Analisa Anomali Kalender Terhadap Return Di Bursa Efek Indonasia

(1)

ANALISA ANOMALI KALENDER TERHADAP

RETURN DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

Rama Imandani

NIM: 204081002273

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ANALISA ANOMALI KALENDER TERHADAP RETURN DI

BURSA EFEK INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Rama Imandani NIM: 204081002273

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP. 150317955 NIP. 150368746

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

ANALISA ANOMALI KALENDER TERHADAP RETURN DI

BURSA EFEK INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Rama Imandani NIM: 204081002273

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP. 150317955 NIP. 150368746

Penguji Ahli

Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms NIP. 131474891

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

Hari ini Rabu Tanggal 13 Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Rama Imandani NIM : 204081002273 dengan judul skripsi ”

ANALISA ANOMALI KALENDER TERHADAP

RETURN DI BURSA EFEK INDONESIA

”. Memperhatikan

penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Agustus 2008

Penguji Ujian Komprehensif

Prof. Dr.Ahmad Rodoni, MM Drs. Herni Ali, MM

Ketua Sekretaris

Prof. Dr.Abdul Hamid, Ms Penguji Ahli


(5)

CURICULUM VITAE

Personal Data

:

1. Name : Rama Imandani

2. Place, Date of Birth : Jakarta, 28 June 1986

3. Address : Jl. Pondok Aren II No 4 Rt 002/01 Jakarta Selatan ( 15221 )

4. Phone No / Hp : 021–7350882 / 0856-92534396

5. Religion : Islam

6. Civic : Indonesia

Formal Educational :

1. 1992-1998 : Graduated from SDN 02 Pesanggrahan, South Jakarta. 2. 1998-2001 : Graduated from SMPN 177, South Jakarta.

3. 2001-2004 : Graduated from SMUN 90, South Jakarta.

4. 2004-2008 : Graduated from Universitas Islam Negeri, South Jakarta.

Organization Experience :

1. 2006 : Event division, Fecofair, launching ADA Band album ( Romantic Rhapsody ) Universitas Islam Negeri Jakarta 2. 2006-2007 : - Event division, Event of HIV AIDS campaign, ( D-Jong

Organitation ).

- Cultural And Artistic Division, BEM FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Job Experience :

2007 : Apprentice, Accounting divison. PT Asuransi Takaful Umum Jakarta.


(6)

ABSTRACT

This research gives emphasis at verification to existence of calendar anomaly. The anomalies studied is the holiday effect to return, test in the Indonesian Stock Exchange. The study use daily returns on IHSG, LQ-45 index, JII Index, and nine sector index, the sectors are : “Agriculture, Basic Industry and Commodity, Construction, Property, and Real Estate, Consumer Goods, Finance, Infrastructure and Utility, Mining, Miscellaneous Industry, and Trade and Service” over five years from January 2003 until December 2007. The empirical research was conducted using GARCH (1,1) model. The result from this research indicates that red letter day influence in Indonesia successfully is identified.Holidays effect shows bourse performance and return before holiday is hit positive effect or negativity. That thing depends on mood from the investors, is they in the situation high mood or in a state of low mood. If investor in a state of high mood, hence they would be appetitive and motivateds transacts. On the contrary if in a state of low mood of they will not be enthusiastic in transacting. This research good for the investors in stock market in taking investment decision, especially if happened calendar anomaly.

Keywords: IHSG return, LQ-45 index return, JII Index return, sector index return, holiday effect, GARCH (1,1).


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk pembuktian terhadap adanya anomali kalender. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh hari libur terhadap return di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan return harian dari IHSG, Indeks JII, Indeks LQ-45 dan sembilan indeks sektoral, kesembilan sektor tersebut adalah : “Agriculture, Basic Industry and Commodity, Construction, Property, and Real Estate, Consumer Goods, Finance, Infrastructure and Utility, Mining, Miscellaneous Industry, and Trade and Service” selama lima tahun dari Januari 2003 hingga Desember 2007. Pengujian penelitian ini menggunakan model GARCH (1,1). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh hari libur di Indonesia berhasil teridentifikasi. Holidays effect dapat menunjukan kinerja bursa dan return sebelum libur terkena efek positif atau negatif. Hal itu tergantung mood dari para investor, apakah mereka pada keadaan mood tinggi (highest mood) atau dalam keadaan mood rendah (lowest mood). Jika investor dalam keadaan mood tinggi, maka mereka akan berselera dan bersemangat bertransaksi. Sebaliknya jika dalam keadaan mood rendah mereka tidak akan bergairah dalam bertransaksi. Penelitian ini dapat berguna bagi para investor di pasar saham dalam mengambil keputusan investasi, terutama jika terjadi anomali kalender.

Kata kunci: return IHSG, return indeks LQ-45, return indeks JII, return indeks sektoral, efek hari libur, GARCH (1,1).


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan segala kenikmatan-Nya kepada penulis, baik itu nikmat iman, sehat, dan waktu serta nikmat kemudahan jalan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Besar umat manusia Muhammad SAW, laki-laki sejati gagah berani yang membawa risalah Allah SWT dan mengajarkannya kepada manusia sehingga terhindar dari zaman kejahiliyahan. Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan pula kepada para keluarga nabi, sahabat nabi, tabi’in, tabi-tabi’in, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis melakukan penelitian ini untuk memenuhi persyaratan akan kelulusan penulis untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Jurusan Manajemen Keuangan. Dan alhamdulillah penelitian ini dapat penulis selesaikan.

Dengan selesainya penelitian ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT atas berkah, rizki, rahmat, ridha dan kemudahan-Nya yang membuat penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan segenap jiwa raganya untuk mengajarkan kebenaran kepada umat manusia, sehingga terhindar dari zaman kebodohan.

3. Bapak, Ibu dan adikku, terima kasih atas segala dukungannya dan ridhonya baik dari segi moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.


(9)

4. Bapak Ahmad Rodoni, Prof., Dr selaku pembimbing utama penulis dan ketua jurusan manajemen FEIS UIN Jakarta. Terima kasih atas segala bimbingan, pendapat dan waktu yang diberikan kepada penulis.

5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, MM selaku pembimbing kedua penulis, terima kasih atas segala bimbingan, pendapat, dan waktu yang diberikan kepada penulis.

6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Msi selaku dosen dan penguji ahli yang telah memberikan ilmu dan waktunya untuk mendidik penulis dan kawan-kawan mahasiswa FEIS UIN Jakarta.

7. Bapak Dr. Herni Ali.HT, MM selaku korteks FEIS Non Reguler dan juga dosen dari penulis, terima kasih atas segala kelapangan hati dan pengorbanan waktu yang diberikan untuk mengajar dan membimbing penulis dan kawan-kawan mahasiswa FEIS Non Reguler.

8. Dosen-Dosen UIN Jakarta FEIS Non Reguler yang telah mengajar dan mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di FEIS Non Reguler UIN Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang diberikan kepada penulis dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah SWT mencatat semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga akhir zaman.Amin.

9. Kesekretariatan FEIS Non Reguler UIN Jakarta Mbak Ani, Mbak Isma, Mbak Yuli, Alfred, Ajiz, Pak Sukmadi dan Staf-Staf lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini, terima kasih atas waktu dan pertolongannya untuk penulis.

10.Keluarga besar penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini, terima kasih atas bantuannya dan motivasinya ya...!!!


(10)

11.Group kompre yang setia menemani penulis dalam menghadapi ujian kompre dan memotivasi penulis untuk mempercepat penyelesaian penelitian ini. Untuk Mba Rani yang Gualak, Utsman Leboy, Khoer Bedoel dan Dadi Suprayyadi semangat terus ya...!! Semoga Allah mempermudah jalan kita dalam mengais rezeki dan menghadapi kehidupan berikutnya. Amin.

12.Untuk mahasiwa Manajemen & Akuntansi Non Reguler angkatan 2004, semangat terus dan terima kasih atas dukungan, persahabatan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.

13.My Band : Siput (The Orchid Girl), Lutfi (The Spurious Prophet), Armel (The Brontosaurus), Angel (Mamo = Manusia Homo) semangat terus ya, jalan kita masih panjang. And let’s we make a new good song...

14.Dika Gendut, Ukat Saudut, Rieke, dan Setriana, yang sudah memberikan bantuan baik doa, semangat, maupun nasihat kepada penulis.

15.Dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, terima kasih atas persahabatan, pertemanan, kekompakan, bantuan dan juga dorongan kepada penulis selama mengenyam pendidikan, segala kenangan yang ada tak akan pernah penulis lupakan, dan semoga dengan selesainya pendidikan ini bukan mengartikan selesai pula silahturahmi kita.

16.Keluarga Bang Murdi, terima kasih dan maaf bila selama ini penulis merepotkan, suka numpang istirahat dan numpang makan di base camp. 17.Seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun

tidak kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas motivasinya ya..!!!


(11)

Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang dilakukan penulis. Oleh karena itu penulis akan membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait penelitian ini sehingga penulis dapat memperbaiki dan menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak terkait.

Jakarta, Oktober 2008


(12)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam ... i

Halaman Pengesahan Skripsi ... ii

Halaman Pengesahan Sidang Skripsi... iii

Halaman Pengesahan Ujian Kompre ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar... viii

Daftar Isi... xii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 11

C. Perumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 12

BAB II Tinjauan Pustaka A. Konsep Dasar Pasar Efisien ... 14


(13)

C. Anomali Pasar ... 30

D. Pengaruh Hari Libur... 32

E. Return... 33

F. Penelitian Terdahulu ... 34

G. Kerangka Pemikiran ... 38

H. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III Metodologi Penelitian A. Ruang Lingkup Penelitian ... 40

B. Metode Penentuan Sampel... 40

C. Metode Pengumpulan Data ... 41

D. Metode Analisis ... 42

E. Operasional Variabel Penelitian ... 47

BAB IV Penemuan Dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 50

B. Hasil Dan Pembahasan ... 66

C. Interpretasi ... 75

BAB V Kesimpulan Dan Implikasi A. Kesimpulan ... 78

B. Implikasi ... 79


(14)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

2.1 Ringkasan Anomali Pasar... 31

4.1 Hasil Uji GARCH terhadap retrun menjelang hari libur nasional ... 68

4.2 Hasil Uji GARCH terhadap retrun menjelang hari libur umat islam ... 69

4.3 Hasil Uji GARCH terhadap retrun menjelang hari libur umat kristen ... 71

4.4 Hasil Uji GARCH terhadap retrun menjelang hari libur umat hindu ... 72


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Subset InformasiPasar Efisien ... 17

2.2 Keterkaitan antara informasi dan pasar efisien... 21

2.3 Kerangka Pemikiran... 38


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman

1 Data Retrun Indeks... 83

2 Hasil Uji Stasioneritas ... 119

3 Hasil Uji Normalitas ... 126


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan didirikan dengan memiliki beberapa tujuan. Dua tujuan utamanya antara lain memaksimumkan keuntungan (profit) dan kemakmuran (wealth). Memaksimumkan keuntungan bagi perusahaan merupakan usaha mndapatkan laba setinggi-tingginya, sedangkan memaksimumkan kemakmuran adalah usaha untuk memaksimumkan nilai saham perusahaan. Dalam rangka mengoprasikan bisnisnya, perusahaan selalu membutuhkan dana yang akan digunakan untuk modal kerja, investasi, ataupun komoditas keduanya. Dalam upaya mendapatkan dana yang dibutuhkan tersebut, perusahaan mempunyai peluang untuk memperolehnya dari dalam perusahaan (internal source) dana yang termasuk dalam sumber internal adalah laba ditahan dan depresiasi, sedangkan sumber eksternal adalah saham dan obligasi (hutang)( dikutip dari penelitian Tantono Aji, 2003 : 1).

Sumber pendanaan dari dalam perusahaan tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan dana yang semakin lama semakin besar sejalan dengan usaha-usaha peningkatan dan perluasan usaha. Apabila sumber internal tidak dapat memenuhi kebutuhan dana bagi perusahaan, maka perusahaan tersebut dapat mencoba alternatif lain yang berasal dari sumber eksternal, seperti dana yang disediakan oleh bank, leasing, pasar modal atau sumber pendanaan lainnya (Tantono Aji, 2003 : 1).


(18)

Pasar modal merupakan sarana untuk mempertemukan dua pihak yang berkepentingan. Pihak pertama adalah perusahaan, sebagai pihak yang membutuhkan dana dan pihak kedua adalah investor sebagai pihak yang ingin menginvestasikan dananya. Untuk memenuhi kebutuhan dananya melalui pasar modal, perusahaan dapat menerbitkan surat berharga berupa saham dan obligasi.

(Dalam penelitian Tantono Aji, 2003:2), kegiatan pasar modal mencakup 1. Pasar perdana : yaitu pasar bagi saham yang untuk pertama kali

ditawarkan kepada masyarakat.

2. Pasar sekunder : yaitu pasar bagi saham yang telah terdaftar (listed) di bursa efek Indonesia, yang diperjual belikan diantara investor melalui perantara pedagang efek.

Harga sekuritas di Bursa Efek Indonesia dapat berubah dengan adanya informasi yang baru, yang menyebabkan para investor melakukan peninjauan kembali terhadap harga aset-aset di pasar modal. Kenyataan bahwa harga berfluktuasi merefleksikan adanya aliran informasi. Oleh karena itu sebelum memutuskan untuk berinvestasi di suatu pasar modal, salah satu perilaku pasar yang perlu diperhatiakn para investor adalah apakah pasar modal tersebut cepat bereaksi terhadap informasi yang ada atau tidak.

Akan sulit bahkan mustahil bagi investor untuk mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar secara konsisten apabila hanya mengandalkan informasi yang tersedia dan teknik-teknik analisis investasi stadar yang sudah diketahui oleh orang banyak. Menurut penelitian Hartono pada tahun 1997 dan


(19)

Indrati pada tahun 2001 informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya. Menggambarkan suatu kejadian dan kesatuan yang nyata dan digunakan untuk pengambilan keputusan.

(Didalam penelitian Tatang Ary Gumanti dan Elok Sri Utami, 2002 : 2) pasar yang efisien (efficient capital markets) merupakan tema yang dominant pada tahun 1960an di kalangan akademisi. Konsep ini, meskipun secara umum dipercaya oleh kalangan akademisi, tidak semua masyarakat keuangan mempercayainya. Bahkan istilah pasar modal yang efisien sering dipergunakan dengan arti atau maksud yang berbeda-beda. Sebagai contoh, pasar modal yang efisien mungkin diartikan sebagai pasar yang bisa menyediakan jasa-jasa yang diperlukan oleh para pemodal dengan biaya yang minimal. Pengertian ini banyak digunakan oleh para pelaku di bursa efek (pialang, pengelola bursa dan sebagainya). Pihak lain menggunakan pengertian yang berbeda. Sebagai contoh, West pada tahun 1975 membedakan internal dan external efficiency. External efficiency menunjukkan bahwa pasar berada dalam keadaan keseimbangan shingga keputusan perdagangan saham berdasarkan atas informasi yang tersedia di pasar tidak bisa memberikan tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan keseimbangan. Internal efficiency, sebaliknya menunjukkan bahwa pasar modal tersebut bukan hanya memberikan harga yang “benar”, tetapi juga memberikan berbagai jasa yang diperlukan oleh para pembeli dan penjual dengan biaya serendah mungkin.


(20)

Sebagai salah satu terobosan penting dalam perkembangan teori keuangan perusahaan dengan dikedepankannya hipotesis pasar efisien (Efficient Market Hypothesis) oleh Fama di tahun 1970. Sejak dikemukakan tahun 1970, teori pasar efisien seakan-akan menjadi magnet bagi peneliti keuangan untuk terus diuji keabsahannya. Miller pada tahun 1999, sebagai salah satu penerima hadiah Nobel bidang Ekonomi dalam artikelnya tentang sejarah keuangan, berpendapat bahwa Fama juga pantas untuk mendapatkan hadiah Nobel atas teori yang disampaikannya tersebut. Miller dan beberapa ahli keuangan perusahaan dengan tegas mengatakan bahwa salah satu temuan penting dalam sejarah perkembangan teori keuangan adalah teori pasar efisien dan dari sekian banyak teori keuangan, teori pasar efisien adalah yang paling banyak mendapat perhatian dan diuji secara empiris di hampir semua pasar modal di dunia. Dalam satu artikelnya yang berjudul “The Theory of Corporate Finance: A Historical Overview”, Smith pada tahun 1990 menyatakan bahwa teori pasar efisien merupakan tonggak penting dalam perkembangan teori keuangan dan menyebutnya sebagai salah satu kerangka bangun dasar (fundamental building block) keuangan. Hal senada juga disampaikan oleh Megginson pada tahun 1997 serta Shanken dan Smith pada tahun 1996. Jadi, teori pasar efisien merupakan bagian penting dalam kita membahas teori keuangan perusahaan.

Perdebatan tentang pasar yang efisien masih sering terjadi sampai saat ini. Disatu sisi terdapat banyak penelitian memberikan bukti empiris yang mendukung konsep pasar yang efisien. Namun disisi lain muncul sejumlah


(21)

penelitian yang menyatakan adanya ketidak-teraturan (anomali) yang terkait dengan hipotesis pasar efisien, hal ini merupakan penyimpangan terhadap hipotesis pasar yang efisien. Anomali di sini adalah salah satu bentuk dari fenomena yang ada di pasar. Pada anomali ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada bilamana dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada. Artinya, suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return. Dengan kata lain seorang investor dimungkinkan untuk memperoleh abnormal return dengan mengandalkan suatu perisitiwa tertentu. Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar efisien saja, tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang lain. Artinya, bukti empiris adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk pasar efisien, walaupun kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien semi-kuat (semi strong). Dalam teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar. Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies).

Penelitian ini difokuskan pada seasonal anomalies yaitu pada pengaruh keuntungan menjelang hari libur, dari beberapa studi lain yang didasarkan pada pengaruh hari libur ditemukan adanya keuntungan saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari perdagangan biasa. Pengaruh hari libur menunjukkan bahwa saham-saham yang diperdagangkan pada hari menjelang libur mempunyai kecenderungan yang memberikan keuntungan rata-rata tinggi dibandingkan dengan hari perdagangan biasa.


(22)

Akan tetapi tidak semua penelitian mengatakan bahwa tingkat keuntungan menjelang hari libur menunjukkan hasil yang positif, contoh dalam wacana media masa Suara Merdeka mengenai pengaruh libur Lebaran dan Mood investor yang menyatakan bahwa beberapa hari menjelang libur panjang Idul Fitri tahun 2005, suasana di Bursa Efek Indonesia benar-benar sepi. Nilai perdagangan dan frekuensi perdagangan relatif tidak bergairah, tidak seperti jauh hari sebelumnya. Apakah investor lebih banyak menggunakan waktunya untuk meningkatkan ibadah dan turut serta dalam memperingati hari besar bangsa Indonesia itu, ataukah ada faktor lainnya?

Telaah teoritis dan beberapa penelitian empiris telah mencoba mengaitkan antara peristiwa hari libur tertentu dengan kinerja pada bursa efek. Dampak dari peristiwa hari tertentu tersebut dinamakan holiday effect. Untuk mengetahui pengaruh dari peristiwa hari libur tertentu terhadap kinerja bursa, faktor yang dipertimbangkan, yaitu perkembangan transaksi perdagangan, nilai maupun perkembangan harga saham. Perkembangan faktor-faktor itu dibandingkan selama periode waktu pra libur dan post holiday atau paska libur. Jika ada perbedaan yang signifikan antar waktu itu, maka dirumuskan peristiwa hari libur tertentu mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja bursa.

Hasil penelitian menunjukan kinerja bursa sebelum libur dapat terkena efek positif dan negatif. Terjadi efek positif apabila paska libur diprediksikan perkembangan bursa akan membaik. Dengan demikian pembelian saham akan banyak dilakukan sebelum hari libur. Para investor akan ketinggalan kereta


(23)

bila membeli saham dilakukan bursa paska libur. Demikian pula akan terjadi efek negatif bila terjadi keadaan yang sebaliknya, yaitu sebelum libur, bursa efek sepi dari pembeli.

Menjelang hari raya Idul Fitri tahun 2005, selain transaksi perdagangan sepi, juga telah terjadi penurunan kinerja di BEI. Di awal pekan indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka pada posisi 1.075,9 dan akhir pekan ditutup pada posisi 1.058,3 atau turun 1,6%. Penelitian yang dilakukan pada Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu antara 1998 sampai 2003, umumnya menunjukkan sesudah libur hari raya Idul Fitri, kinerja bursa sedikit membaik dibandingkan sebelum libur.

Beberapa peneliti mengungkapkan hal itu akan tergantung mood dari para investor, apakah mereka pada keadaan mood tinggi (highest mood) atau dalam keadaan mood rendah (lowest mood). Jika investor dalam keadaan mood tinggi, maka mereka akan berselera dan bersemangat bertransaksi. Sebaliknya jika dalam keadaan mood rendah mereka tidak akan bergairah dalam bertransaksi.

Telaah teori pada perilaku keuangan (behavior finance) menjelaskan, keputusan investor sangat mungkin didasarkan atas perilaku yang bias, emosi maupun mood. John R Nofsinger menjelaskan mood masyarakat (social mood) akan mewarnai mood para investor. Jika masyarakat umumnya merasa optimistis dalam melihat keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka para investor di pasar modal juga akan cenderung optimistis dan dalam keadaan


(24)

mood tinggi. Sebaliknya jika mood masyarakat pesimistis, maka investor akan cenderung pesimistis dan dalam keadaan mood rendah. Mood menggambarkan karakter yang sedang melekat pada diri investor.

Penelitian terdahulu yang menganalisa tentang pasar efisien dan anomali-anomalinya, ialah : Ahmad Rodoni (2004) melakukan penelitian tentang Anomali Kalender : Pengaruh Keuntungan Menjelang Hari Libur Dan Keuntungan Bulan Januari. Dengan hasil penelitian pengaruh hari cuti umum menunjukkan bahwa keuntungan saham pada hari menjelang cuti umum mempunyai keuntungan positif lebih besar dibandingkan dengan hari perdagangan biasa, akan tetapi beliau hanya menemukan beberapa saham saja yang menunjukkan perbedaan yang signifikan daripada saham secara keseluruhannya, yaitu 40 saham. Dan beliau juga menemukan hasil bahwa pengaruh bulan Januari tidak ada di BEJ.

Fazal J. Seyyed, Abraham Abraham, Mohsen Al-Hajji ( 2005 ) didalam penelitiannya yang berjudul Seasonality in stock returns and volatility: The Ramadan Effect meneliti pengaruh bulan Ramadan terhadap tingkat return dan volatilitas dari bursa saham Saudi secara keseluruhan, Objek penelitian, mengambil sampel 6 saham yang aktif diperdagangkan di bursa saham Saudi dan dengan menggunakan metode GARCH dalam penelitiannya. Diperoleh hasil, yaitu : sepanjang bulan Ramadan, segala aktivitas pasar tertuju pada kegiatan keagamaan, yang menyebabkan aktivitas pasar berjalan perlahan. Satu pengujian transaksi data memperlihatkan bahwa adanya kemerosotan transaksi selama bulan suci. Dan mengamati kemerosotan pada keadaan


(25)

volatilitas, terdapat sebuah kemerosotan yang berpengaruh di keadaan volatilitas. Hal ini tampak konsisten dengan aktivitas pasar yang menurun.

Rr. Iramani dan Ansyori Mahdi (2006) melakukan penelitian tentang Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham pada BEJ yang menggunakan monday effect, week four effect, rogalski effect dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa hari perdagangan berpengaruh signifikan terhadap return saham harian pada Bursa Efek Jakarta tahun 2005. Hal ini membuktikan bahwa terjadi fenomena day of week effect di Bursa Efek Indonesia, dimana return terrendah terjadi pada hari Senin dan return tertinggi terjadi pada hari Selasa. Hasil empiris ini juga memberikan bukti bahwa terjadi Monday Effect pada Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005. Fenomena week four effect juga berhasil ditemukan pada Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005, dimana return negatif signifikan terjadi pada hari Senin minggu keempat dan kelima setiap akhir bulan. Namun penelitian ini tidak berhasil menemukan bukti terjadinya adanya Rogalski Effect pada bulan April diBursa Efek Jakarta pada tahun 2005.

Dari penelitian-penelitian tersebut, maka menarik untuk diteliti kembali mengenai anomali kalender yaitu untuk membuktikan adanya pengaruh hari libur terhadap return satu hari menjelang hari libur, yang menghasilakan output kinerja bursa sebelum libur dapat terkena efek positif atau negatif. Dengan menambahkan satu hari libur nasional yaitu hari raya imlek dan penelitian ini menggunakan Indeks sebagi objeknya, dimana Indeks harga saham merupakan indikator perdagangan saham yang dibuat berdasarkan


(26)

rumusan tertentu untuk mencerminkan tingkat aktivitas dan fluktuasi sebuah

bursa efek Jadi penelitian ini mencakup keseluruhan kegiatan saham

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana objek penelitiannya adalah : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ-45, Indeks JII dan Indeks Sektoral yang terdiri dari sembilan sektor, yaitu : Agriculture, Basic Industry and Commodity, Construction, Property, and Real Estate, Consumer Goods, Finance, Infrastructure and Utility, Mining, Miscellaneous Industry, and Trade and Service di BEI periode 2003 hingga 2007.

B. Identifikasi Masalah

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi return, antara lain adalah :

1. Faktor Makro Ekonomi seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar, dan lain sebagainya.

2. Faktor Fundamental Perusahaan seperti rasio-rasio keuangan, ukuran perusahaan (size effect), rasio nilai buku dan pasar (book value to market value ratio)

3. Faktor penanggalan dan musim, yang dikenal dengan istilah calender anomalies atau seasonalities seperti January effect, Monday effect, Day of the week effect, Week four effect, Weekend effect, Rogalski effect, Holiday effect, dan Ramadan effect, dll.


(27)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas baik dari faktor makro ekonomi, faktor fundamental, dan faktor penanggalan dan musim dapat mempengaruhi return saham di pasar modal. Dengan adanya teori pasar efisien di pasar modal yang menyatakan bahwa pengertian pasar modal yang efisien secara umum adalah suatu pasar yang bereaksi terhadap suatu informasi dengan cepat dan akurat sehingga harga-harga surat berharga telah mencerminkan semua informasi yang tersedia dan semakin cepatnya informasi yang diserap dalam pasar modal tersebut. Dengan adanya anomali kalender terhadap perubahan keuntungan saham yang masih menjadi fenomena di bursa efek indonesia. Oleh karena itu, untuk membuktikan fenomena tersebut diperlukan penelitian terhadap perubahan keuntungan harga saham, apakah perubahan harga saham menunjukkan penyimpangan kearah tertentu. Diantara cara yang dapat dilakukan untuk membuktikan adanya anomali kalender dengan melihat perubahan harga pada ” pengaruh hari libur terhadap return menjelang hari libur ”. Objek penelitian pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ-45, Indeks JII dan sembilan Indeks Sektoral di BEI periode 2003 hingga 2007.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah, Apakah terdapat pengaruh hari libur terhadap return satu hari menjelang hari libur pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ-45, Indeks JII dan Sembilan Indeks Sektoral di BEI, periode 2003 hingga 2007.


(28)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya anomali kalender yaitu holiday effect terhadap return satu hari menjelang hari libur pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ-45, Indeks JII dan Sembilan Indeks Sektoral di BEI periode 2003 hingga 2007.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian ini adalah : a. Bagi Penulis

Agar dapat memperluas pengetahuan tentang karakteristik pasar efeisien, anomali-anomali yang terdapat didalam pasar efeisien, dan pasar modal pada umumnya, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi return di pasar modal khususnya.

b. Bagi Investor

Menjadi bahan pertimbangan bagi para investor maupun calon investor dalam melakukan investasi pasar modal, untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi return sebelum melakukan investasi.


(29)

c. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangsih ilmu dalam bidang keuangan, dan juga menjadi masukan kepada mahasiswa untuk mendalami dan melanjutkan penelitian ini.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pasar Efisien

(Didalam penelitian Tatang Ary Gumanti dan Elok Sri Utami, 2002 : 2). Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama pada tahun 1970. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan pasar adalah pasar modal (capital market) dan pasar uang. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal return), setelah disesuaikan dengan risiko, dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Artinya, harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada atau “stock prices reflect all available information”. Ekspresi yang lain menyebutkan bahwa dalam pasar yang efisien harga-harga asset atau sekuritas secara cepat dan utuh mencerminkan informasi yang tersedia tentang aset atau sekuritas tersebut.

Dalam mempelajari konsep pasar efisien, perhatian kita akan diarahkan pada sejauh mana dan seberapa cepat informasi tersebut dapat mempengaruhi pasar yang tercermin dalam perubahan harga sekuritas. Dalam hal ini Haugen pada tahun 2001 membagi kelompok informasi menjadi tiga, yaitu (1) informasi harga saham masa lalu (information in past stock prices), (2) semua informasi publik (all public information), dan (3) semua informasi yang ada termasuk informasi orang dalam (all available information including inside or


(31)

private information). Masing-masing kelompok informasi tersebut mencerminkan sejauh mana tingkat efisiensi suatu pasar.

(Jones, 2008 : 321) pasar efisien merupakan pasar dimana harga dari semua sekuritas bereaksi secara cepat atau akurat dan mencerminkan semua informasi yang tersedia. Jones menyebutkan bahwa didalam pasar efisien, bahwa arus harga surat berharga dari setiap perusahaan adalah relevan dan didalam pasar efisien, harga-harga surat berharga mencerminkan semua informasi yang tersedia sehingga penewaran tingkat retrun konsisten terhadap tingkat resiko. Dan Jones juga menyebutkan bahwa harga sekarang suatu saham (sekuritas) mencerminkan dua jenis informasi, yaitu informasi yang sudah diketahui dan informasi yang masih memerlukan dugaan. Informasi yang sudah diketahui meliputi dua macam, yaitu informasi masa lalu (misalnya laba tahun atau kuartal yang lalu) dan informasi saat ini (current information) selain juga kejadian atau peristiwa yang telah diumumkan tetapi masih akan terjadi (misalnya rencana pemisahan saham).

(Suad Husnan, 1996 : 256) yaitu : Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut.

(Weston dan Copeland, 1995 : 107) menyatakan efisiensi dalam pasar saham menunjukan secara tidak langsung bahwa seluruh informasi relevan yang tersedia tentang suatu saham langsung tercvermin dalam harganya, dengan kata lain, sebuah pasar yang efisien adalah pasar dimana harga suatu


(32)

surat berharga saat ini memberikan estimasi terbaik tentang nilai yang sebenarnya.

(Rose, 2000 : 51) mendefinisikan pasar modal yang efisien ialah : Efficient in hypotesis is a theory of the financial markets that argues that security prices tend to fluctuate randomly around their intrinsic value, return quicly to equilibrium and fully reflect the latest information available.

Hipotesis pasar modal yang efisien adalah sebuah teori pasar keuangan dimana harga-harga surat berharga cenderung berfluktuasi secara acak dengan sektor nilai intrinsik, cepatnya prgerakan return ke titik ekuilibrium dan secara menyeluruh merefleksikan informasi-informasi terbaru yang tersedia.

(Higgin S, 2001 : 169) pasar modal yang efisien merupakan pasar dimana harga-harga menyesuaikan secara cepat terhadap informasi baru dan harga-harga saat ini merefleksikan secara penuh yang tersedia tentang aset-aset yang diperdagangkan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan pengertian pasar modal yang efisien secara umum adalah suatu pasar yang bereaksi terhadap suatu informasi dengan cepat dan akurat sehingga harga-harga surat berharga telah mencerminkan semua informasi yang tersedia dan semakin cepatnya informasi yang diserap dalam pasar modal tersebut. Berdasarkan pengertian ini efeisiensi pasar tersebut, berarti efisien dalam informasi. Dan Fama pada tahun 1970 telah membagi informasi ini dalam 3 subset yang dikutip oleh (Rodoni dan Yong, 2002 : 64) yaitu :


(33)

1. Informasi tentang harga saham waktu yang lalu, ini bermaksud informasi tentang harga saham waktu lalu yang relevan dengan penilaian saham saat ini atau akan datang. Sebagian penyelidik memasukkan informasi tentang jumlah perdagangan saham ke dalam subset ini.

2. Informasi umum, ini bermaksud informasi umum tentang sesuatu perusahaan, industri dan ekonom dunia dapat diperoleh melalui pengumuman umum baik media cetak maupun elektronik.

3. Informasi dalaman yaitu informasi persendirian yang hanya dimiliki oleh segelintir individu saja.

Informasi dalaman Informasi umum

Informasi harga waktu yang lalu

Gambar 2.1 Subset Informasi Sumber : (Rodoni dan Yong, 2002 : 64)

Ciri-ciri pasar yang tidak efisien (H,M. Jogiyanto, 2003 : 394) :

1. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga dari sekuritas.


(34)

2. Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap suatu informasi yang sama.

3. Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian pelaku-pelaku pasar.

4. investor adalah individual-individual yang lugas (navie investor) dan tidak canggih (unsophisticated investor). Untuk pasar yang tidak efisien, masih banyak investor yang bereaksi terhadap informasi secara lugas (navie fashion), karena mereka mempunyai kemempuan terbatas di dalam mengartikan dan menginterpretasikan informasi yang diterima. Membahas pasar efisien, pasti menimbulkan pertanyaan mengapa harus ada konsep pasar efisien dan mungkinkah pasar efisien ada dalam kehidupan nyata. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kondisi-kondisi berikut idealnya harus terpenuhi (H,M. Jogiyanto, 2003 : 393):

1. Banyak terdapat investor rasional dan berorientasi pada maksimisasi keuntungan yang secara aktif berpartisipasi di pasar dengan menganalisis, menilai, dan berdagan saham. Investor-investor ini adalah price taker, artinya pelaku itu sendiri tidak akan dapat mempengaruhi harga suatu sekuritas.

2. Tidak diperlukan biaya untuk mendapatkan informasi dan informasi tersedia bebas bagi pelaku pasar pada waktu yang hampir sama (tidak jauh berbeda).


(35)

3. Informasi diperoleh dalam bentuk acak, dalam arti setiap pengumuman yang ada di pasar adalah bebas atau tidak terpengaruh dari pengumuman yang lain.

4. Investor bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya terhadap informasi baru yang masuk di pasar, yang menyebabkan harga saham segera melakukan penyesuaian.

Kondisi-kondisi di atas mungkin terkesan kaku atau akan sulit untuk dapat dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Harus diakui bahwa akan sulit sekali untuk mewujudkan kondisi sebagaimana di atas. Walaupun demikian, perlu dipertimbangkan seberapa dekat kondisi-kondisi tersebut dengan kenyataan yang ada di pasar satu per satu.

Investor pasti senantiasa memperhatikan pergerakan harga di pasar. Artinya, baik investor individual maupun institusi mengikuti pergerakan pasar tiap saat secara seksama, dan selalu siap untuk melakukan traksaksi beli atau jual manakala menurut perhitungan akan didapat hasil yang menguntungkan. Dengan kata lain, investor yang secara cepat dapat mengetahui potensi adanya nilai tambah akan dapat memperoleh keuntungan dengan menggunakan pilihan strategi yang tepat.

Walaupun untuk mendapatkan informasi diperlukan pengorbanan (tidak gratis), untuk institusi di dunia bisnis, pencarian berbagai jenis informasi sudah merupakan sesuatu yang biasa dan urusan biaya adalah sesuatu yang wajar dan banyak pelaku lain yang memperolehnya secara gratis (walaupun mungkin investor dikenai biaya broker atau jasa lainnya). Informasi yang ada


(36)

dapat dengan mudah diperoleh dan hampir setiap saat sama seperti halnya informasi yang disampaikan lewat radio, televisi, atau alat komunikasi khusus yang tersedia bagi investor yang rela untuk membayar untuk mendapatkannya. Fleksibilitas dan bervariasinya sumber dan jenis informasi memungkinkan investor untuk mendapatkan informasi secara gratis.

Informasi diperoleh dalam bentuk acak dan bebas yang setiap saat dapat muncul. Artinya, hampir semua investor tidak dapat memprediksi kapan perusahaan akan mengumumkan perkembangan baru yang penting, kapan perang akan terjadi, kapan pemogokan tenaga kerja akan terjadi, kapan nilai tukar mata uang akan turun atau naik, atau kapan pemimpin negara akan mengalami serangan jantung dan mati mendadak. Walaupun ada ketergantungan terhadap beberapa informasi sepanjang waktu, tetap saja bahwa pengumuman suatu peristiwa, misalnya adanya corporate actions, adalah independen dan dapat muncul setiap saat, dengan kata lain acak.

Bila kondisi keempat terpenuhi, jelas bahwa hasil yang dapat diduga adalah investor akan dengan segera melakukan penyesuaian setiap saat ada informasi baru masuk ke pasar. Lagipula, perubahan harga adalah independen dan tidak terpengaruh oleh harga yang lain dan harga bergerak dalam bentuk acak (random walk). Artinya, harga hari ini tidak terpengaruh oleh harga kemarin, karena harga yang terbentuk hari ini terjadi berdasarkan pada informasi baru yang masuk ke dan diterima di pasar. Dari paparan di atas, menunjukkan bahwa jika ke empat kondisi ideal yang disyaratkan terpenuhi, maka terwujudlah suatu pasar efisien.


(37)

B. Bentuk Pasar Efisien

Menurut Fama pada tahun 1970 bentuk efisien pasar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yang dikenal sebagai hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis). Ketiga bentuk efisien pasar dimaksud adalah (1) hipotesis pasar efisien bentuk lemah (weak form of the efficient market hypothesis), (2) hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat (semistrong form of the efficient market hypothesis), dan hipotesis pasar efisien bentuk kuat (strong form of the efficient market hypothesis). Masing-masing bentuk pasar efisien tersebut terkait erat dengan sajauh mana penyerapan informasi terjadi di pasar. Dalam hal ini Levy pada tahun 1996 menggambarkan dengan cukup jelas tentang bagaimana keterkaitan antara informasi dan pasar efisien.

Gambar 2.2

Sumber Data dalam Kaitannya dengan Pandangan Seseorang tentang Efisien Tidaknya Sebuah Pasar Modal

(Sumber: Levy, 1996 : 419)

Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.2, berdasarkan pada tingkatannya, informasi dapat dibedakan menjadi lima kelompok. Sedangkan


(38)

berdasarkan pada tingkat efisiensinya, pasar dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, dimana kelompok pasar dengan efisiensi terendah disebut pasar tidak efisien, sedangkan yang tertinggi tingkatannya adalah pasar efisien sempurna. Bila dikaitkan hubungan antaratingkat informasi dan tingkat efisiensi pasar, nampak jelas bahwa kelima kelompok pada masing-masing bagian saling berkorespondensi. Misalnya, pasar dikatakan tidak efisien bilamana semua informasi yang ada dan tersedia dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return di pasar. Dikatakan pasar efisien sempurna bilamana tidak sebuah informasipun yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return di pasar.

Berbeda dengan Fama pada tahun 1970 yang membagi jenis pasar efisien menjadi tiga berdasarkan pada kekuatan data yang ada, West pada tahun 1975 membagi pasar efisien menjadi dua macam, yaitu pasar efisien secara operasional atau internal (operationally or internally efficient market) dan pasar efisien secara eksternal atau harga (price or externally efficient market). Dikatakan pasar efisien secara operasional bilamana investor dikenai jasa transaksi semurah mungkin berkaitan dengan biaya-biaya atas terjadinya suatu transaksi. Contoh biaya-biaya transaksi di pasar modal (uang) adalah biaya komisi broker (brokerage commission), biaya eksekusi (execution fees), biaya-biaya lain, dan biaya peluang (opportunity loss) (Fabozzi dan Modligiani, 1996 : 155). Adapun yang dimaksud dengan pasar efisien secara eksternal atau harga adalah suatu kondisi bilamana harga setiap saat benar-benar mencerminkan informasi yang tersedia (available information).


(39)

Informasi yang tersedia tersebut merupakan informasi yang relevan untuk dipergunakan dalam penilaian sekuritas. Informasi relevan dalam hal ini adalah informasi yang dengan segera tercermin pada harga sekuritas.

Definisi pasar efisien juga dapat ditinjau berdasarkan pada distribusi informasi. (Beaver, 1986:130) mencoba untuk melihat pasar efisien dari sudut pandang distribusi informasi dengan mengatakan bahwa “a security market is said to be efficient with respect to an information system if and only if the prices act as if everyone observes the signals from that information system”. Menurut definisi ini, harga merupakan cermin dari adanya pemahaman menyeluruh (universal) atas suatu informasi sehingga jika harga memiliki kandungan informasi, maka dikatakan bahwa harga yang terbentuk ‘sepenuhnya mencerminkan’ sistem informasi.

Terkait dengan definisi menurut Beaver pada tahun 1986, pertanyaannya yang perlu dijawab sekarang adalah informasi apa yang dikatakan sebagai ‘mencerminkan sepenuhnya’ tadi. Tidak dapat disangkal bahwa informasi yang diyakini dapat mencerminkan harga akan menjadi sorotan banyak pihak yang berkepentingan di pasar modal. Pihak-pihak dimaksud antara lain adalah pembuat kebijakan (pemerintah, badan pengawas pasar modal atau asosiasi penentu kebijakan akuntansi), manajemen perusahaan sebagai pembuat laporan keuangan, akuntan (auditor) sebagai pihak yang memberikan sertifikasi, dan perantara informasi, seperti pelanggan dan pesaing, serta investor.


(40)

Walaupun ada tiga definisi pasar efisien yang kita kenal, pembahasan dalam tulisan ini ditekankan pada definisi pasar efisien menurut Fama pada tahun 1970, karena definisi pasar efisien tersebut yang paling mendapat perhatian dan paling sering diuji. Selain itu, secara teoritis, operasional, dan empiris pengujian tiap bentuk pasar efisien memang berdasarkan pada teori pasar efisien yang dikemukan oleh Fama pada tahun 1970.

1. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah (Weak Form)

(Bodie, 2008 : 361) Dalam hipotesis ini harga saham diasumsikan mencerminkan semua informasi yang terkandung dalam sejarah masa lalu tentang harga sekuritas yang bersangkutan. Artinya, harga yang terbentuk atas suatu saham, misalnya, merupakan cermin dari pergerakan harga saham yang bersangkutan di masa lalu. Misalkan, ada bentuk musiman atas kinerja harga suatu saham yang menunjukkan bahwa harga saham akan naik menjelang tutup tahun (akhir tahun) dan kemudian turun pada awal tahun. Berdasarkan pada hipotesis pasar efisien bentuk lemah, pasar akan segera mengetahui dan merevisi kebijakan harganya dengan melakukan perubahan terhadap strategi perdagangannya. Mengantisipasi kemungkinan penurunan harga pada awal tahun, pedagang akan menjual saham yang dimilikinya sesegera mungkin untuk menghindari kerugian sebagai akibat dari “jatuhnya” harga saham perusahaan yang diamati. Upaya yang dilakukan pedagang tersebut akan menyebabkan harga saham perusahaan secara keseluruhan akan turun. Investor yang cerdik tentu akan menjual saham yang dimilikinya pada akhir tahun untuk menghindari kerugian sebagai akibat dari menurunnya harga


(41)

saham di awal tahun. Singkatnya, upaya pedagang untuk sesegera mungkin menjual saham tersebut akan secara umum menyebabkan terjadinya penurunan harga pada awal tahun. Bentuk yang sama juga terjadi bilamana sebuah saham memiliki karakter harga yang secara historis turun di akhir tahun dan naik di awal-awal perdagangan setiap tahun. Apabila kondisi pasar memang demikian, artinya bahwa harga yang terbentuk mencerminkan perilaku harga secara historis, bentuk pasar efisien lemah dapat dikatakan terpenuhi.

Jika hipotesis pasar bentuk lemah terpenuhi, dan akibatnya harga adalah bebas (independent) dari bentuk harga saham historis, maka dapat dikatakan bahwa perubahan-perubahan harga akan mengikuti kaedah jalan acak (random walk) manakala pengujian hanya dilakukan terhadap perubahan harga secara historis. Jalan acak adalah konsep statistik yang memprediksi bahwa keluaran (output) berikutnya (akan datang) dalam suatu urutan tidak tergantung pada keluaran (output) sebelumnya. Contoh sederhana dari penerapan kaedah jalan acak adalah pelemparan uang receh, yang misalnya, satu sisi bergambar kepala dan sisi lainnya bergambar pohon. Walaupun dalam tiga lemparan pertama yang keluar adalah gambar kepala, tidak berarti bahwa lemparan yang berikutnya akan keluar lagi gambar kepala. Hasil untuk lemparan berikutnya sama sekali tidak tergantung pada lemparan pertama atau kedua.

Karena sekuritas berisiko menawarkan return positif, kita dapat mengharapkan bahwa harga saham akan senantiasa naik atau mengalami apresiasi sepanjang waktu. Tetapi tren atau kecenderungan kenaikan tersebut


(42)

tidak selamanya akan begitu, karena perubahan harga mengikuti kaedah jalan acak. Seandainya saat ini sekuritas yang dimiliki harganya adalah Rp 1000,- maka setiap periode harganya akan naik sebesar 12% dengan kemungkinan 75% atau turun 10% dengan kemungkinan 25%. Dalam hal ini jelas bahwa tiga per-empat dari keluaran akan menghasilkan return 12% sedangkan seperempatnya akan menghasilkan return -10%. Selanjutnya dapat dihitung return yang diharapkan (expected return) adalah E(R) = 0,75 (12%) + 0,25 (-10%) = 6,5%.

Walaupun tingkat pengembalian yang diharapkan di sini adalah 6,5%, nilai yang sebenarnya tetap saja merupakan nilai yang acak (tidak dapat diketahui dengan pasti). Sehingga, dalam hal ini kita dapat mengatakan bahwa harga sekuritas mengikuti kaedah jalan acak. Strategi perdagangan yang menggunakan data pasar histories (umumnya harga saham) dikenal dengan sebutan analisis teknikal (Technical Analysis).

2. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Semi-Kuat (Semi-Strong Form) Menurut hipotesis pasar efisien bentuk semi-kuat, dalam artikel yang lain Fama pada tahun 1991 menyebutnya sebagai studi peristiwa (event studies), harga mencerminkan semua informasi publik yang relevan. Di samping merupakan cerminan harga saham historis, harga yang tercipta juga terjadi karena informasi yang ada di pasar, termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan dan informasi tambahan (pelengkap) sebagaimana diwajibkan oleh peraturan akuntansi. Informasi yang tersedia di public juga


(43)

dapat berupa peraturan keuangan lain seperti pajak bangunan (property) atau suku bunga dan/atau beta saham termasuk rating perusahaan.

Menurut konsep semi-kuat, investor tidak akan mampu untuk memperoleh abnormal returns dengan menggunakan strategi yang dibangun berdasarkan informasi yang tersedia di publik. Dengan kata lain, analisis terhadap laporan keuangan tidak memberikan manfaat apa-apa. Ide dari pandangan ini adalah bahwa sekali informasi tersebut menjadi informasi publik (umum), artinya tersebar di pasar, maka semua investor akan bereaksi dengan cepat dan mendorong harga naik untuk mencerminkan semua informasi publik yang ada. Jadi, informasi yang baru saja didapat dari membaca koran Bisnis Indonesia atau Kompas, misalnya mengenai penemuan obat baru atau ancaman akan munculnya perang di Kawasan Asia Timur atau Timur Tengah, dengan segera sudah tercermin pada harga sekuritas. Investor sudah tidak mungkin mendapatkan abnormal return ketika melakukan transaksi di pasar modal berdasarkan informasi publik tersebut. Harga pada tingkat beli atau jual saham sudah lebih dahulu mencerminkan informasi tersebut karena pasar akan dengan segera bereaksi.

Berlawanan dengan pendukung hipotesis pasar efisien bentuk lemah, pada pasar efisien bentuk semi-kuat ada banyak investor yang berfikir bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan pengamatan secara seksama terhadap informasi publik yang tersedia di pasar, khususnya informasi akuntansi. Investor yang melakukan analisis dengan menggunakan data atau informasi akuntansi (dari laporan keuangan) dan dari sumber lain


(44)

untuk mengidentifikasi saham yang salah harga (mispriced) disebut investor tersebut melakukan analisis fundamental (Fundamental Analysis).

3. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Kuat (Strong Form)

(Bodie, 2008 : 361) Pasar efisien bentuk kuat menyatakan bahwa harga yang terjadi mencerminkan semua informasi yang ada, baik informasi publik (public information) maupun informasi pribadi (private information). Jadi, dalam hal ini, bentuk kuat mencakup semua informasi historis yang relevan dan juga informasi yang ada di publik yang relevan, disamping juga informasi yang hanya diketahui oleh beberapa pihak saja, misalnya manajemen perusahaan, dewan direksi, dan kreditor.

Misalnya, salah satu anggota direktur perusahaan telekomonikasi PT. Telkom Indonesia, Tbk mengetahui sebuah rencana akuisisi atau pengambil-alihan terhadap PT. Indosat, Tbk. Informasi tersebut dimanfaatkan oleh Direktur dengan menyuruh istri atau anaknya atau teman dekatnya untuk membeli saham PT. Telkom Indonesia Tbk, sebelum informasi atau rencana akuisisi tersebut diberitakan atau menjadi milik umum. Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu perdagangan dengan orang dalam (insider trading), adanya penggunaan kelebihan informasi untuk membeli saham atau melakukan suatu perdagangan. Bila bentuk pasar efisien kuat memang ada, maka dipercaya bahwa keluarga dekat Direktur tersebut tidak akan memperoleh abnormal returns. Sebaliknya, bilamana keluarga Direktur tersebut mendapatkan abnormal return, maka dikatakan bahwa pasar belum berbentuk efisiensi kuat (strong form). Perlu dicatat disini bahwa perdagangan


(45)

dengan menggunakan informasi orang dalam atau tepatnya perdagangan oleh orang dalam (insider trading) tidak dibenarkan dan dilarang.

Bentuk pasar efisien kuat merupakan bentuk pasar efisien paling ketat. Hal ini terkait dengan pengertiannya bahwa harga pasar mencerminkan semua informasi, baik publik maupun nonpublik. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka dalam konteks pasar efisien bentuk kuat tidak ada seorangpun baik individu maupun institusi dapat memperoleh abnormal return, untuk suatu periode tertentu, dengan menggunakan informasi yang tersedia di publik dalam konteks kelebihan informasi, termasuk di dalamnya informasi yang hanya dapat diakses oleh orang-orang tertentu.

Beberapa bukti empiris mendukung adanya pasar efisien, khususnya di Amerika Serikat, tetapi bukti-bukti yang tidak mendukung juga banyak. Sehingga, efisien tidaknya pasar modal, atau tepatnya masuk dalam kelompok bentuk efisien mana sebuah pasar modal, tergantung dari ada tidaknya bukti tentang abnormal return yang dapat diperoleh oleh investor.

Dalam perkembangannya, para peneliti sepertinya sepakat untuk menyebut bahwa pengujian terhadap bentuk kuat hipotesis pasar efisien sering dikaitkan dengan keberhasilan dalam penggunaan akses monopolistik terhadap informasi oleh pelaku pasar tertentu. Tentu saja efisiensi bentuk kuat mengungguli baik pasar efisien bentuk lemah maupun bentuk semi-kuat dan merupakan bentuk efisiensi paling tinggi dan secara empiris paling sulit untuk diuji.


(46)

C. Anomali Pasar (Market Anomalies)

Dalam membahas pengujian pasar efisien, maka harus juga membahas tentang adanya ketidak-teraturan (anomali) yang ada yang terkait dengan hipotesis pasar efisien. Anomali di sini adalah salah satu bentuk dari fenomena yang ada di pasar. Pada anomali ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada bilamana dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada. Artinya, suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return. Dengan kata lain seorang investor dimungkinkan untuk memperoleh abnormal return dengan mengandalkan suatu perisitiwa tertentu. Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar efisien saja, tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang lain. Artinya, bukti empiris adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk pasar efisien, walaupun kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien semi-kuat (semi strong).

Dalam teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar. Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event anomalies), dan anomaly akuntansi (accounting anomalies). Tabel 2.1 menyajikan rangkuman lengkap tentang berbagai macam anomali yang telah ditemukan di pasar sekuritas (saham).


(47)

Tabel 2.1

Ringkasan Anomali Pasar No Kelompok Jenis Khusus Keterangan 1 Anomali

Peristiwa 1. Analysts’ Recomendataion 2. Insider Trading 3. Listings

4. Value Line Rating Changes

Semakin banyak analis merekomendasi untuk membeli suatu saham, semakin tinggi peluang harga akan turun.

Semakin banyak saham yang dibeli oleh insiders, semakin tinggi kemungkinan harga akan naik.

Harga sekuritas cenderung naik setelah perusahaan mengumumkan akan melakukan pencatatan saham di Bursa.

Harga sekuritas akan terus naik setelah Value Line menempatkan rating perusahaan pada urutan tinggi.

2 Anomali Musiman

1. January

2. Week-end

3. Time of Day

4. End of Month

5. Seasonal

6. Holidays

Harga sekuritas cenderung naik di bulan Januari, khususnya di hari-hari pertama. Harga sekuritas cenderung naik hari Jum’at dan turun hari Senin.

Harga sekuritas cenderung naik di 45 menit pertama dan 15 menit terakhir perdagangan. Harga sekuritas cenderung naik di hari-hari akhir tiap bulan

Saham perusahaan dengan penjualan musiman tinggi cenderung naik selama musim ramai. Ditemukan return positif pada hari terakhir sebelum liburan.

3 Anomali Perusahaan

1. Size

2. Closed-end Mutual funds

Return pada perusahaan kecil cenderung lebih besar walaupun sudah disesuaikan dengan risiko.

Return pada close-end funds yang dijual dengan potongan cenderung lebih tinggi.


(48)

3. Neglect

4. Institutional Holdings

Perusahaan yang tidak diikuti oleh banyak analis cenderung menghasilkan return lebih tinggi.

Perusahaan yang dimiliki oleh sedikit institusi cenderung memiliki return lebih tinggi. 4 Anomali

Akuntansi 1. P/E 2. Earnings Surprise 3. Price/Sales 4. Price/Book

5. Dividend Yield

6. Earnings Momentum

Saham dengan P/E ratio rendah cenderung memiliki return yang lebih tinggi.

Saham dengan capaian earnings lebih tinggi dari yang diperkirakan cenderung mengalami peningkatan harga.

Jika rasionya rendah cenderung berkinerja lebih baik.

Jika rasionya rendah cenderung berkinerja lebih baik.

Jika yield-nya tinggi cenderung berkinerja lebih baik.

Saham perusahaan yang tingkat pertumbuhan earnings-nya meningkat cenderung berkinerja lebih baik.

(Sumber: Levy 1996: 436).

Sebagai contoh anomali kalender (Charles P. Jones, 2007 : 339) pengaruh bulan Januari terhadap retrun Nasdaq Composite Index, bahwa selama bulan Januari periode 1985-1999 performa indeks tersebut menunjukkan nilai yang positif D. Pengaruh Hari Libur

Menurut Dewi Sri pada tahun 2002 asumsi yang sering depegang ialah bahwa return yang diperoleh untuk setiap saham akan sama baiknya pada setiap periode transaksi saham (trading days). Dengan demikian pola perubahaan return saham akan terdeteksi. Pada pengaruh hari libur (holiday


(49)

effect), yang terjadi adalah terdapat kecendrungan-kecendrungan return saham pada satu hari sebelum libur (preholiday return) dan return sehari sesudah libur (postholiday return) akan lebih tinggi dibandingkan return saham pada hari-hari perdagangan biasa. Studi Fields pada tahun 1934 merupakan bukti paling awal terhadap pengaruh hari libur. Beliau menemukan bukti bahwa Dow Jones Industrial Average (DJIA) menunjukkan keuntungan lebih besar menjelang hari libur dibandingkan dengan hari perdaganan biasa.

E. Return

Didalam penelitian Weny Evanti tahun 2007 Return adalah tingkat keuntungan atau kerugian dari suatu investasi pada periode tertentu. Yaitu perubahan nilai investasi ditambah suatu distribusi selama periode tertentu dibandingkan dengna nilai investasi pada periode awal. Jadi return dihasilkan dari dua sumber, yaitu : pendapatan (arus kas) dan peningkatan harga dari investasi (capital gain / capital loss)

Tingkat hasil pengembalian atau rate of return merupakan suatu pengukuran seberapa besar penerimaan atau pendapatan yang dapat diterima dari suatu investasi dibandingkan terhadap biaya investasi awal yang dikeluarkan.

Return dapat dipandang sebagai penghargaan atas investasi yang dilakukan. Besarnya keuntungan tergantung dari besarnya risiko yang diambil oleh investor, semakin tinggi risikonya maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang diharapkan.


(50)

Return yang diperoleh dari suatu investasi yaitu berupa capital gain dan deviden (jika ada). Keuntungan pasar modal atau capital gain yaitu keuntungan penjualan saham akibat selisih dari harga beli dengan harga jual.

Menurut (Jogiyanto, 2003 : 109) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return adalah tingkat keuntungan yang dinikmati pemodal atas suatu investasi yang ditanamkannya.

Return Lazim diformulasikan dalam rumus matematis yaitu :

P

t

– P

t-1

R =

Pt-1

Dimana : R = Tingkat Keuntungan / Pengembalian Pt = Harga Penutupan Hari Tersebut

Pt-1 = Harga Penutupan Hari Sebelumnya

F. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya : Fields (1934) merupakan orang pertama yang melakukan penelitian mengenai pengaruh hari libur terhadap return saham, hasil penelitian pada Dow Jones Industrial Average (DJIA) menyimpulkan bahwa return saham cenderung tinggi pada hari menjelang libur dibandingkan pada hari-hari perdagangan biasa.

Dwi Cahyaningsih (2005) Riset ini merupakan analisis pengaruh hari perdagangan terhadap return saham, yaitu pengujian week-four effect dan


(51)

rogalski effect. Objek penelitian, mengambil sampel 73 saham yang aktif diperdagangkan di BEI. Dengan periode penelitian adalah 1 Januari 2001 hingga 31 desember 2003. Dengan menggunakan analisis regresi, dan diperoleh hasil terjadinya fenomena day of the week effect di BEI, dimana return terendah terjadi pada hari senin (Monday effect) dan return tertinggi pada hari jum’at (Weekend effect). Pada periode penelitian yaitu tahun 2001-2003 fenomena week-four effect tidak berhasil diidentifikasi. Sehingga Monday effect tidak hanya digerakan oleh return senin yang negatif di minggu keempat dan kelima. Hal ini mengindikasikan tuntutan likuiditas tidak mempengaruhi aktivitas perdagangan di BEI. Secara keseluruhan juga tidak ada perbedaan antara return jum’at yang negatif dan return jum’at yang positifdalam menggerakan terjadinya Monday effect. Rogalski effect ditemukan terjadi bulan April berkaitan dengan sistim pelaporan laporan keuangan di BEI.

Ahmad Rodoni (2004) melakukan penelitian tentang Anomali Kalender : Pengaruh Keuntungan Menjelang Hari Libur Dan Keuntungan Bulan Januari. Dengan hasil penelitian pengaruh hari cuti umum menunjukkan bahwa keuntungan saham pada hari menjelang cuti umum mempunyai keuntungan positif lebih besar dibandingkan dengan hari perdagangan biasa, akan tetapi beliau hanya menemukan beberapa saham saja yang menunjukkan perbedaan yang signifikan daripada saham secara keseluruhannya, yaitu 40 saham. Dan beliau juga menemukan hasil bahwa pengaruh bulan Januari tidak ada di BEJ.


(52)

Ariel (1987) (didalam penelitian Ahmad Rodoni : 2004) menemukan bukti bahwa rata-rata keuntungan pada perdagangan menjelang libur menunjukkan keuntungan yang sangat tinggi, yaitu sembilan sampai empat belas kali lipat keuntungan rata-rata dibandingkan dengan hari perdagangan biasa. Beliau menggunakan data keuangan harian, apakah indeks pemberat yang sama (Equally-Weighted) CRSP atau pemberat nilai (Value-Weighted) untuk tahun 1963 hingga1982, dan menemukan bahwa keuntungan rata-rata indeks pemberatyang sama CRSP menjelang libur adalah sembilan kali lipat dibandingkan hari perdagangan biasa. Sedangkan pada indeks saham pemberat nilai CSRP adalah empat belas kali lipat dibandingkan hari perdagangan biasa. Berdasarkan bukti studi periode tersebut juga ditemukan keuntungan saham tinggi menjelang hari libur yang berkelanjutan pada indeks CRSP.

Lakonishok dan Smidt (1988) (didalam penelitian Ahmad Rodoni : 2004) menggunakan keuntungan saham selama 90 tahun di DJIA, menguji sebelum dan sesudah hari libur serta keuntungan harian perdagangan yang bukan pada hari menjelang hari libur. Mereka menemukan bukti tingkat keuntungan rata-rata lebih besar pada hari perdagangan sebelum hari libur dibandingkan hari dengan hari setelah libur. Mereka juga menemukan bahwa rata-rata keuntungan hari senin adalah posotif (0,09%) pada waktu hari selasa sebagai hari libur.

Jacobs dan Levy (1988) (didalam penelitian Ahmad Rodoni : 2004) yang menguji pengaruh hari libur di pasar saham Amerika terhadap delapan hari perdagangan sebelum libur. Jangka waktu studi dari tahun 1963 hingga 1982.


(53)

hasil studi menunjukkan kenaikan 35 % terhadap harga saham daripada hari perdagangan biasa dan pengaruh hari libur nampak lebih kuat pada saham-saham berukuran kecil.

Fazal J. Seyyed, Abraham Abraham, Mohsen Al-Hajji (2005) didalam penelitiannya yang berjudul Seasonality in stock returns and volatility: The Ramadan effect meneliti pengaruh bulan Ramadan terhadap tingkat return dan volatilitas dari bursa saham Saudi secara keseluruhan, Objek penelitian, mengambil sampel 6 saham yang aktif diperdagangkan di bursa saham Saudi dan dengan menggunakan metode GARCH dalam penelitiannya. Diperoleh hasil, yaitu : sepanjang bulan Ramadan, segala aktivitas pasar tertuju pada kegiatan keagamaan, yang menyebabkan aktivitas pasar berjalan perlahan. Satu pengujian transaksi data memperlihatkan bahwa adanya kemerosotan transaksi selama bulan suci. Dan mengamati kemerosotan pada keadaan volatilitas, terdapat sebuah kemerosotan yang berpengaruh di keadaan volatilitas. Hal ini tampak konsisten dengan aktivitas pasar yang menurun.


(54)

Hari libur Nasional

G. Kerangka Pemikiran

Untuk mengetahui pengaruh keuntungan menjelang hari libur digunakan model ARCH-GARCH dan dengan menggunakan variabel dummy. Secara skematis alur pikir penelitian terlihat pada gambar kerangka berpikir sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

IHSG, Indeks LQ-45, Indeks JII, dan Sembilan Indeks Sektoral periode 2003 hingga 2007

Return

Hari Menjelang hari Libur

Analisis ARCH-GARCH Hari besar

umat Islam

Hari besar umat Kristen

Hari besar umat Budha

Hari besar umat Hindu

Interpretasi Hasil Uji Stasioneritas


(55)

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan hari libur yang terdiri dari : lima hari libur untuk umat Islam (Awal Muharram, Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Hari raya Idul Adha, dan Hari Raya Idul Fitri), tiga hari libur untuk umat Kristen (Natal, Wafat Isa Al Masih, dan Kenaikan Isa Al Masih), satu hari libur untuk umat Budha (Waisak), satu hari libur untuk umat Hindu (Nyepi), dan tiga hari libur nasional (Hari Kemerdekaan, Tahun Baru, Hari Raya Imlek) terhadap return menjelang hari libur.

H1 : Terdapat pengaruh secara signifikan hari libur yang terdiri dari : lima hari

libur untuk umat Islam (Awal Muharram, Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Hari raya Idul Adha, dan Hari Raya Idul Fitri), tiga hari libur untuk umat Kristen (Natal, Wafat Isa Al Masih, dan Kenaikan Isa Al Masih), satu hari libur untuk umat Budha (Waisak), satu hari libur untuk umat Hindu (Nyepi), dan tiga hari libur nasional (Hari Kemerdekaan, Tahun Baru, Hari Raya Imlek) terhadap return menjelang hari libur


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengaruh anomali kalender yang terdapat di pasar efisien yaitu : pengaruh hari libur terhadap return, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) Data yang dibutuhkan untuk keperluan analisis sejak tahun 2003 - 2007 pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ-45, Indeks JII, dan Sembilan Indeks Saham Sektoral.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi, sehingga sampel harus dapat mewakili populasi. Sampel yang diteliti harus dapat memberikan gambaran yang tepat dari seluruh populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel, digunakan purposive-population, yang berarti bahwa populasi diambil untuk memenuhi tujuan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah data return pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ-45, Indeks JII, dan Sembilan Indeks Saham Sektoral di BEI periode 2003 hingga 2007.

Variabel dependen adalah return. Sedangkan untuk variabel independennya dibatasi pada efek hari libur dimana terdiri dari : lima hari libur untuk umat Islam (Awal Muharram, Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Hari raya Idul Adha, dan Hari Raya Idul Fitri), tiga hari libur untuk umat Kristen (Natal,


(57)

Wafat Isa Al Masih, dan Kenaikan Isa Al Masih), satu hari libur untuk umat Budha (Waisak), satu hari libur untuk umat Hindu (Nyepi), dan tiga hari libur nasional (Hari Kemerdekaan, Tahun Baru, Hari Raya Imlek) dimana semua data menggunakan data harian.

C. Metode Pengumpulan Data 1. Data Sekunder

Penelitian menggunakan data sekunder yang telah tersedia. data closing price IHSG, Indeks LQ-45, Indeks JII, dan Sembilan Indeks Sektoral menggunakan database yang dimiliki oleh Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain. Untuk periode penelitian selama lima tahun (Januari 2003 hingga Desember 2007), data yang digunakan adalah data harian IHSG, Indeks LQ-45, Indeks JII, dan Sembilan Indeks Saham Sektoral. Data tersebut digunakan untuk menghitung return harian.

Data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan harga penutup harian. Data yang digunakan merujuk pada studi Heinkel dan Kraus (1988) didalam Rodoni (2004) menyatakan bahwa terdapat tiga cara yang dapat digunakan dalam menyelesaikan waktu yang tidak adanya data perdagangan untuk hari-hari lain atau hari minggu. Cara yang pertama, mengeluarkan hari atau minggu yang tidak ada perdagangan. Cara kedua, memberikan keuntungan nol pada hari atau minggu yang tidak ada perdagangan. Cara ketiga, membentuk satu model linear untuk meramalkan keuntungan untuk hari yang tidak ada


(58)

perdagangan. Dalam studi ini cara yang kedua dipergunakan, karena keuntungan nol merupakan keuntungan sebenarnya bagi investor apabila tidak ada perdagangan.

2. Kepustakaan

Pengumpulan data dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang sumber-sumbernya dari buku-buku, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan untuk variable independentnya dibatasi pada efek hari libur.

D. Metode Analisis 1. Stasioneritas

(Nachrowi dan Hardius Usman, 2006 : 340) Data time series merupakan sekumpulan nilai suatu variabel yang diambil pada waktu yang berbeda, setiap data dikumpulkan secara berkala pada interval tertentu. Dalam berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik begitu pentingnya data tersebut, ternyata data time series menyimpan berbagai permasalahan, salah satunya adalah otokorelasi. Otokorelasi merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka otokorelasi akan hilang dengan sendirinya. Sekumpulan data dinyatakan stasioner jika nilai rata-rata dan varian dari data time series tersebut tidak mengalami perubahan secara sistematik sepanjang waktu, atau rata-rata dan variannya konstan.


(1)

Log likelihood 2609.696 F-statistic 4.507591 Durbin-Watson stat 1.986386 Prob(F-statistic) 0.000001

CONSUMER GOODS

Dependent Variable: Y1

Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 11/04/08 Time: 22:19 Sample: 12/27/2002 12/28/2007 Included observations: 1306

Failure to improve Likelihood after 48 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. SQR(GARCH) -1.704360 0.397338 -4.289447 0.0000 C 0.825614 0.172123 4.796655 0.0000 X1 0.002416 0.012023 0.200982 0.8407 X2 -0.776064 0.158733 -4.889106 0.0000 X3 0.003821 0.008324 0.459080 0.6462 X4 0.333843 0.111116 3.004465 0.0027 X5 -0.031516 0.025375 -1.241998 0.2142

Variance Equation

C 0.107694 0.049962 2.155528 0.0311 ARCH(1) 0.001284 0.003980 0.322492 0.7471 (RESID<0)*ARCH(1) -0.286588 0.704202 -0.406968 0.6840 GARCH(1) 0.555162 0.181095 3.065586 0.0022 X2 -0.241150 0.062099 -3.883302 0.0001 R-squared -0.032308 Mean dependent var 0.008328 Adjusted R-squared -0.041083 S.D. dependent var 0.254281 S.E. of regression 0.259452 Akaike info criterion 0.594245 Sum squared resid 87.10603 Schwarz criterion 0.641792 Log likelihood -376.0419 Durbin-Watson stat 2.136804

FINANCE

Dependent Variable: RETRUN Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 11/06/08 Time: 10:17

Sample(adjusted): 12/27/2002 8/23/2007

Included observations: 1215 after adjusting endpoints Convergence achieved after 266 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. SQR(GARCH) -1.737099 1.104054 -1.573382 0.1156 C 0.737889 0.328830 2.243981 0.0248 X1 0.152088 0.024945 6.097008 0.0000 X2 0.023703 0.017328 1.367909 0.1713 X3 0.368631 0.039319 9.375441 0.0000 X4 -0.730889 0.323708 -2.257861 0.0240 X5 0.450803 0.073451 6.137496 0.0000

Variance Equation

C 0.066702 1.30E-08 5145840. 0.0000 ARCH(1) 0.001647 0.000903 1.823790 0.0682 (RESID<0)*ARCH(1) -0.476299 0.228504 -2.084425 0.0371 GARCH(1) 0.648204 0.141928 4.567119 0.0000 X4 -0.189579 0.076486 -2.478613 0.0132 R-squared -0.091193 Mean dependent var 0.008381 Adjusted R-squared -0.101170 S.D. dependent var 0.262341 S.E. of regression 0.275292 Akaike info criterion 0.507962 Sum squared resid 91.17018 Schwarz criterion 0.558357 Log likelihood -296.5867 Durbin-Watson stat 2.018631


(2)

INFRASTRUCTURE

Dependent Variable: RETRUN Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 11/06/08 Time: 10:18

Sample(adjusted): 12/27/2002 8/23/2007

Included observations: 1215 after adjusting endpoints Convergence achieved after 31 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C 1.989363 1.192267 1.668555 0.0952 X1 -1.525708 1.058998 -1.440709 0.1497 X2 -1.301074 0.886041 -1.468413 0.1420 X3 -1.629294 1.120613 -1.453931 0.1460 X4 -1.719830 1.144379 -1.502849 0.1329 X5 -1.221040 0.873119 -1.398481 0.1620

Variance Equation

C 1049.597 1061.252 0.989018 0.3227 ARCH(1) -0.002593 0.000380 -6.829540 0.0000 (RESID<0)*ARCH(1) -1.123068 397.1515 -0.002828 0.9977 GARCH(1) 0.594638 0.000354 1679.701 0.0000 R-squared 0.000041 Mean dependent var 1.648338 Adjusted R-squared -0.007428 S.D. dependent var 40.26876 S.E. of regression 40.41805 Akaike info criterion 10.32660 Sum squared resid 1968510. Schwarz criterion 10.36860 Log likelihood -6263.409 F-statistic 0.005437 Durbin-Watson stat 2.005660 Prob(F-statistic) 1.000000

MINING

Dependent Variable: RETRUN Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 11/06/08 Time: 10:21

Sample(adjusted): 12/27/2002 8/23/2007

Included observations: 1215 after adjusting endpoints Convergence achieved after 75 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. SQR(GARCH) -1.293798 0.756919 -1.709294 0.0874 C 0.679120 0.311537 2.179900 0.0293 X1 0.235236 0.031639 7.434942 0.0000 X2 0.046275 0.020219 2.288668 0.0221 X3 0.483384 0.050882 9.500071 0.0000 X4 0.520355 0.020255 25.69017 0.0000 X5 -0.637299 0.302445 -2.107154 0.0351

Variance Equation

C 0.124586 5.66E-08 2200121. 0.0000 ARCH(1) 0.002636 0.001442 1.827414 0.0676 (RESID<0)*ARCH(1) -0.697355 0.245718 -2.838030 0.0045 GARCH(1) 0.556420 0.092126 6.039756 0.0000 X5 -0.277348 0.054108 -5.125805 0.0000 R-squared -0.113362 Mean dependent var 0.010598 Adjusted R-squared -0.123543 S.D. dependent var 0.264356 S.E. of regression 0.280211 Akaike info criterion 0.779945 Sum squared resid 94.45713 Schwarz criterion 0.830340 Log likelihood -461.8166 Durbin-Watson stat 2.017353


(3)

MISCELLANEOUS INDUSTRY

Dependent Variable: Y1

Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 11/04/08 Time: 22:01 Sample: 12/27/2002 12/28/2007 Included observations: 1306

Convergence achieved after 46 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. SQR(GARCH) 0.050326 0.161383 0.311842 0.7552 C 0.000624 0.002696 0.231344 0.8170 X1 -0.005069 0.003408 -1.487182 0.1370 X2 0.003978 0.003038 1.309332 0.1904 X3 0.002007 0.004470 0.448928 0.6535 X4 0.001039 0.004041 0.257117 0.7971 X5 -0.006002 0.008777 -0.683803 0.4941

Variance Equation

C 4.34E-05 1.36E-05 3.187113 0.0014 ARCH(1) 0.108357 0.031692 3.419067 0.0006 (RESID<0)*ARCH(1) 0.015356 0.042267 0.363306 0.7164 GARCH(1) 0.749605 0.068135 11.00169 0.0000 X4 -0.000204 2.71E-05 -7.536154 0.0000 R-squared 0.003066 Mean dependent var 0.001434 Adjusted R-squared -0.005409 S.D. dependent var 0.017824 S.E. of regression 0.017872 Akaike info criterion -5.272310 Sum squared resid 0.413331 Schwarz criterion -5.224763 Log likelihood 3454.818 F-statistic 0.361761 Durbin-Watson stat 1.976761 Prob(F-statistic) 0.970294

PROPERTY

Dependent Variable: RETRUN Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 11/06/08 Time: 10:26

Sample(adjusted): 12/27/2002 8/23/2007

Included observations: 1215 after adjusting endpoints Convergence not achieved after 500 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. SQR(GARCH) -0.030686 0.071391 -0.429823 0.6673 C 0.002652 0.001262 2.101316 0.0356 X1 -0.016724 0.055299 -0.302427 0.7623 X2 -0.005202 0.006155 -0.845192 0.3980 X3 0.005573 0.005573 0.999985 0.3173 X4 -0.002851 0.004569 -0.623992 0.5326 X5 -0.004975 0.002841 -1.751566 0.0798

Variance Equation

C 3.69E-05 9.98E-06 3.693509 0.0002 ARCH(1) 0.083618 0.068475 1.221147 0.2220 (RESID<0)*ARCH(1) 0.173608 0.100155 1.733397 0.0830 GARCH(1) 0.726808 0.058382 12.44908 0.0000 X1 1.424871 1.590225 0.896019 0.3702 R-squared -0.005409 Mean dependent var 0.009592 Adjusted R-squared -0.014602 S.D. dependent var 0.264958 S.E. of regression 0.266886 Akaike info criterion -3.672997 Sum squared resid 85.68729 Schwarz criterion -3.622602


(4)

Log likelihood 2243.346 Durbin-Watson stat 2.189178

TRADE

Dependent Variable: Y1

Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 11/04/08 Time: 23:27 Sample: 12/27/2002 12/28/2007 Included observations: 1306

Convergence achieved after 16 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. SQR(GARCH) 0.459772 0.184805 2.487882 0.0129 C -0.016638 0.007073 -2.352365 0.0187 X1 0.012913 0.005838 2.211875 0.0270 X2 -0.003077 0.002841 -1.083169 0.2787 X3 0.009124 0.003951 2.308955 0.0209 X4 -0.003278 0.004725 -0.693774 0.4878 X5 -0.000832 0.005648 -0.147259 0.8829

Variance Equation

C 0.000625 0.000131 4.773164 0.0000 ARCH(1) 0.150411 0.056871 2.644781 0.0082 (RESID<0)*ARCH(1) 0.078320 0.448951 0.174452 0.8615 GARCH(1) 0.502295 0.050815 9.884879 0.0000 X1 -0.001103 0.000131 -8.415248 0.0000 R-squared 0.057110 Mean dependent var 0.001367 Adjusted R-squared 0.049095 S.D. dependent var 0.028685 S.E. of regression 0.027972 Akaike info criterion -4.478873 Sum squared resid 1.012457 Schwarz criterion -4.431326 Log likelihood 2936.704 F-statistic 7.125168 Durbin-Watson stat 2.299670 Prob(F-statistic) 0.000000

LQ-45

Dependent Variable: Y1

Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 11/04/08 Time: 22:14 Sample: 12/27/2002 12/28/2007 Included observations: 1306

Convergence achieved after 32 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. SQR(GARCH) -0.041800 0.141148 -0.296141 0.7671 C 0.002261 0.001783 1.267848 0.2049 X1 -0.003125 0.002022 -1.545369 0.1223 X2 0.003035 0.002459 1.234431 0.2170 X3 -0.002447 0.002985 -0.819815 0.4123 X4 -0.004132 0.004064 -1.016939 0.3092 X5 0.002533 0.010838 0.233729 0.8152

Variance Equation

C 3.42E-05 8.08E-06 4.238734 0.0000 ARCH(1) 0.025240 0.029850 0.845555 0.3978 (RESID<0)*ARCH(1) 0.258213 0.060894 4.240372 0.0000 GARCH(1) 0.668126 0.062001 10.77610 0.0000 X5 0.000202 0.000180 1.123627 0.2612 R-squared -0.001640 Mean dependent var 0.001536 Adjusted R-squared -0.010155 S.D. dependent var 0.014409 S.E. of regression 0.014482 Akaike info criterion -5.790433 Sum squared resid 0.271375 Schwarz criterion -5.742886


(5)

Log likelihood 3793.153 Durbin-Watson stat 1.849531

JII

Dependent Variable: Y1

Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 11/04/08 Time: 22:15 Sample: 12/27/2002 12/28/2007 Included observations: 1306

Convergence achieved after 54 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. SQR(GARCH) 0.853324 0.409115 2.085781 0.0370 C -0.036042 0.016967 -2.124228 0.0337 X1 -0.002605 0.004912 -0.530282 0.5959 X2 0.030559 0.013488 2.265637 0.0235 X3 -0.004401 0.005208 -0.845080 0.3981 X4 -0.004480 0.005802 -0.772113 0.4400 X5 -0.001256 0.008889 -0.141332 0.8876

Variance Equation

C 0.000985 0.000289 3.405228 0.0007 ARCH(1) -0.021659 0.068681 -0.315355 0.7525 (RESID<0)*ARCH(1) 0.263393 0.819923 0.321241 0.7480 GARCH(1) 0.476197 0.204065 2.333556 0.0196 X2 -0.001774 0.000347 -5.111495 0.0000 R-squared 0.200769 Mean dependent var 0.002444 Adjusted R-squared 0.193975 S.D. dependent var 0.052386 S.E. of regression 0.047032 Akaike info criterion -4.137599 Sum squared resid 2.862329 Schwarz criterion -4.090052 Log likelihood 2713.852 F-statistic 29.55053 Durbin-Watson stat 2.591041 Prob(F-statistic) 0.000000

IHSG

Dependent Variable: RETRUN Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 11/06/08 Time: 10:38

Sample(adjusted): 12/27/2002 8/23/2007

Included observations: 1215 after adjusting endpoints Convergence achieved after 36 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. SQR(GARCH) -0.214443 0.135897 -1.577983 0.1146 C 0.004341 0.001561 2.780820 0.0054 X1 -0.004228 0.002394 -1.765845 0.0774 X2 -0.000657 0.002898 -0.226646 0.8207 X3 -0.000999 0.002076 -0.481431 0.6302 X4 0.006280 0.004340 1.446833 0.1479 X5 -0.004031 0.004869 -0.827746 0.4078

Variance Equation

C 3.70E-05 7.73E-06 4.793750 0.0000 ARCH(1) 0.004845 0.030539 0.158660 0.8739 (RESID<0)*ARCH(1) 0.384197 0.093956 4.089125 0.0000 GARCH(1) 0.576579 0.073933 7.798719 0.0000 X1 1.26E-05 5.65E-05 0.223054 0.8235 R-squared -0.003704 Mean dependent var 0.001624 Adjusted R-squared -0.012882 S.D. dependent var 0.013072 S.E. of regression 0.013156 Akaike info criterion -6.004302 Sum squared resid 0.208211 Schwarz criterion -5.953907 Log likelihood 3659.613 Durbin-Watson stat 1.870233


(6)