaligus dan tindak pidana tersebut berdiri sendiri. Menurut penulis, seharusnya Jaksa Penuntut Umum memisahkan berkas perkara dari Terdakwa Lambok Pulungan Als Rizky dan Ramki Als Ram. Secara teknis dalam kasus ini , majelis hakim sudah tepat dalam mengadili dikarenakan berdasarkan Pasal 33 KUHP jo Pasal 22 ayat 4 KUHAP yang mengatur tentang lamanya terdakwa berada dalam masa penahanan akan dikurangi seluruhnya pada saat menjalani kasus ini. Dan berdasarkan Pasal 222 KUHAP terdakwa akan dibebani biaya perkara, maka majelis hakim memenuhi secara formil telah memenuhi syarat dan ketentuan yang ada berdasarkan undang- undang hukum acara pidana. Terhadap pertimbangan hukum hakim dalam perkara putusan nomor : 1033Pid.B2013PN.Mdn, penulis sependapat dengan hal tersebut dikarenakan dalam memutus perkara Majelis Hakim mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang logis dan relevan, mulai dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum, terpenuhinya sesuai dengan Pasal yang didakwakan dan tidak ada alasan pembenar dan pemaaf, serta hal-hal yang memberatkan dan meringankan yaitu: Hal-hal yang memberatkan : − Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat ; − Perbuatan terdakwa telah menghancurkan masa depan saksi korban,yang mengakibatan saksi korban merasa malu dan tertipu; Hal-hal yang meringankan : − Para Terdakwa mengaku terus terang dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya dan merasa menyesal Berdasarkan analisis penulis, terhadap unsur dalam Pasal 55 KUHP majelis hakim tidak menentukan apakah terdakwa tersebut adalah seseorang yang menyuruh orang lain untuk melakukan tindak pidana perdagangan orang doenplegen, atau terdakwa merupakan orang yang turutu serta bersama-sama melakukan suatu perbuatan pidana medeplegen. Pertimbangan Hakim dalam Pasal 55 KUHP tersebut hanya dengan menggunakan kronologi peristiwa pidana dan mengabaikan peran dan kapasitas pelaku. Pada hal dengan menguraikan kronologi belumlah cukup untuk sampai pada kesimpulan dan memang hanya bisa sebatas menyatakan adanya kerjasama secara kolektif. Sehinga peranan dan kedudukan masing-masing pelaku tidak ditemukan, misalnya manakah diantara pelaku tindak pidana yang ditempatkan sebagai orang yang menyuruh melakukan atau ikut melakukan. Denga hanya menyebutkan adanya kerja sama secara kolektif, maka tidak jelas kapasitas dan tanggung jawab atas perbuatan mana yang harus dipertanggung jawabkan pelaku tindak pidana apakah sebagai orang yang menyuruh atau sebagai turut serta melakukan. Jika dikaitkan dengan Pasal 55 KUHP adanya kerja sama kolektif adalah langkah permulaan bagi menetukan peran dan tanggung jawab pelaku tindak pidana. Penulis berpendapat, Majelis hakim juga perlu mempertimbangkan bahwa apakah terdakwa pernah atau belum pernah dihukum sebelumnya dalam kasus atau perkara yang sama atau kasus yang berbeda, agar aspek dalam pidana formil sesuai sehingga dapat ditegakkan. Hal itu juga untuk memberikan efek jera atau menambah pidana penjaranya atau pidana dendanya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan Uraian tersebut diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa : 1. Pengaturan Hukum tentang Perdagangan orang yang ada sekarang baik itu internasional maupun nasional, sudah sangat memadai baik dalam penegakan hukumnya, pemberantasan maupun perlindungan terhadap saksi dan korbannya yaitu dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, Undang-undang nomor 31 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban, Undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan juga dalam Peratuan daerah Perda Sumatera Utara Nomor 6 tahun 2004 tentang Pencegahan Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak Sumatera Utara. Yang dibutuhkan sekarang adalah pelaksanaannya oleh pihak-pihak terkait agar semua pengaturan tentang tindak pidana perdagangan orang dapat dilaksanakannnya dengan baik dan tidak menyimpang 2. Kejahatan di seluruh dunia selalu mengalami perkembangan yang sangat cepat sejalan dengan cepatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan mengenai masalah-masalah kejahatan, baik dilihat secara kuantitatif maupun kualitatifnya tetap memerlukan suatu pembahasan dan pengamatan sesuai dengan aktivitas permasalahannya. Tanpa mempelajari sebab-sebab terjadinya kejahatan sangat sulit untuk dimengerti alasan kejahatan itu terjadi apalagi untuk menentukan tindakan yang tepat dalam menghadapi pelaku kejahatan. Begitu juga dengan banyaknya faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perdagangan orang yang melibatkan anak-anak yaitu Faktor Intern yang meliputi : faktor Individual, Faktor Ekonomi, faktor keluarga dan Faktor Pendidikan serta Faktor Ekstern yaitu : faktor sosial budaya, faktor ketidak setaraan gender, faktor menikah muda, faktor penegakan hukum, faktor masyarakat dan faktor budaya. 3. Korban kejahatan pada dasarnya merupakan pihak yang paling menderita dalam suatu tindak pidana, tetapi tidak memperoleh perlindungan sebanyak yang diberikan undang-undang kepada pelaku kejahatan. Perlindungan Hukum terhadap anak sebagai korban tindak pidana perdagangan orang dalam putusan nomor : 1033Pid.B2013PN.Mdn, Bahwa Majelis Hakim dalam memutus perkara pidana ini, sudah memutus pelaku kejahatan sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang. Akan tetapi majelis hakim tidak menguraikan dengan jelas peran dan tanggung jawab para terdakwa apakah sebagai orang yang melakukan tindak pidana atau menyuruh melakukan tindak pidana.

B. Saran

Adapun saran dari penulis adalah : 1. Perlunya peran serta orang tua dalam mencegah terjadinya tindak perdagangan orang terhadap anak yaitu dengan melakukan pengawasan terhadap anak mereka. Hal ini sangat penting karena jika orang tua melakukan pengawasan maka peluang terjadinya tindak pidana perdagangan orang akan sangat kecil. Dan orang tua juga harus menanamkan kepada anak nilai-nilai spritual yaitu nilai-nilai agama yang dianutnya. Bahwa melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah perbuatan yang dilarang Tuhan. 2. Sebaiknya seluruh Pemerintah daerah baik tingkat Provinsi, Kabupaten dam Kota di Indonesia membuat Peraturan Daerah Perda tentang penanganan tindak pidana perdagangan orang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang ada didalam masyarakat sekitarnya, sehingga korban dapat terlindungi. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat selaku Pembuat Undan-undang terus mengikuti perkembangan yang ada dalam masyarakat mengenai perdagangan orang baik itu hl-hal yang belum terjangkau oleh undang- undang yang saat ini berlaku dengan melakukan perubahan-perubahan terhadap undang-undang yang ada. 3. Mengingat Modus perdagangan orang yang semakin berkembang, sebaiknya Pemerintah bekerja sama dengan Pihak sekolah dan Guru untuk melakukan pencegahan terhadap tindak pidana perdagangan orang ini terutama terhadap anak sekolah yang merupakan target sindikat