Fungsi Perpustakaan di Era Digital Pustakwan di Era Digital

10 melakukan intropeksi kembali peran dan kinerjanya karena yang dihadapi adalah perubahan perilaku users yang berbeda-beda.

2.2.2 Fungsi Perpustakaan di Era Digital

Fungsi perpustakaan di era digital sebagai berikut: 1. Meningkatkan layanan perpustakaan yang berbasis kebutuhan pengguna, perkembangan teknologi informasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan. 2. Memperluas jaringan informasi 3. Mempermudah akses kedalam sumber-sumber informasi apapun bentuk dan jenisnya. 4. Meningkatkan perkembangan secara sistematis, perangkat untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengatur informasi dan pengetahuan dalam bentuk digital. 5. Menciptakan sistem terintegrasi yang lebih luas, terjangkau, dan mudah diakses oleh seluruh pengguna kapan pun dan dimana pun mereka berada.

2.2.3 Peran Perpustakaan di Era Digital

Menurut Sugihartati bahwa: Peran baru yang dialamatkan kepada perpustakaan pada era digital ini tidak terlepas dari upaya adaptasi terhadap perubahan ekspektasi atau harapan tinggi pemakai akan layanan perpustakaan. Perubahan ekspektasi itu setidaknya disebabkan adanya kenyataan bahwa pemakai perpustakaan atau masyarakat pada umumnya telah familiar dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut memaksa penyelenggara perpustakaan melakukan berbagai penyesuaian adjustment agar eksistensi perpustakaan tetap relevan dengan tuntutan dan ekspekstasi masyarakat pemakai saat ini. Penyesuaian yang dilakukan kemudian melahirkan sejumlah peran baru yang berbeda secara signifikan dari peran yang selama ini dimainkan perpustakaan. Menurut sejumlah pakar perpustakaan dan informasi, peran baru perpustakaan pada era digital antara lain meliputi: 1. Perpustakaan sebagai Perantara Agregator kolektor 2. Perpustakaan sebagai Penerbit 3. Perpustakaan sebagai Pendidik Educator 4. Perpustakaan sebagai Organisasi Riset dan Pengembangan RD 5. Perpustakaan sebagai Wirausaha Entrepreneur 6. Perpustakaan sebagai Advokasi Kebijakan 7. Perpustakaan sebagai Konsumen Universitas Sumatera Utara 11 Berdasarkan uraian di atas peran perpustakaan di era digital saat ini adalah perpustakaan mampu mengatasi perubahan ekspektasi pengguna, dimana pengguna sangat membutuhkan informasi yang bernar-benar relevan dan akurat. Dan tentunya menyebabkan perpustakaan harus merubah paradigma layanannya. Dari layanan yang konvensional menjadi layanan digital yang cepat, tepat, mudah dan praktis. Berikut beberapa peran perpustakaan di era digital sebagai berikut:

2.2.3.1 Koleksi Elektronik

Menurut Sugihartati bahwa: Di era revolusi informasi, seorang users yang membutuhkan koleksi atau informasi tertentu, ia tidak harus datang ke perpustakaan dan kemudian mencari koleksi yang dibutuhkan di rak-rak dengan dibantu kartu katalog, melainkan ia cukup duduk di kamarnya sendiri, membuka laptop, dan kemudian berselancar di dunia maya untuk men-download ebook atau mencari informasi yang dibutuhkan melalui mesin pencari seperti Google, Yahoo, dan yang lainnya. Berdasarkan uraian di atas di era digital yang namanya perpustakaan tidak lagi hanya bersaing dengan toko-toko buku atau menjadi lembaga yang dapat memonopoli layanan kebutuhan masyarakat akan buku bacaan atau koleksi yang lain. Namun, pesaing yang paling mengancam kedudukan dan peran perpustakaan justru adalah lautan informasi yang nyaris tak terbatas, yang terus berkembang dinamis di dunia maya. Di era digital, perlu kita sadari bahwa yang namanya perpustakaan sesungguhnya tidak lagi bisa mendudukkan diri atau mengembangkan peran semata sebagai lembaga sosial yang memiliki tugas mulia untuk ikut mencerdaskan bangsa melalui tawaran buku-buku koleksi dan berbagai bacaan yang dimiliki.

2.2.3.2 Layanan Berbasis Teknologi Informasi

Perpustakaan telah banyak di pengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi. Teknologi informasi pada perpustakaan sering menjadi tolak ukur Universitas Sumatera Utara 12 kemajuan dan modernisasi, serta menjadi suatu kepentingan bagi institusi dan pengguna perpustakaan. Menurut Sugihartati bahwa: Di era digital, upaya untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaan tidak lagi mungkin hanya mengandalkan pada pembenahan yang sifatnya kuantitatif dan rekayasa teknis, tetapi harus lebih bersifat kualitatif yang menempatkan pengguna sebagai komponen utama sistem. Seorang pustakawan yang hanya mengandalkan pada sikap ramah, dan sekadar melayani apa yang menjadi kebutuhan users, niscaya pelan-pelan akan ketinggalan zaman karena tidak melakukan perubahan yang signifikan. Di era digital, seorang pustakawan yang profesional bukan hanya dituntut mampu memahami karakteristik users, tetapi lebih dari itu mereka juga dituntut untuk mampu bersikap pro-aktif, inovatif, dan bahkan yang terpenting mampu menciptakan dan mengembangkan berbagai kebutuhan yang membuat users pelan-pelan makin tergantung pada apa yang ditawarkan pustakawan. Berdasarkan uraian di atas, teknologi menjadi salah satu kebutuhan manusia saat ini. Dengan adanya teknologi ini membawa masyarakat menuju era digital saat ini. Semua kebutuhan informasi akan lebih mudah dan cepat untuk di dapat dengan hadirnya teknologi terutama dengan ada layanan di era digital di perpustakaan. Perpustakaan di era digital ini tidak hanya bersaing dengan toko- toko buku. Namun, pesaing yang paling mengancam perpustakaan adalah ledakan informasi yang tak terbatas dan terus berkembang seiringnya zaman di dunia maya. Oleh karena itu, perpustakaan harus memberi pelayanan yang lebih baik lagi, agar perpustakaan tidak ditinggalkan oleh penggunanya. Di era digital ini boleh dikatakan tidak ada satu informasi yang tidak terlacak, jika perpustakaan masih terus menggunakan layanan konvensional cepat atau lambat pasti akan ditinggalkan penggunanya dan perpustakaan akan dikalahkan oleh search engine atau mesin pencari seperti Google, Yahoo dan lainnya yang bisa dikatakan sebagai perpustakaan terbesar di era digital.

2.2.4 Pustakwan di Era Digital

Universitas Sumatera Utara 13 Menurut Sugihartati bahwa: Salah satu tantangan yang dihadapi para pustakawan di era digital adalah munculnya perubahan perilaku users atau pengguna yang makin familiar dengan teknologi informasi, lebih kritis dan bersikap pro-aktif, dan cenderung menginginkan layanan perpustakaan yang serba cepat dam mudah. Users di era revolusi informasi adalah warga masyarakat yang seringkali disebut sebagai net generation atau now generation yang makin terbiasa berselancar di dunia maya dan menginginkan segala informasi dapat diperoleh dengan seketika. Di era digital, seorang pustakwan yang profesional bukan hanya dituntut mampu memahami karakteristik pengguna, bukan hanya dituntut mengembangkan sikap dan kualitas layanan yang profesional serta memiliki koleksi informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, tetapi pustakawan juga dituntut mampu terus berkreasi, bersikap inovatif menciptakan berbagai daya tarik untuk merekayasa selera dan cara berpikir pengguna agar mereka benar- benar memandang untuk berkunjung dan yang terpenting mampu menciptakan dan mengembangkan berbagai kebutuhan yang membuat pengguna pelan-pelan semakin tergantung pada apa yang ditawarkan oleh pustakawan serta menelusur informasi dan membaca adalah bagian dari gaya hidup yang membanggakan dan bahkan menimbulkan kerinduan ketika hal itu tidak dilakukan. Sharma 2005 yang dikutip oleh Sugihartati menyatakan bahwa: Peran tambahan pustakawan pada era reformasi adalah disamping harus bekerja sebagai pustakawan, mereka juga harus bekerja sebagai manajer informasi: mengetahui bagaimana cara pustakawan mengelola dan memberikan layanan informasi sehingga kebutuhan informasi pengguna terpenuhi. Di samping ini, pustakawan perlu bekerja sebagai penasihat atau instruktur informasi: menjamin bahwa pengguna atau staf mengetahui bagaimana mengakses sumber-sumber informasi yang relevan dan pustakawan harus bekerja sebagai sistem atau jaringan: untuk menyebarkan informasi kepada pengguna tentang cara yang tepat melalui desain dan pengembangan sistem. Berdasarkan uraian di atas para profesional bidang perpustakaan dan informasi, termasuk pustakawan diharapkan dapat memainkan multiperan agar ekspektasi dan kebutuhan pengguna dapat terpenuhi dengan lebih memuaskan. Universitas Sumatera Utara 14 Menurut Helder 2009 yang dikutip oleh Sugihartati multiperan yang harus dimainkan pustakawan yakni sebagai berikut: 1. Advokasi 2. Manajer Konsorsium 3. Konsultan 4. Manajer konten 5. Fasilitator 6. Pembimbingguru 7. Perantara intermediary 8. Manajer Pengetahuan 9. Periset 10. SifterData Mining pustakawan ahli yang membantu pemakai menemukan citarasa dan urutan sumber-sumber informasi, dan 11. Web Designer Lebih lanjut Saha 2009 yang dikutip oleh Sugihartati menyatakan bahwa peran yang harus dilakukan pustakawan pada era digital, antara lain sebagai berikut: 1. Pengembangan koleksi: menyediakan bahan pustaka untuk keperluan riset dan kegiatan ilmiah yang terdiri dari kegiatan seleksi, pengadaan, pengolahanuntuk akses informasi, dan pengawasan. 2. Konsultasi informasi: membimbing mahasiswa dan dosen dalam kaitannya dengan ketersedian bahan pustaka terbaik guna memenuhi kebutuhan informasi mereka 3. Pengajaran: membantu mahasiswa dan dosen agar mereka menjadi warga yang mampu dan lancar dalam menggunakan informasi secara etis. 4. Menyediakan akses terhadap informasi dalam berbagai format 5. Mengevaluasi ketersediaan sumber informasi 6. Mengorganisasikan dan menata informasi 7. Meyakinkan pelaksanaan preservasi informasi 8. Menyediakan staf khusus untuk keperluan pengajaran dan bantuan dalam mengintepretasi dan mengakses sumber-sumber informasi aksesnya. Berdasarkan uraian di atas, dalam konteks era digital pustakawan diharuskan memiliki keterampilan skills dan kompetensi yang memnungkinkan mereka berperan optimal sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan. Keterampilan kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan tugas- tugas pustakawan menurut Helder 2009 yang dikutip oleh Sugihartati adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 15 1. Kemampuan Teknis, 2. Kemampuan Teknologi Informasi, dan 3. Kemampuan Manajerial. Menurut Sugihartati dalam perspektif yang relevan dengan pendapat Helder itu, National Knowledge Commision, India menyatakan bahwa kemampuan yang perlu dimiliki pustakawan saat ini adalah kemampuan yang relevan dengan perubahan peran perpustakaan, yakni sebagai berikut: 1. Kemampuan pengelolaan perpustakaan dan informasi, 2. Orientasi pelayanan, 3. Pengetahuan dan kemampuan TIK, 4. Kemampuan berkomunikasi dan pelatihan, 5. Kemampuan memasarkan dan presentasi. Studi terbaru yang berjudul Key Skills and Competencies of a New Generation of Library and information Science LIS Professional yang ditulis oleh Nonthacumjane 2011 menyebutkan bahwa pustakawan perlu memiliki 3 aspek yang terkait dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan pada era digital, yakni: 1. Kemampuan PribadiPerorangan: perilaku yang sesuai, nilai-nilai, dan sifat pribadi. Kemampuan pribadi ini meliputi: a. Analitis, b. Kreatif, c. Teknis, d. Fleksibel, e. Rekletif, f. Kemampuan berhubungan dengan pengguna yang berbeda, g. Detektif, h. Mampu beradaptasi, i. Responsif terhadap kebutuhan, j. Antusias,dan k. Motivasi Diri 2. Kemampuan Umum: kemamuan umum yang bersumber dari disiplin lain, yakni: a. Literasi Informsi, b. Komunikasi, c. Berpikir Kritis, d. Teamwork, e. Etika dan Tanggung Jawab Sosial, f. Pemecahan masalah, dan Universitas Sumatera Utara 16 g. Kepemimpinan. 3. Pengetahuan Spesifik: adalah pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran dari program perpustakaan dan informasi pada level S1 dan S2. Pengetahuan itu meliputi: a. Metadata, b. Pengembangan Database dan Sistem Manajemen Database, c. Kebutuhan Pengguna perpustakaan, d. Arsip Digital, e. Kegiatan Preservasi, f. Pengembangan Koleksi,dan g. Sistem Manajemen Kontent. Berdasarkan uraian di atas, mengindikasikan bahwa pada era digital saat ini, pustakawan memiliki begitu banyak peran baru yang harus dijalankan dan lebih kompleks dari peran yang selama ini dilaksanakan. Namun, beberapa di antara peran baru itu menjadikan peran pustakawan menjadi less-visible kurang nyata atau terlihat.

2.3 Wawasan Lingkungan yang Mempengaruhi Lingkungan Perpustakaan

2.3.1 Pengertian Wawasan Lingkungan

Wawasan lingkungan berkaitan erat dengan ekologi atau arsitektur ekologi dan pembangunan berkelanjutan. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Irwan 199: 108 menyatakan bahwa: Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Faktor- faktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian dari lain lingkungan itu. Oleh karena itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut, penggolangan itu dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: 1. Lingkungan Abiotik seperti suhu, udara, cahaya, atmosfer, hara mineral, air, tanah dan api. Universitas Sumatera Utara