Mioma Uteri dan Kehamilan Estrogen

2.6 Komplikasi Mioma Uteri

a. Degenerasi ganas Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6 dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75 dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat Prawirohrdjo, 2007. Menurut Manuaba I.A.C dan Manuaba I.B.G 2009 bila pada masa menopause tumor yang berasal dari mioma uteri masih tetap besar atau bertambah besar, kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarkoma uteri. b. Torsi Putaran Tangkai Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis yang dapat menyebabkan sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaklah dibedakan dengan suatu keadaan di mana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri Prawirohrdjo, 2007.

2.7 Mioma Uteri dan Kehamilan

Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan. Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan Universitas Sumatera Utara proses saling memengaruhi Pradhan, 2006. Berikut pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan. a. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak subserosa. b. Menghalangi lahirnya bayi, terutama mioma yang terletak pada serviks. c. Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma. d. Mempersulit lepasnya plasenta , terutama pada mioma yang submukosa dan intramural Manuaba dkk, 2007 Sedangkan, kehamilan dapat memengaruhi mioma uteri menjadi : a. Pertumbuhan mioma uteri lebih cepat sampai usia kehamilan berkisar 4 bulan b. Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudah terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi pendarahan dan nekrosis. Tumor tampak merah degenerasi merah atau tampak seperti daging degenerasi karnosa. Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala-gejala rangsangan peritoneum dan gejala-gejala peradangan. c. Mioma uteri subserosa yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan uterus yang makin lama makin besar. Torsi menyebabkan gangguan sirkulasi dan nekrosis yng menimbulkan gambaran klinik nyeri perut mendadak Prawirohardjo, 2007. Universitas Sumatera Utara 2.8 Epidemiologi Mioma Uteri 2.8.1 Distribusi dan Frekuensi Penderita Mioma Uteri a. Berdasarkan Orang Kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada kelompok umur 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42 tahun sebanyak 51. Risiko mioma uteri meningkat pada wanita nullipara. Penelitian di India terdapat 150 kasus mioma uteri, dan 77 kasus terjadi pada wanita umur 40-49 tahun dengan prevalensi 51 dan 45 kasus terjadi pada wanita umur lebih dari 50 tahun dengan prevalensi 30 Bhat, 2006. Mioma uteri hanya terjadi pada wanita karena merupakan penyakit yang terdapat pada dinding rahim wanita. Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita kulit putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja. Sampel acak dari wanita berusia 35 - 49 tahun untuk wanita Afrika- Amerika yang menjalani pemeriksaan rutin, hasil rekam medis dan pemeriksaan sonografi didapatkan pada usia 35 tahun insidensi terjadinya mioma uteri adalah sebesar 60, insidensi ini meningkat hingga 80 pada usia 50 tahun. Wanita kaukasia mempunyai insidensi sebesar 40 pada usia 35 tahun dan meningkat hingga 70 pada usia 50 tahun Parker, 2007. Universitas Sumatera Utara b. Berdasarkan Tempat Penelitian Yu Su di Taiwan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 terdapat 16.690 wanita yang didiagnosa mioma uteri. Data tersebut diambil dari Longitudinal Health Insurance Database 2000 LHID 2000 yang merupakan bagian dari database riset asuransi nasional yang didirikan oleh Institut Riset Kesehatan di Taiwan Yu Su et.al. 2012. Di Indonesia, kasus mioma uteri khususnya di Riau penelitian Muzakir periode 1 Januari 2006 - 31 Desember 2006 melaporkan penderita mioma uteri sebesar 37 kasus dan terbanyak pada kelompok umur 45-49 tahun yaitu sebesar 45,94 Muzakir, 2008. c. Berdasarkan Waktu Penelitian Jung di rumah sakit Mokpo St. Columban Korea periode 1992-1996 melaporkan 282 kasus mioma uteri dari 1.371 kasus ginekologi proporsi 20,7 . Penelitian Wise di Amerika Serikat periode 1997-2007 melaporkan 5.871 kasus mioma uteri dari 22.120 wanita kulit hitam dengan prevalens 26,5 Wise et.al. 2009. Penelitian Ezeama 2012 di universitas kedokteran Nnamdi Azikiwe Nnewi, Nigeria dari Januari 2002- December 2006 melaporkan 117 kasus mioma uteri dari 1.094 kasus ginekologi yang tercatat dengan proporsi sebesar 10,7 Ezeama et.al. 2012. Universitas Sumatera Utara

2.8.2 Determinan

Penyebab pasti mioma uteri sampai saat ini belum diketahui. Para ahli berpendapat bahwa mioma uteri terjadi akibat ketidakseimbangan hormon- hormon dalam tubuh, terutama hormon estrogen. Kondisi ketidakseimbangan sistem hormon ini yang sering memicu pertumbuhan sel-sel abnormal dalam tubuh Manuaba dkk, 2010. Berikut beberapa hormon yang memengaruhi pertumbuhan mioma :

a. Estrogen

Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi, karena adanya rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum datang haid menarke dan akan mengalami pengecilan setelah mati haid menopause. Belum dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsetrasi lebih tinggi dibandingkan dari miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah di dinding endometrium. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matrik ekstraseluler. Meyer dan De Snoo mengajukan teori cell nest atau teori genitoblast yang menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu : sel nest sel muda yang terangsang dan estrogen perangsang sel nest secara terus-menerus Manuaba dkk, 2009. Universitas Sumatera Utara Hormon estrogen dapat diperoleh melalui alat kontrasepsi hormonal Pil KB, Suntikan KB dan susuk KB. Alat kontrasepsi hormonal mengandung estrogen, progesteron dan kombinasi estrogen dan progesteron.

b. Progesteron