commit to user 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit degeneratif sejak beberapa tahun yang lalu telah menjadi permasalahan yang cukup serius bagi banyak negara di seluruh dunia.
Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan
normal menjadi lebih buruk. Penyakit yang masuk dalam kelompok ini antara lain diabetes melitus, stroke, jantung koroner, kardiovaskular, dan obesitas.
Menurut WHO, hingga akhir tahun 2005 penyakit degeneratif telah menyebabkan kematian hampir 17 juta orang di seluruh dunia. Jumlah ini
menempatkan penyakit degeneratif menjadi penyakit pembunuh manusia terbesar. Di Indonesia, angka kematian akibat penyakit ini terus meningkat.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 menunjukkan bahwa penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian paling tinggi di tahun
1992, 1995, dan 2001, padahal pada tahun 1972 baru menempati urutan ke-11. Kurangnya lapangan kerja, penghasilan yang tidak mencukupi, status
perkawinan, pendidikan yang semakin mahal, dan kawasan tempat tinggal dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Kondisi tersebut dapat
menimbulkan gangguan emosional berupa sters psiko-sosial. Peningkatan kesejahteraan penduduk juga mendorong terjadinya perubahan pola makan
yang ternyata berdampak negatif pada meningkatnya berbagai macam penyakit degeneratif. Kesadaran akan besarnya hubungan antara makanan dan
kemungkinan timbulnya penyakit telah mengubah pandangan bahwa makanan bukan sekedar untuk mengenyangkan tetapi untuk kesehatan. Sehingga
diperlukan makanan yang mengandung komponen bioaktif yang berkhasiat bagi kesehatan tubuh misalnya tempe.
Tempe adalah makanan hasil fermentasi dengan menggunakan jamur Rhizopus oligosporus. Tempe merupakan makanan tradisional yang berpotensi
sebagai makanan fungsional. Tempe mengandung protein nabati yang cukup
1
commit to user 2
tinggi baik kualitas maupun kuantitasnya, juga mengandung asam lemak esensial, mengandung antioksidan yang dapat menghambat proses penuaan,
vitamin B12 yang tinggi, kaya akan serat makanan, mengandung fosfor yang berguna untuk berbagai reaksi metabolisme tubuh serta mengandung
antibiotik alami yang dapat menghambat munculnya berbagai penyakit. Dalam pembuatan tempe, kulit ari kedelai dibuang, padahal kulit
kedelai mengandung protein 9-16,5 dan serat 67 . Karena kandungan tersebut, kulit kedelai dimanfaatkan untuk makanan ternak. Serat dalam kulit
mengandung selulosa 47 , dan hemiselulosa hampir 20 Siswaya,1998. Di Indonesia, tempe yang sangat digemari masyarakat berasal dari
kedelai. Akan tetapi, produksi nasional kedelai masih rendah. Menurut Widjang 2008, dari kebutuhan dalam negeri terhadap kedelai sebesar 2 juta
tontahun, sebanyak 1,4 juta ton dipenuhi dari impor. Harga kedelai impor setiap tahun meningkat dari Rp 3.450kg menjadi Rp 7.500kg pada tahun
2008 dan pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi Rp 9.750kg. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memanfaatkan
komoditi lokal yang harganya murah dan diduga mengandung senyawa antioksidan. Salah satunya adalah millet. Pemanfaatan biji millet beberapa
tahun lalu sangat terbatas hanya digunakan untuk pakan burung. Namun saat ini pemanfaatan millet dan sorgum mengalami perkembangan yang sangat
signifikan, misalnya untuk produk setengah jadi seperti tepung maupun produk jadi seperti kue kering, roti tawar tawar, dan cake.
Menurut Bhuja 2009 dalam Sari 2010, millet menempati urutan ke- enam sebagai biji-bijian paling utama dan dikonsumsi sepertiga penduduk
dunia. Salah satu sumber utama penyedia energi, protein, vitamin dan mineral, kaya vitamin B juga asam amino esensial seperti isoleusin, leusin, fenilalanin
dan treonin serta mengandung senyawa nitrilosida yang sangat berperan menghambat perkembangan sel kanker anti kanker, juga menurunkan resiko
mengidap penyakit jantung artherosklerosis, serangan jantung, stroke dan hipertensi. Millet tumbuh subur di daerah bersuhu tinggi, terbatas
commit to user 3
ketersediaan air, tanpa aplikasi pupuk dan masukan teknologi lainnya, dan di lahan kritis yang sulit ditanami biji-bijian lain seperti gandum serta padi.
Sumber komoditi lokal lain yang harganya murah dan diduga mengandung senyawa antioksidan adalah sorgum. Sorgum Sorghum bicolor
merupakan tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah kering di Indonesia. Selain itu,
tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif.
Sorgum mengandung tannin, senyawa kimia yang termasuk golongan senyawa polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan. Di banyak negara, biji sorgum
digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak dan bahan baku industri Anonim
a
, 2009. Dari berbagai uraian di atas, maka diperlukan penelitian untuk
modifikasi bahan baku dalam pembuatan tempe dengan menambahkan bahan pengisi pada pembuatan tempe sehingga dapat menghasilkan tempe inovasi
yang memiliki karakteristik yang baik dan dapat diterima konsumen serta mengandung senyawa berkhasiat.
B. Perumusan Masalah