63
4.5 KARAKTERISTIK FOURIER TRANSFORM INFRARED FTIR
FILM LATEKS
KARET ALAM
DENGAN DAN
TANPA PENAMBAHAN PENGISI SELULOSA MIKROKRISTALIN DARI
TEPUNG KULIT SINGKONG DAN PENYERASI ALKANOLAMIDA Berikut ini merupakan karakteristik FTIR dari produk lateks karet alam
dengan dan tanpa penambahan pengisi selulosa mikrokristalin dan penyerasi alkanolamida.
Keterangan analisa gugus fungsi [55] : -
3305,99 cm
-1
: regang alkohol O –H
- 2252,86 cm
-1
: regang alkohol O –H
- 1453,33 cm
-1
: regang ester C –O
-
Gambar 4.13 Karakteristik FTIR Produk Lateks Karet Alam Dengan dan Tanpa Penambahan Pengisi Selulosa Mikrokristalin dan Penyerasi Alkanolamida
Dari hasil analisa FTIR produk lateks karet alam menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada gugus fungsi produk lateks karet alam dengan dan tanpa
penambahan pengisi selulosa mikrokristalin dan penyerasi alkanolamida. Terdapat puncak serapan pada bilangan gelombang 3305,99 cm
-1
pada produk lateks karet alam berpengisi selulosa mikrokristalin. Bilangan gelombang ini menunjukkan
keberadaan gugus O-H yang merupakan gugus fungsi utama selulosa mikrokristalin.
3305,99 2252,86
1454,33
Universitas Sumatera Utara
64 Hal ini menunjukkan bahwa penyerasi alkanolamida memodifikasi pengisi selulosa
mikrokristalin dengan lateks karet alam. Penambahan alkanolamida dalam produk lateks karet alam menurunkan
puncak serapan pada bilangan gelombang 2252,86 cm
-1
yang menunjukkan keberadaan gugus O-H. Hal ini dikarenakan gugus amida dari senyawa alkanolamida
telah berikatan dengan gugus O-H dari selulosa mikrokristalin sehingga menghasilkan eter yang ditunjukkan pada bilangan gelombang 1453,33 cm
-1
.
Gambar 4.14 Kemungkinan Interaksi Antara Lateks Karet Alam Dengan Pengisi Selulosa Selulosa Mikrokristalin dan Bahan Kuratif [60]
Gambar 4.14 menunjukkan reaksi antara lateks karet alam dengan bahan kuratif seperti sulfur S dan zink oksida ZnO dan ZDEC. Reaksi sambung silang
diawali dengan reaksi antara bahan pengaktif ZnO dengan bahan pemercepat ZDEC membentuk Zn-cell complex. Oleh karena terbentuk Zn-cell complex reaksi sambung
silang akan berlangsung dan pemutusan ikatan rangkap C=C. Oleh karena adanya ikatan sambung silang dan ikatan Zn-cell complex tersebut, bahan kuratif dan
selulosa mikrokristalin dapat terdispersi dalam lateks karet alam dan membentuk interaksi kimia chemical bonding yang kuat satu sama lain [59].
ZnO +
+ +
ZDEC
Universitas Sumatera Utara
65 Lateks Karet Alam
Alkanolamida Selulosa Mikrokristalin Gambar 4.15 Kemungkinan Interaksi Antara Lateks Karet Alam Dengan Pengisi
Selulosa Mikrokristalin dan Penyerasi Alkanolamida
Bahan penyerasi alkanolamida mempunyai 2 gugus, dimana gugus rantai lurus yang panjang bersifat non polar akan mengikat gugus hidrokarbon dari lateks
karet alam dan gugus amida yang bersifat polar akan mengikat gugus hidroksil OH dari selulosa mikrokristalin. Alkanolamida juga mampu meningkatkan pelekatan
antar muka antara kedua fasa tersebut sehingga interaksi antara selulosa mikrokristalin, alkanolamida dan lateks karet alam dapat terjadi. Oleh karena adanya
interaksi ini, sifat mekanik dari produk film lateks karet alam meningkat. Hal ini dibuktikan dari hasil kekuatan tarik, modulus tarik film lateks karet alam pada
Gambar 4.9 dan Gambar 4.11 dan Gambar 4.12 dimana penambahan alkanolamida terbaik sebesar 1.
Pada hasil karakterisasi FTIR gambar 4.13 juga dapat diamati adanya interaksi antara selulosa mikrokristalin, alkanolamida dan lateks karet alam. Dimana
terjadinya penurunan puncak serapan pada bilangan gelombang 3305,99 yang menunjukkan keberadaan gugus OH. Penurunan ini terjadi karena adanya penyerasi
alkanolamida yang memodifikasi pengisi selulosa mikrokristalin dan lateks karet alam. Hal ini juga dibuktikan pada hasil karakterisasi SEM pada Gambar 4.16
dimana penambahan alkanolamida akan mengurangi tegangan antar muka dengan membantu penyebarandistribusi pengisi selulosa mikrokristalin pada matriks lateks
karet alam.
Universitas Sumatera Utara
66
4.6 KARAKTERISTIK SEM SCANNING ELECTRON MICROSCOPE