Pengaruh Hari Libur Kalender (Holiday Effect) Terhadap Anomali Return Indeks Sektoral Saham Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STRATA-1 MEDAN
PENGARUH HARI LIBUR KALENDER (HOLIDAY EFFECT) TERHADAP ANOMALI RETURN INDEKS SEKTORAL SAHAM
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA
DRAFT SKRIPSI
SUFANY 060502148 MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
(2)
ABSTRAK
Sufany, 2010. Pengaruh Hari Libur Kalender (Holiday Effect) Terhadap Anomali Return Indeks Sektoral Saham Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia. Dibawah bimbingan Dr. Muslich Lufti, Drs, MBA. Ketua Departemen Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi. Dosen Penguji I Dr. Isfenti Sadalia, ME. Dosen Penguji II Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi.
Holiday effect adalah salah satu bagian dari event effect. Satu atau lebih
liburan penting dalam kalender mengandung holiday effect dimana pendapatan saham di hari-hari menjelang libur jauh lebih tinggi dibanding hari-hari biasa.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh hari libur kalender (holiday effect) terhadap anomali return indeks sektoral secara parsial atau bersama-sama, dan untuk mengetahui sektor mana yang paling dominan terpengaruh oleh holdiay effect.
Populasi dalam penelitian ini adalah tahun sejak Bursa Efek di Indonesia berdiri yaitu tahun 1977 sampai dengan hari ini. Yang menjadi sampel di penelitian ini adalah periode tahun yaitu Januari 2007 sampai Oktober 2009.
Hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa return indeks sektoral dipengaruhi oleh preferensi hari libur nasional baik sebelum hari libur nasional maupun setelah hari libur nasional terhadap hari perdagangan biasa.
Kata Kunci : Holiday Effect, Return Indeks Sektoral Saham, Bursa Efek
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan kesehatan, rezeki, kesabaran, ketekunan, serta doa dari kedua orangtua sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Hari Libur Kalender (Holiday Effect) Terhadap Anomali Return Indeks Sektoral Saham Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Muslich Lufti, Drs. MBA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan saran serta pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
(4)
5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Dosen Penguji I penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi selaku Dosen Penguji II penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Tengku Moh. Chairal A, BBA, MBA as the man behind the scene dari penulisan skripsi ini.
8. Ibu Dr. Khaira A. Fachruddin SE, MBA, Ak atas berbagai saran dalam penulisan skripsi ini.
9. Ibu Magdalena Linda Leonita S, SE, Msi; Dr. Yeni Absah SE,Msi dan dosen-dosen selama perkuliahan yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 10.Para pegawai di Jurusan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
11.Kedua orangtua penulis: Bapak Wong Saw Kim dan Ibu Lim Njuk Khiun, terima kasih yang tak terkira untuk doa, perhatian, dan dukungan kepada penulis.
12.Sehabat-sahabat penulis selama perkuliahan : Teman seperjuangan (Anjeli Tjendra dan Diana Tayras); Partner of competition (Anjeli in Bandung 2008, Yose Foejisanto in Bandung 2008 and Jakarta 2010); Fredy Nathang; Jimmy Naga Winanto; Wiliani Halim; Theresia Natalia. B; dan Ika Pratiwi. S; dan teman-teman S-1 Manajemen FE USU Stambuk 2006 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
(5)
13.Teman-teman penulis di luar kampus: Wynda Taniwan; Berliana Adriani; dan Riang.
Dan berbagai pihak yang tidak tersebutkan yang telah banyak membantu penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL...viii
DAFTAR GAMBAR...x
DAFTAR GRAFIK...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Perumusan Masalah...6
C. Kerangka Konseptual...6
D. Hipotesis...7
E. Tujuan dan Mafaat Penelitian...7
1. Tujuan Penelitian...7
2. Manfaat Penelitian...7
F. Metode Penelitian...8
1. Batasan Operasional...8
2. Definisi Operasional Variabel...8
3. Lokasi dan Waktu Penelitian...9
4. Jenis dan Sumber Data...9
5. Populasi dan Sampel...10
5.1. Populasi...10
5.2. Sampel...10
6. Teknik Pengumpulan Data...10
7. Teknik Analisis Data...10
7.1. Analisis Deskriptif...10
7.2. Uji Asumsi Klasik...11
7.2.1. Uji Normalitas...11
7.2.2. Uji Multikolinearitas...11
7.3. Metode Analisis Regresi Linear Berganda...11
7.4. Uji Hipotesis...12
7.4.1. Koefisien Determinansi (R2)...12
7.4.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)...12
7.4.3. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)...13
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu...14
B. Pengertian Pasar Modal...16
C. Saham...17
D. Indeks Harga Saham...18
1. Indeks Harga Saham Gabungan...20
2. Indeks Harga Saham Sektoral...21
(7)
F. Hipotesa Pasar Efisien...23
G. Anomali Pasar (Market Anomalies) ...25
H. Holiday Effect...28
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Bursa Efek Indonesia...29
B. Sektor Agriculture...32
C. Sektor Basic Industry and Chemical...33
D. Sektor Consumer Goods...33
E. Sektor Finance...34
F. Sektor Infrastructure and Transportation...35
G. Sektor Miscellaneous...36
H. Sektor Mining...37
I. Sektor Property...37
J. Sektor Trade and Services...38
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif...40
1. Pre Holiday dan Post Holiday...41
2. Sektor Agriculture...42
3. Sektor Basic Industry...43
4. Sektor Consumer ...44
5. Sektor Finance...45
6. Sektor Infrastructure...46
7. Sektor Manufacture...47
8. Sektor Mining...48
9. Sektor Property...49
10. Sektor Trade...50
B. Uji Asumsi Klasik...51
1. Uji Normalitas...51
2. Uji Multikolinearitas...52
2.1. Sektor Agriculture...52
2.2. Sektor Basic Industry...53
2.3. Sektor Consumer...53
2.4. Sektor Finance...54
2.5. Sektor Infrastructure...54
2.6. Sektor Manufacture...55
2.7. Sektor Mining...55
2.8. Sektor Property...56
2.9. Sektor Trade...56
C. Uji Hipotesis...57
1. Sektor Agriculture...57
2. Sektor Basic Industry...59
3. Sektor Consumer...60
4. Sektor Finance...62
(8)
6. Sektor Manufacture...65
7. Sektor Mining...66
8. Sektor Property...68
9. Sektor Trade...69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...72
B. Saran...73
DAFTAR PUSTAKA...xii LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ringkasan Anomali Pasar...26
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif...40
Tabel 4.2 Deskriptif Pre Holiday dan Post Holiday...41
Tabel 4.3 Frekuensi Pre Holiday...41
Tabel 4.4 Frekuensi Post Holiday...41
Tabel 4.5 Desktiptif Sektor Agriculture...42
Tabel 4.6 Desktiptif Sektor Basic Industry...43
Tabel 4.7 Desktiptif Sektor Consumer...44
Tabel 4.8 Desktiptif Sektor Finance... ...45
Tabel 4.9 Desktiptif Sektor Infrastructure...46
Tabel 4.10 Desktiptif Sektor Manufacture...47
Tabel 4.11 Desktiptif Sektor Mining...48
Tabel 4.12 Desktiptif Sektor Property...49
Tabel 4.13 Desktiptif Sektor Trade...50
Tabel 4.14 Uji Normalitas...52
Tabel 4.15 Uji Multikolinearitas Sektor Agriculture...52
Tabel 4.16 Uji Multikolinearitas Sektor Basic Industry...53
Tabel 4.17 Uji Multikolinearitas Sektor Consumer...53
Tabel 4.18 Uji Multikolinearitas Sektor Finance...54
Tabel 4.19 Uji Multikolinearitas Sektor Infrastructure...54
Tabel 4.20 Uji Multikolinearitas Sektor Manufacture...55
Tabel 4.21 Uji Multikolinearitas Sektor Mining...55
Tabel 4.22 Uji Multikolinearitas Sektor Property...56
Tabel 4.23 Uji Multikolinearitas Sektor Trade...56
Tabel 4.24 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Agriculture...57
Tabel 4.25 Uji t Sektor Agriculture...58
Tabel 4.26 Uji F Sektor Agriculture...58
Tabel 4.27 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Basic Industry...59
Tabel 4.28 Uji t Sektor Basic Industry...59
Tabel 4.29 Uji F Sektor Basic Industry...60
Tabel 4.30 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Consumer...60
Tabel 4.31 Uji t Sektor Consumer...61
Tabel 4.32 Uji F Sektor Consumer...61
Tabel 4.33 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Finance...62
Tabel 4.34 Uji t Sektor Finance...62
(10)
Tabel 4.36 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Infrastructure...63
Tabel 4.37 Uji t Sektor Infrastructure...64
Tabel 4.38 Uji F Sektor Infrastructure...64
Tabel 4.39 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Manufacture...65
Tabel 4.40 Uji t Sektor Manufacture...65
Tabel 4.41 Uji F Sektor Manufacture...66
Tabel 4.42 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Mining...66
Tabel 4.43 Uji t Sektor Mining...67
Tabel 4.44 Uji F Sektor Mining...67
Tabel 4.45 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Property...68
Tabel 4.46 Uji t Sektor Property...68
Tabel 4.47 Uji F Sektor Property...69
Tabel 4.48 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Trade...69
Tabel 4.49 Uji t Sektor Trade...70
Tabel 4.50 Uji F Sektor Trade...70
(11)
DAFTAR GAMBAR
(12)
DAFTAR GRAFIK
(13)
ABSTRAK
Sufany, 2010. Pengaruh Hari Libur Kalender (Holiday Effect) Terhadap Anomali Return Indeks Sektoral Saham Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia. Dibawah bimbingan Dr. Muslich Lufti, Drs, MBA. Ketua Departemen Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi. Dosen Penguji I Dr. Isfenti Sadalia, ME. Dosen Penguji II Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi.
Holiday effect adalah salah satu bagian dari event effect. Satu atau lebih
liburan penting dalam kalender mengandung holiday effect dimana pendapatan saham di hari-hari menjelang libur jauh lebih tinggi dibanding hari-hari biasa.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh hari libur kalender (holiday effect) terhadap anomali return indeks sektoral secara parsial atau bersama-sama, dan untuk mengetahui sektor mana yang paling dominan terpengaruh oleh holdiay effect.
Populasi dalam penelitian ini adalah tahun sejak Bursa Efek di Indonesia berdiri yaitu tahun 1977 sampai dengan hari ini. Yang menjadi sampel di penelitian ini adalah periode tahun yaitu Januari 2007 sampai Oktober 2009.
Hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa return indeks sektoral dipengaruhi oleh preferensi hari libur nasional baik sebelum hari libur nasional maupun setelah hari libur nasional terhadap hari perdagangan biasa.
Kata Kunci : Holiday Effect, Return Indeks Sektoral Saham, Bursa Efek
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan alternatif bagi investor untuk menanamkan modalnya. Dalam pasar modal yang efisien, analisis teknikal tidak dapat digunakan untuk mendapat keuntungan karena harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia, baik informasi di masa lalu (misalnya laba perusahaan tahun lalu), informasi saat ini (misalnya rencana kenaikan deviden tahun ini), maupun informasi yang bersifat pendapat yang beredar di pasar yang bisa mempengaruhi harga sekuritas sehingga investor tidak dapat memperoleh imbal hasil tidak normal (abnormal return). Abnormal return adalah selisih antara return aktual dan return yang diharapkan yang dapat terjadi sebelum informasi resmi diterbitkan atau telah terjadi kebocoran informasi. (Samsul 2006:275)
Semanjak Fama (1970) mengemukakan hipotesis pasar efisien, muncul berbagai perilaku ketidakteraturan atau penyimpangan dalam pasar modal. Ketidakteraturan terus menerus hadir dan memberikan dampak yang cukup besar disebut sebagai anomali pasar (market anomaly). Dalam anomali pasar, hasil yang ditimbulkan berlawanan dengan hasil yang diharapkan pada posisi pasar modal efisien. Beberapa hal yang dianggap sebagai anomali antara lain bahwa return berhubungan dengan ukuran perusahaan (size effect), rasio nilai buku dan nilai pasar (book value to market value ratio), dan rasio laba terhadap harga (earnings to
(15)
price ratio). Anomali jenis lain yang tidak berhubungan dengan faktor fundamental
perusahaan melainkan dengan penanggalan dan musim dikenal dengan istilah anomali kalender (calendar anomalies).
Secara umum, anomali pada kalender dapat diklasifikasikan menjadi : (1) Penerimaan atau pendapatan yang lebih tinggi di bulan Januari (January Effect); (2) Penerimaan yang lebih rendah di hari Senin dibandingkan hari-hari yang lain (Weekend Effect); (3) Pendapatan yang lebih tinggi di awal dan akhir bulan (Turn
Of The Month Effect); (4) Pendapatan yang lebih tinggi menjelang libur (The Holiday Effect).
Di negara-negara Barat dikenal beberapa liburan yang mengakibatkan pasar bursa istirahat, yaitu: Hari Buruh (Senin pertama bulan September), Memorial Day (Senin terakhir bulan Mei), Hari Kemerdekaan, Hari Thanksgiving (Kamis ke empat bulan November), Natal, dan Tahun Baru. Di Indonesia, pada Tahun 2009 kalender bursa mencatat beberapa libur antara lain:
Januari 1 Tahun Baru Masehi
2 Cuti Bersama Tahun Baru Masehi 26 Tahun Baru Imlek 2560
Maret 9 Maulid Nabi Muhammad SAW
26 Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1931
April 9 Cuti Bersama Pemilu 2009
10 Wafat Yesus Kristus
Mei 21 Kenaikan Yesus Kristus
(16)
20 Isra’Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Agustus 17 Hari Kemerdekaan RI
September 18 Cuti Bersama Sebelum Hari Raya Idul Fitri 21–23 Idul Fitri 1 Syawal 1430 Hijriyah
November 27 Idul Adha 1430 Hijriyah Desember 18 Tahun Baru 1431 Hijriyah
24 Cuti Bersama Sebelum Hari Raya Natal 25 Hari Raya Natal
31 Libur Bursa
Fenomena Holiday Effect di Indonesia bertolak belakang dengan fenomena yang terjadi di Wall Street. Jika di Wall Street menjelang masuk libur akhir tahun atau menjelang berakhirnya tutup buku yang bersamaan dengan tutup tahun, fund
manager sengaja melakukan pembelian saham agar harga saham naik dan nilai
portofolionya menjadi indah.
Sebaliknya di Indonesia, selain transaksi perdagangan sepi, juga telah terjadi penurunan kinerja di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di awal pekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka pada posisi 1075,9 dan pada akhir pekan ditutup pada posisi 1058,3 atau turun 1,6%. Penelitian yang dilakukan pada BEI dalam kurun waktu antara 1998 sampai 2003, umumnya menunjukkan sesudah libur hari raya Idul Fitri, kinerja bursa sedikit membaik dibandingkan sebelum libur. (Suara Merdeka Online, Ekonomi, 31 Okt 2005)
(17)
Grafik 1.1
Sumber :
Grafik 1.1 menunjukkan pergerakan IHSG Desember 2008. Pada tanggal 17 Desember 2008 IHSG berada sedikit diatas 1350 kemudian semakin mendekati libur Natal IHSG semakin menurun.
Fluktuasi harga saham tergantung pada informasi baru (new information) yang akan diterima, tetapi infromasi tersebut tidak diketahui kapan akan diterima sehingga informasi baru dan harga saham itu unpredictable. Perkiraan harga saham esok dapat dilakukan pada hari ini berdasarkan informasi hari ini, tetapi tidak menjamin kebenarannya. Harga saham di pasar saham merupakan harga konsensus di antara para investor dengan rentang lebar antara harga pasar terendah dan harga pasar tertinggi. Rentang harga pasar yang lebar mengindikasikan bahwa harga pasar tidak mencerminkan semua informasi yang diperoleh investor atau dengan kata lain, pasar tidak efisien. Dalam pasar yang efisien, fluktuasi harga sangat tipis. Perbandingan antara harga saham di pasar dan nilai intrinsik saham mencerminkan tingkat efisiensi pasar.
(18)
Kecenderungan terjadinya koreksi pasar menjelang liburan disebabkan oleh penyebaran informasi yang tidak merata (asimetris information). Penjelasannya sebagai berikut. Perubahan atau naik turunnya harga saham di pasar selalu dipengaruhi oleh informasi yang penting dan relevan. Di hari libur—dimana pasar tidak ada transaksi—pelaku pasar khawatir ada perkembangan informasi yang bisa mengakibatkan turunnya harga saham. Karena itu, untuk menghindari ketidakpastian dan mengurangi resiko, pelaku pasar bersikap lebih baik tidak memegang saham saat liburan. Akibatnya mereka melepas saham sehingga harganya di pasar terkoreksi.
Telaah teoritis dan beberapa penelitian empiris telah mencoba mengaitkan antara peristiwa hari libur tertentu dengan kinerja pada bursa efek. Dampak dari peristiwa hari libur kalender tertentu tersebut dinamakan Holiday Effect. Ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan untuk mengetahui pengaruh dari peristiwa hari libur tertentu terhadap kinerja bursa antara lain perkembangan transaksi (volume) perdagangan, nilai maupun perkembangan harga saham. Perkembangan faktor-faktor itu dibandingkan selama periode pra libur dengan pasca libur. Jika ada perbedaan yang signifikan antarwaktu itu, maka dapat dikatakan hari libur kalender tertentu mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja bursa. Namun, penelitian seperti ini perlu dilakukan lebih intensif sehingga menghasilkan penjelasan yang lebih lugas dan bisa menjadi pegangan bagi pelaku pasar.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis tertarik untuk membuat penelitian yang berjudul “Pengaruh Hari Libur Kalender (Holiday Effect)
(19)
Terhadap Anomali Return Indeks Sektoral Saham Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh yang signifikan dari hari
libur kalender (holiday effect) terhadap return indeks sektoral saham.”
C. Kerangka Konseptual
Konsep dalam penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar pengaruh
holiday terhadap return indeks sektoral. Menentukan apakah return indeks sektoral
di Bursa Efek Indonesia yang dihasilkan mengikuti preferensi hari libur baik pra libur maupun pasca libur akan diuji dengan membandingkan return pada masing-masing hari sebelum libur ataupun sesudah libur terhadap hari perdagangan biasa. Yang dimaksud dengan hari libur adalah hari libur nasional dalam kalender nasional Indonesia, tidak termasuk hari libur kerja Sabtu dan Minggu.
Holiday Effect
Pre Holiday (x1)
Return Indeks Sektoral
Post Holiday (x2)
Gambar 1.1 : Kerangka konseptual Sumber : Marret dan Worthington (2007)
(20)
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang menerangkan fakta atau kondisi yang diamati dan digunakan untuk langkah penelitian selanjutnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0 : Tidak ada pengaruh pre holiday dan post holiday terhadap return
indeks sektor.
H1: Pre holiday berpengaruh terhadap return sektor.
H2: Post holiday berpengaruh terhadap return sektor.
H3 : Pre holiday dan post holiday sama-sama berpengaruh terhadap return
sektor.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh hari libur kalender (Holiday Effect) terhadap return indeks sektoral saham.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi praktisi/investor, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi di sekitar periode liburan (holiday).
b. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memperluas wawasan dalam hal pengaruh event effect terhadap harga saham khususnya event holiday. c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi
referensi untuk penelitian lanjutan pada ruang lingkup dan kajian yang lebih luas.
(21)
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
Penetapan batasan operasional penelitian adalah untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan. Batasan operasional penelitian ini dibagi dalam:
- Objek dalam penelitian ini adalah indeks sektoral dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 – Oktober 2009.
- Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah return indeks sektoral dan hari-hari libur tahunan dalam hal ini adalah libur Tahun Baru Masehi; Tahun Baru Imlek; Maulid Nabi Muhammad SAW; Hari Raya Nyepi; Wafat Yesus Kristus; Kenaikan Yesus Kristus; Isra’Mi’raj Nabi Muhammad SAW; Hari Kemerdekaan; Hari Raya Idul Fitri; Idul Adha; Tahun baru Hijriyah; dan hari Raya Natal.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: a. Variabel bebas (X1) : Pre holiday.
Dalam penelitian ini pre holiday adalah dua hari kerja sebelum hari libur (t-2). Variabel ini akan diukur dengan dummy variabel untuk menandakan hari-hari pre holiday. (Dummy_Pre = 1).
(22)
Dalam penelitian ini post holiday adalah dua hari kerja setelah hari libur (t+2). Variabel ini akan diukur dengan dummy variabel untuk menandakan hari-hari post holiday. (Dummy_Post = 1).
c. Variabel dependen (Y): Return indeks sektoral
Return sektor dapat dihitung berdasarkan data historis
Rumus
Dimana : Rt = return indeks sektor A pada hari ke t Pt = closing index sektor A pada hari ke t Pt-1 = closing index sektor A pada hari ke t-1
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui media internet
dengan situs http://finance.yahoo.com;
www.duniainvestasi.com/bei. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober sampai Maret 2010.
4. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui media internet, jurnal, buku-buku referensi, surat kabar, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian.
(23)
5.1. Populasi
Jumlah emiten yang terdaftar di BEI sampai dengan Desember 2008 adalah sebanyak 396 perusahaan yang dibagi atas 9 sektor yaitu : perkebunan; pertambangan; industri dasar dan kimia; aneka industri; industri barang konsumsi; properti dan real estate; infrastruktur, utilitas dan transportasi; keuangan; perdagangan, jasa, dan investasi. Tetapi yang menjadi populasi dalam penelitian ini bukan jumlah perusahaan melainkan adalah tahun sejak Bursa Efek di Indonesia berdiri yaitu tahun 1977 sampai dengan hari ini.
5.2. Sampel
Yang menjadi sampel di penelitian ini adalah periode tahun yaitu Januari 2007 sampai Oktober 2009.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh BEI.
7. Teknik Analisis Data
7.1. Analsisi Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode untuk menggambarkan data yang dikumpulkan secara sederhana. Penyajiannya dapat berbentuk tabel atau grafik, termasuk juga perhitungan rata-rata, standar deviasi dan sebagainya. (Nasution
(24)
2007: 118). Data yang telah dikumpulkan dianalisis sehingga dapat diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai variabel penelitian berdasarkan data.
7.2. Uji Asumsi Klasik
Setelah data dianalisis, model regresi linear berganda harus memenuhi syarat asumsi klasik sebagai berikut :
7.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regreasi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data digunakan pendekatan Kolmogorv-Smirnov.
7.2.2. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mengetahuinya dapat dilihat melalui Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Uyanto (2006:58) jika nilai VIF tidak lebih dari 5 maka model terbebas dari multikolinearitas.
7.3. Metode Analisis Regresi Linear Berganda
Penelitian ini akan menggunakan model regresi linear berganda yang memasukkan variabel dummy untuk menentukan apakah terdapat perbedaan antara
return sebelum dan sesudah hari libur terhadap hari perdagangan biasa.
Secara umum model regresi berganda dapat dirumuskan seperti persamaan berikut:
(25)
Model yang digunakan untuk menganalisis informasi dalam penelitian ini adalah:
Y = α + b1 Dummy_Pre + b2 Dummy_Post + ε
Keterangan :
Y = return indeks sektoral. α = konstanta
b1, b2 = koefisien regresi
Dummy_Pre = return indeks sebelum hari libur nasional 1 untuk hari libur nasional
0 untuk lainnya
Dummy_Post = return indeks setelah hari libur nasional 1 untuk setelah hari libur nasional 0 untuk lainnya
ε
= error of term (variabel lain yang tidak diteliti)7.4. Uji Hipotesis
Jika model regresi sudah memenuhi syarat asumsi klasik diatas maka dilanjutkan dengan analisis hipotesis sebagai berikut:
7.4.1. Koefisien Determinan (R2)
Pengujian ini digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase variabel bebas terhadap varians naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinan berkisar antara 0 – 1 (0 ≤ R2≤ 1). Bila R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel dependen, bila R2 semakin mendekati 1 menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen.
7.4.2. Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya :
H0 : b1, b2 = 0, artinya suatu variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
(26)
H1 : b1, b2 ≠ 0, artinya variabel dependen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan :
H0diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%
H1diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5% 7.4.3. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji ini menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya :
H0 : b1 = b2 = 0, artinya variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
H1 : b1, b2 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan:
H0diterima jika F hitung < F tabel pada α = 5%
H1diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5%
(27)
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Satu atau lebih event penting dalam kalender mengandung holiday effect. Detailnya, efek pra libur dimana pendapatan harga saham jauh lebih tinggi pada beberapa hari menjelang liburan. Pertama kali dicetuskan oleh Fields (1934) maka
holiday effect dapat dikatakan sebagai salah satu efek tetap musiman yang tertua.
Penelitian oleh Lankonishok dan Smidt (1988) menunjukkan holiday effect memberi pengaruh 30% - 50% terhadap total pendapatan pasar modal US pada periode sebelum tahun 1987. Tingkat rata-rata pendapatan sebelum libur adalah 0,22% dibandingkan dengan pendapatan harian biasa yang tidak sampai pada 0,01%. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Ariel (1990) yang melakukan studi penekanan persamaan CRSP dan penekanan nilai indeks dari tahun 1963-1982. Kim dan Park (1994) serta Brockman dan Michayluk (1998) juga menemukan
holiday effect di AS dengan menggunakan indikator pasar dari New York Stock Exchange (NYSE), AMEX, dan NASDAQ dari tahun 1963-1987 dan 1987-1993.
Tetapi penelitian terbaru di AS menyatakan bahwa holiday effect adalah tidak ada. Vergin dan McGinnis (1999) meneliti kekuatan pra libur menggunakan S&P500 dan indeks NYSE (untuk pendapatan saham perusahaan skala besar) dan indeks NASDAQ dan AMEX (untuk pendapatan saham perusahaan yang lebih kecil). Penelitian oleh Vergin dan McGinnis menunjukkan bahwa holiday effect
(28)
telah hilang pada perusahaan-perusahaan besar tetapi tetap ada pada perusahaan kecil.
Holiday effect juga mendapat perhatian di luar AS. Salah satu studi
internasional paling awal dilakukan oleh Cadsby dan Ratner (1992). Mereka mengamati negara Kanada, Jepang, Hongkong, dan Australia dari tahun 1962-1989 untuk hari libur lokal dengan menggunakan indeks pasar masing-masing negara. Hasilnya menyatakan bahwa signifikansi pra libur mempengaruhi semua sampel pasar dengan pendapatan tertinggi terlihat pada beberapa hari menjelang liburan.(dikutip dari Marret dan Worthington 2007).
Penelitian empiris mengenai Holiday Effect di pasar bursa Australia 1996-2006 oleh G.J Marrett dan A.C. Worthington dari Universitas Wollongong menunjukkan bahwa holiday effect terdapat pada level pasar dengan pendapatan lima kali lebih tinggi dibanding hari-hari lain. Kesimpulan umumnya adalah pasar bursa Australia berada pada efisiensi tingkat lemah.
Penelitian oleh Al-Saad dan M.Khalid dengan judul “The Holiday Effect
and Stock Return in The Kuwait Stock Exchange” yang dipublikasikan oleh Global Competitiveness (2005) menyimpulkan bahwa tidak ada holiday effect di pasar
bursa Kuwait. Penjelasannya adalah mengambil keuntungan dari anomali dengan membeli dan menjual saham membutuhkan biaya transaksi dan pembelian saham pada harga murah mengakibatkan kenaikan harga saham dan menghapus anomali. Penelitian “Modelling Lunar Calendar Holiday Effect in Taiwan” oleh Jin Lung Lin dan Tian Syh Liu dari Institute of Economics Academia Sinica Taipei juga menyimpulkan bahwa tidak ada holiday effect di TAIEX.
(29)
Penelitian oleh Octa Tri Aryanto dari Universitas Airlangga (2006) dengan judul “Pengaruh Lebaran terhadap Pendapatan Abnormal Saham di Bursa Efek Jakarta” menyimpulkan pada tahun 2000 periode uji t-4, t-3, t+1 dan t+3 terdapat abnormal return yang cukup signifikan, pada tahun 2001 periode uji t-2 terdapat abnormal return yang cukup signifikan dan pada tahun 2002 periode uji t-7, t+4, dan t+6 terdapat abnormal return yang cukup signifikan disekitar libur lebaran.
Penelitian oleh Hendrawan dari Universitas Indonesia (2004) dengan judul “Penelitian Anomali Efek Liburan Terhadap Imbal Hasil Indeks LQ45 di Bursa Efek Jakarta” menyimpulkan bahwa pengujian tidak memberikan indikasi bahwa
return Indeks LQ45 dipengaruhi oleh preferensi hari sebelum hari libur nasional
maupun setelah hari libur nasional terhadap hari perdagangan biasa.
B. Pengertian Pasar Modal
Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 tahun. UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. (Samsul 2006: 43)
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit,
(30)
tanda bukti hutang, rights, warrants, opsi atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai efek.
C. Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Sebagai instrumen investasi, saham memiliki risiko antata lain: capital loss yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli; dan resiko likuidasi yaitu perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi. Jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham.
(31)
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.
D. Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu.
Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.
Seperti halnya mayoritas bursa-bursa di dunia, indeks-indeks di BEI dihitung dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah
(32)
saham tercatat (nilai pasar) atau Market Value Weighted Average Index. Formula dasar perhitungan indeks adalah:
Nilai pasar adalah kumulatif jumlah saham tercatat dikali dengan harga pasar. Nilai pasar disebut juga kapitalisasi pasar. Formula untuk menghitug nilai pasar adalah:
Nilai Pasar = p1q1 + p2q2 + ... + pnqn
Dimana : p = closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i
q = jumlah saham yang digunakan untuk perhitungan indeks (jumlah saham yang tercatat) untuk emiten ke-i
n = jumlah emiten yang tercatat di BEI
Nilai dasar adalah kumulatif jumlah saham pada hari dasar dikali dengan harga pada hari dasar.
Di Bursa Efek Indonesia terdapat 6 (enam) jenis indeks, antara lain:
1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI.
2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu:
(33)
pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur.
3. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.
4. Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang masuk kedalam LQ 45 tersebut.
5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang terdiri 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam Indeks ini dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah.
1. Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks harga saham gabungan pertama kali diperkenalkan tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang tercatat waktu itu adalah 13 emiten. IHSG diterbitkan oleh bursa efek, pihak di luar bursa efek tidak tertarik untuk menerbitkan IHSG karena
(34)
indeks tersebut masih kalah manfaatnya dibanding indeks harga saham parsial. (Samsul 2006: 185)
2. Indeks Harga Saham Sektoral
Indeks sektoral BEI adalah sub indeks dari IHSG. Semua saham yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial Classification). Ke sembilan sektor tersebut adalah:
A. Sektor-sektor Primer (ekstraktif) • Sektor 1 : Pertanian
• Sektor 2 : Pertambangan
B. Sektor-sektor Sekunder (Industri Pengolahan / Manufaktur) • Sektor 3 : Industri Dasar dan Kimia
• Sektor 4 : Aneka Industri
• Sektor 5 : Industri Barang Konsumsi
C. Sektor-sektor Tersier (Industri Jasa / Non-Manufaktur) • Sektor 6 : Properti dan Real Estate
• Sektor 7 : Transportasi dan Infrastrukur • Sektor 8 : Keuangan
• Sektor 9 : Perdagangan, Jasa, dan Investasi.
Indeks sektoral diperkenalkan tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai awal indeks adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember 1995.
(35)
Pasar modal yang efisien adalah pasar modal yang berisi sekuritas yang nilai pasarnya selalu menyesuaikan secara cepat dan langsung apabila terjadi perubahan nilai intrinsik dari asset yang menjadi dasar dikeluarkannya sekuritas tersebut. Jadi apabila saham suatu perusahaan tidak berubah harga pasarnya padahal perusahaan tersebut mengalami suatu kondisi yang mempengaruhi bisnisnya dan informasi tentang hal itu telah tersebar kepada publik, berarti pasar modal itu tidak lah efisien. Pasar modal yang efisien diasumsikan berisi investor yang selalu berusaha mengejar keuntungan sebesar-besarnya, tidak mau melewatkan kesempatan sekecil apa pun untuk memperoleh laba, serta cukup pintar dalam mengolah dan mengakses data perusahaan sehingga apabila ada informasi yang dapat dipergunakannya untuk memperoleh untung maka segera akan direalisasikan.lnformasi yang langsung berkaitan dengan kondisi perusahaan adalah informasi penting yang menjadi acuan utama dalam strategi investasinya. Informasi lain seperti adanya pola berulang dari harga saham dapat pula digunakannya untuk meraup untung sebesar-besarnya. Akibat adanya investor seperti di atas tercermin pada pola pergerakan harga saham yang tak beraturan (random walk). Random walk menjadi ciri pasar modal efisien. Secara umum, investor biasanya melakukan teknikal analisis dalam memutuskan investasi saham. Charting, melihat pola berulang harga saham, dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang kadang tidak masuk akal seperti pemilu presiden di Amerika, partai apa yang menang pemilu (demokrat atau republik).
(36)
F. Hipotesa Pasar Efisien
Bentuk efisiensi pasar tidak hanya dapat ditinjau dari segi ketersediaan informasinya saja, tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut dengan efisiensi pasar secara informasi. Sedangkan pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market).
Tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan bentuk informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan informasi privat sebagai berikut ini:
1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisiensi dalam bentuk lemah jika harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Bila ini benar, maka segala bentuk Teknikal Analisis tidak berguna sama sekali.
2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semi strong form)
Pasar dikatakan efisien setngah kuat jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicy
(37)
avaiable information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan
keuangan perusahaan. Laporan yang dipublukasikan dapat berupa :
a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten (corporate event) seperti pengumuman laba, pembagian deviden, pengembangan produk baru, merger dan akuisisi, pergantian pemimpin perusahaan dan lain sebagainya.
b. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak pada harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut. c. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga sekuritas semua
perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten.
Bila hal ini benar, maka semua bentuk Teknikal Analisis dan Fundamental Analisis tidak bisa memberikan nilai tambah.
3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada investor yang
(38)
dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.
G. Anomali Pasar (Market Anomalies)
Dalam membahas pengujian pasar efisien, maka tidak terlepas dari adanya ketidak-teraturan (anomali) yang ada yang terkait dengan pasar efisien. Anomali disini adalah salah satu bentuk dari fenomena yang ada di pasar. Pada anomali ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada bilamana dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada. Artinya, suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return. Dengan kata lain, seorang investor dimungkinkan memperoleh abnormal return dengan mengandalkan suatu peristiwa tertentu. Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar efisien saja, tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang lain. Artinya, bukti empiris adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk pasar efisien, walaupun kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien bentuk semi kuat (semi strong). Pengujian berbasis ada tidaknya anomali menggunakan model pendekatan uji ke belakang (back tested method). Peneliti melakukan pengujian untuk menjawab pertanyaan bagaimana data historis (hystorical price data) bergerak atau berubah sebagai konsekuensi dari adanya kejadian atau pengamatan.
Dalam teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar. Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies).
(39)
Tabel 2.1
Ringkasan Anomali Pasar
No Kelompok Jenis Khusus Keterangan 1 Anomali
Peristiwa
1. Analysts' Recomendation
Semakin banyak analis
merekomendasikan untuk membeli suatu saham, semakin tinggi peluang harga akan turun.
2. Insider Trading Semakin banyak saham yang dibeli oleh insiders, semakin tinggi kemungkinan
harga akan naik.
3. Listings Harga sekuritas cenderung naik setelah perusahaan mengumumkan akan melakukan pencatatan saham di bursa.
4. Value Line
Ratings Changes
Harga sekuritas akan terus naik setelah Value Line menempatkan rating perusahaan pada urutan tinggi.
2 Anomali
Musiman
1. January Harga sekuritas cenderung naik di bulan Januari, khususnya di hari-hari pertama.
2. Week-end Harga sekuritas cenderung naik pada hari Jumat dan turun hari Senin.
3. Time of Day Harga sekuritas cenderung naik di 45 menit pertama dan 15 menit terakhir perdagangan.
4. End of Month Harga sekuritas cenderung naik di hari-hari akhir tiap bulan.
5. Seasonal Saham perusahaan dengan penjualan musiman tinggi cenderung naik selama musim ramai.
6. Holidays Ditemukan return positif pada hari terakhir sebelum liburan.
(40)
Lanjutan...
No Kelompok Jenis Khusus Keterangan
3 Anomali
Perusahaa n
1. Size Return pada perusahaan kecil cenderung lebih besar walaupun sudah disesuaikan dengan resiko.
2. Closed-end
Mutual funds
Return pada close-end funds yang dijual dengan potongan cenderung lebih tinggi.
3. Neglect Perusahaan yang tidak diikuti oleh banyak analis cenderung menghasilkan return lebih tinggi.
4. Institutional Holdings
Perusahaan yang dimiliki oleh sedikit institusi cenderung memiliki return yang lebih tinggi.
4 Anomali
Akuntansi
1. P/E Saham dengan P/E ratio rendah cenderung memiliki return yang lebih tinggi.
2. Earnings
Surprise
Saham dengan capaian earnings lebih tinggi dari yang diperkirakan cenderung mengalami peningkatan harga.
3. Price/Sales Jika rasionya rendah cenderung berkinerja lebih baik.
4. Price/Book Jika rasionya rendah cenderung berkinerja lebih baik.
5. Devidend Yield Jika yield-nya tinggi cenderung
berkinerja lebih baik.
6. Earnings
Momentum
Saham perusahaan yang tingkat pertumbuhan earnings-nya meningkat cenderung berkinerja lebih baik. Sumber: Gumiati dan Utami.
(41)
H. Holiday Effect
Banyak peristiwa yang dapat mempengaruhi harga saham di pasar begitu peristiwa itu terjadi. Peristiwa-peristiwa tersebut memiliki karakterisktik yang berbeda. Peristiwa corporate action seperti split, right issue, waran, saham bonus, saham deviden, dan deviden tunai mempunyai pengaruh terhadap harga saham tetapi lamban. Peristiwa insidentil yang mencakup ledakan bom, kerusuhan massa dalam pergantian Presiden, peperangan yang dilakukan oleh negara besar, embargo ekonomi, dan kenaikan harga bahan bakar di pasar internasional berdampak drastis terhadap harga saham. Investor yang banyak mempelajari dampak suatu peristiwa terhadap harga saham akan bertindak cepat dalam mengambil keputusan jual atau beli begitu peristiwa serupa terjadi. Besarnya dampak suatu peristiwa terhadap setiap jenis saham tidaklah sama. Investor selalu menggunakan “return” sebagai tolak ukurnya. (Samsul 2006: 274)
Holiday effect adalah salah satu bagian dari event effect. Satu atau lebih
liburan penting dalam kalender mengandung holiday effect dimana pendapatan saham di hari-hari menjelang libur jauh lebih tinggi dibanding hari-hari biasa. (paper G.J. Marrett dan A.C. Worthington 2006)
(42)
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
(43)
c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.
e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
(44)
k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
(45)
t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Sektor Agriculture
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Agrikultur adalah: 1. Bisi International Tbk
2. Astra Agro Lestari Tbk
3. Bakrie Sumatra Plantations Tbk 4. Gozco Plantations Tbk
5. PP London Sumatera Tbk
6. Sampoerna Agro Tbk
7. SMART Tbk
8. Tunas Baru Lampung Tbk
9. Cipendawa Agroindustri Tbk 10. Multibreeder Adirama Ind. Tbk 11. Bahtera Adimina Samudra Tbk 12. Central Proteinaprima Tbk 13. Dharma Samudera Fishing
Industries Tbk
14. Inti Agri Resources Tbk
15. Bumi Teknokultura Unggul Tbk
C. Sektor Basic Industry and Chemical
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Industri Dasar dan Kimia adalah : 1. Holcim Indonesia Tbk
2. Indocement Tunggal Prakasa Tbk
3. Semen Gresik (Persero) Tbk 4. Arwana Citramulia Tbk 5. Asahimas Flat Glass Tbk 6. Intikeramik Alamasri Industri
Tbk
7. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk.
8. Mulia Industrindo Tbk 9. Surya Toto Indonesia Tbk 10. Alumindo Light Metal Industry
Tbk
11. Betonjaya Manunggal Tbk 12. Citra Tubindo Tbk
(46)
14. Itamaraya Gold Industri Tbk. 15. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk 16. Jaya Pari Steel Tbk
17. Lion Metal Works Tbk 18. Lionmesh Prima Tbk 19. Pelangi Indah Canindo Tbk 20. Tembaga Mulia Semanan Tbk 21. Budi Acid Jaya Tbk
22. Duta Pertiwi Nusantara Tbk 23. Ekadharma International Tbk 24. Eterindo Wahanatama Tbk 25. Indo Acidatama Tbk
26. Intanwijaya Internasional Tbk 27. Sorini Agro Asia Corporinndo
Tbk
28. Tri Polyta Indonesia Tbk 29. Unggul Indah Cahaya Tbk
30. Aneka Kemasindo Utama Tbk
31. Argha Karya Prima Ind. Tbk 32. Asiaplast Industries Tbk 33. Berlina Tbk
34. Dynaplast Tbk 35. Kageo Igar Jaya Tbk 36. Leyand International Tbk 37. Sekawan Intipratama Tbk
38. Siwani Makmur Tbk
39. Titan Kimia Nusantara Tbk 40. Trias Sentosa Tbk
41. Tunas Alfin Tbk. (A) 42. Tunas Alfin Tbk. (B)
43. Yanaprima Hastapersada Tbk 44. Charoen Pokphand Indonesia
Tbk
45. JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 46. Malindo Feedmill Tbk
47. Sierad Produce Tbk 48. Barito Pacific Tbk
49. Daya Sakti Unggul Corporation Tbk
50. Sumalindo Lestari Jaya Tbk 51. Surya Dumai Industri Tbk * 52. Tirta Mahakam Resources Tbk 53. Fajar Surya Wisesa Tbk 54. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 55. Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk 56. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 57. Suparma Tbk
58. Surabaya Agung Industry Pulp Tbk
59. Toba Pulp Lestari Tbk.
D. Sektor Consumer Goods:
Perusahaan yang termasuk dalam sektor barang-barang konsumsi adalah : 1. Ades Waters Indonesia Tbk
2. Aqua Golden Mississippi Tbk 3. Cahaya Kalbar Tbk
4. Davomas Abadi Tbk
5. Delta Djakarta Tbk
6. Indofood Sukses Makmur Tbk
7. Mayora Indah Tbk
8. Multi Bintang Indonesia Tbk 9. Prasidha Aneka Niaga Tbk 10. Sekar Bumi Tbk.
(47)
11. Sekar Laut Tbk 12. Siantar Top Tbk 13. Suba Indah Tbk *
14. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 15. Ultra Jaya Milk Tbk
16. BAT Indonesia Tbk
17. Bentoel International Investama Tbk
18. Gudang Garam Tbk
19. HM Sampoerna Tbk
20. Bristol-Myers Squibb Indonesia (PS) Tbk
21. Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk
22. Darya-Varia Laboratoria Tbk
23. Indofarma Tbk 24. Kalbe Farma Tbk 25. Kimia Farma Tbk 26. Merck Tbk
27. Pyridam Farma Tbk
28. Schering Plough Indonesia Tbk 29. Tempo Scan Pacific Tbk 30. Mandom Indonesia Tbk 31. Mustika Ratu Tbk
32. Sara Lee Body Care Indonesia Tbk
33. Unilever Indonesia Tbk 34. Kedaung Indah Can Tbk 35. Kedawung Setia Industrial Tbk 36. Langgeng Makmur Industri Tbk
E. Sektor Finance
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Keuangan adalah : 1. Bank Agroniaga Tbk.
2. Bank Artha Graha Internasional Tbk
3. Bank Bukopin Tbk
4. Bank Bumi Artha tbk
5. Bank Bumiputera Indonesia Tbk 6. Bank Capital Indonesia Tbk 7. Bank Central Asia Tbk
8. Bank Century Tbk
9. Bank CIMB Niaga Tbk
10. Bank Danamon Indonesia Tbk 11. Bank Ekonomi Raharja Tbk. 12. Bank Eksekutif Internasional
Tbk
13. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
14. Bank International Indonesia Tbk
15. Bank Kesawan Tbk 16. Bank Lippo Tbk
17. Bank Mandiri (Persero) Tbk
18. Bank Mayapada Tbk
19. Bank Mega Tbk
20. Bank Negara Indonesia Tbk
21. Bank OCBC NISP Tbk
22. Bank Nusantara Parahyangan Tbk
23. Bank Pan Indonesia Tbk 24. Bank Permata Tbk
(48)
25. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
26. Bank Swadesi Tbk
27. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
28. Bank UOB Buana Tbk
29. Bank Victoria International Tbk 30. Bank Windu Kentjana Int'l Tbk 31. Adira Dinamika Multi Finance
Tbk
32. BFI Finance Indonesia Tbk 33. Buana Finance Tbk
34. Clipan Finance Indonesia Tbk 35. Danasupra Erapacific Tbk 36. Duta Kirana Finance Tbk. 37. Indo Citra Finance Tbk 38. Mandala Multifinance Tbk 39. Trust Finance Indonesia Tbk 40. Verena Oto Finance Tbk 41. Wahana Ottomitra Multiartha
Tbk
42. Asia Kapitalindo Securities Tbk 43. HD Capital Tbk
44. J J NAB Capital Tbk
45. Kresna Graha Sekurindo Tbk 46. Panca Global Securities Tbk
47. Panin Sekuritas Tbk 48. Reliance Securities Tbk 49. Trimegah Securities Tbk 50. Yulie Sekurindo Tbk
51. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 52. Asuransi Bintang Tbk
53. Asuransi Dayin Mitra Tbk 54. Asuransi Harta Aman Pratama
Tbk
55. Asuransi Jasa Tania Tbk 56. Asuransi Multi Artha Guna Tbk 57. Asuransi Ramayana Tbk 58. Lippo General Insurance Tbk 59. Maskapai Reasuransi Ind. Tbk 60. Panin Insurance Tbk
61. Panin Life Tbk 62. Arthavest Tbk
63. Bhakti Capital Indonesia Tbk 64. Capitalinc Investment Tbk 65. Equity Development Investama
Tbk
66. Lippo Securities Tbk 67. Pacific Utama Tbk
68. Pan Pacific International Tbk 69. Sinar Mas Multiartha Tbk
F. Sektor Infrastructure and Transportation
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Infrastruktur dan Transportasi adalah : 1. Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk
2. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk
3. Jasa Marga Tbk
4. Nusantara Infrastructure Tbk
5. Bakrie Telecom Tbk
(49)
7. Indosat Tbk
8. Infoasia Teknologi Global Tbk 9. Mobile-8 Telecom Tbk. 10. Telekomunikasi Indonesia Tbk 11. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk 12. Berlian Laju Tanker Tbk 13. Centris Multi Persada Pratama
Tbk
14. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk
15. Indonesia Air Transport Tbk 16. Jasa Angkasa Semesta Tbk. 17. Mitra Rajasa Tbk
18. Panorama Transportasi Tbk 19. Pelayaran Tempuran Emas Tbk 20. Rig Tenders Tbk
21. Rukun Raharja Tbk 22. Samudera Indonesia Tbk 23. Steady Safe Tbk
24. Trada Maritime Tbk 25. Zebra Nusantara Tbk 26. Bukaka Teknik Utama Tbk.
27. Darma Henwa Tbk
28. Indika Energy Tbk 29. Truba Alam Manunggal
Engineering Tbk
G. Sektor Miscellaneous
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Aneka Industri adalah :
1. Allbond Makmur Usaha
2. Astra International Tbk 3. Astra Otoparts Tbk 4. Gajah Tunggal Tbk 5. Goodyear Indonesia Tbk 6. Indo Kordsa Tbk
7. Indomobil Sukses Internasional Tbk
8. Indospring Tbk
9. Multi Prima Sejahtera Tbk 10. Multistrada Arah Sarana Tbk 11. Nipress Tbk
12. Prima Alloy Steel Tbk 13. Selamat Sempurna Tbk 14. Apac Citra Centertex Tbk 15. Argo Pantes Tbk
16. Centex (Preferred Stock) Tbk
17. Centex Saham Seri B Tbk 18. Delta Dunia Petroindo Tbk 19. Eratex Djaja Tbk
20. Ever Shine Textile Industry Tbk 21. Hanson International Tbk 22. Hanson International Seri B Tbk 23. Indorama Synthetics Tbk 24. Karwell Indonesia Tbk 25. Nusantara Inti Corpora Tbk 26. Pan Brothers Tex Tbk 27. Panasia Filament Inti Tbk 28. Panasia Indosyntec Tbk 29. Polychem Indonesia Tbk 30. Polysindo Eka Perkasa Tbk 31. Ricky Putra Globalindo Tbk 32. Roda Vivatex Tbk
(50)
34. Teijin Indonesia Fiber Tbk 35. Texmaco Jaya Tbk
36. Unitex Tbk.
37. Primarindo Asia Infrastructur Tbk
38. Sepatu Bata Tbk
39. Surya Intrindo Makmur Tbk 40. Jembo Cable Company Tbk
41. Kabelindo Murni Tbk 42. KMI Wire and Cable Tbk 43. Sucaco Tbk
44. Sumi Indo Kabel Tbk 45. Voksel Electric Tbk 46. Sat Nusapersada Tbk 47. Ratu Prabu Energi Tbk
H. Sektor Mining
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Pertambangan adalah: 1. Adaro Energy Tbk.
2. ATPK Resources Tbk
3. Bayan Resources Tbk
4. Bumi Resources Tbk
5. Indo Tambangraya Megah Tbk
6. Perdana Karya Perkasa Tbk. 7. Petrosea Tbk
8. Resource Alam Indonesia Tbk
9. Tambang Batubara Bukit Asam
Tbk
10. Apexindo Pratama Duta Tbk 11. Elnusa Tbk.
12. Energi Mega Persada Tbk 13. Medco Energi International Tbk 14. Radiant Utama Interinsco Tbk 15. Aneka Tambang (Persero) Tbk 16. Cita mineral Investindo Tbk 17. International Nickel
IndonesiaTbk 18. Timah Tbk
19. Central Korporindo Internasional Tbk
20. Citatah Industri Marmer Tbk 21. Mitra Investindo Tbk
I. Sektor Property
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Properti adalah : 1. Alam Sutera Realty Tbk
2. Bakrieland Development Tbk
3. Bekasi Asri Pemula Tbk 4. Bhuwanatala Indah Permai
Tbk
5. Bintang Mitra Semestaraya Tbk
6. Bukit Darmo Property Tbk
7. Bumi Serpong Damai Tbk
8. Ciputra Development Tbk 9. Ciputra Property Tbk.
(51)
10. Ciputra Surya Tbk
11. Citra Kebun Raya Agri Tbk 12. Cowell Development Tbk 13. Danayasa Arthatama Tbk. 14. Duta Anggada Realty Tbk 15. Duta Pertiwi Tbk
16. Fortune Mate Indonesia Tbk 17. Global Land Development
Tbk
18. Gowa Makassar Tourism Development Tb
19. Indonesia Prima Property Tbk
20. Intiland Development Tbk 21. Jaka Inti Realtindo Tbk 22. Jakarta Int'l Hotel & Dev.
Tbk
23. Jaya Real Property Tbk 24. Kawasan Industri Jababeka
Tbk
25. Laguna Cipta Griya Tbk. 26. Lamicitra Nusantara Tbk 27. Lippo Cikarang Tbk
28. Lippo Karawaci Tbk
29. Modernland Realty Ltd. Tbk 30. New Century Development
Tbk
31. Pakuwon Jati Tbk
32. Panca Wiratama Sakti Tbk 33. Perdana Gapuraprima Tbk 34. Ristia Bintang Mahkotasejati
Tbk
35. Royal Oak Development Asia Tbk
36. Sentul City Tbk
37. Summarecon Agung Tbk
38. Suryainti Permata Tbk
39. Suryamas Dutamakmur Tbk
40. Adhi Karya (Persero) Tbk 41. Duta Graha Indah Tbk 42. Jaya Konstruksi Manggala
Pratama Tbk.
43. Surya Semesta Internusa Tbk
44. Total Bangun Persada Tbk 45. Wijaya Karya (Persero) Tbk
J. Sektor Trade and Services
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Perdagangan dan Jasa adalah :
1. AGIS Tbk
2. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk
3. AKR Corporindo Tbk
4. Asia Natural Resources Tbk 5. Colorpak Indonesia Tbk 6. Dayaindo Resources
International Tbk
7. Enseval Putra Megatrading Tbk
8. FKS Multi Agro Tbk
9. Hexindo Adiperkasa Tbk 10. Inter Delta Tbk
11. Intraco Penta Tbk 12. Lautan Luas Tbk
(52)
2
13. Millennium Pharmacon Int.'l Tbk
14. Modern Internasional Tbk 15. Multi Indocitra Tbk
16. Perdana Bangun Pusaka Tbk 17. Singer Indonesia Tbk. 18. Sugi Samapersada Tbk
19. Ancora Indonesia Resources Tbk 20. Tigaraksa Satria Tbk
21. Tira Austenite Tbk 22. Triwira Insanlestari Tbk 23. Tunas Ridean Tbk 24. United Tractors Tbk
25. Wahana Phonix Mandiri Tbk 26. Wicaksana Overseas Int l Tbk 27. Ace Hardware Indonesia Tbk. 28. Alfa Retailindo Tbk
29. Catur Sentosa Adiprana Tbk 30. Courts Indonesia Tbk. 31. Hero Supermarket Tbk 32. Kokoh Inti Arebama Tbk 33. Matahari Putra Prima Tbk 34. Metro Supermarket Realty Tbk 35. Mitra Adiperkasa Tbk
36. Ramayana Lestari Sentosa Tbk 37. Rimo Catur Lestari Tbk 38. Sona Topas Tourism Industry
Tbk
39. Toko Gunung Agung Tbk
40. Anta Express Tour & Travel Service Tbk
41. Bayu Buana Tbk
42. Destinasi Tirta Nusantara Tbk 43. Eatertainment International Tbk.
44. Fast Food Indonesia Tbk 45. Grahamas Citrawisata Tbk. 46. Hotel Mandarine Regency Tbk 47. Hotel Sahid Jaya Tbk
48. Indonesian Paradise Property Tbk.
49. Island Concepts Indonesia Tbk. 50. Jakarta Setiabudi Internasional
Tbk
51. Mas Murni Indonesia Tbk
52. Mas Murni Tbk (Preferred Stock) 53. Panorama Sentrawisata Tbk 54. Pelita Sejahtera Abadi Tbk. 55. Pembangunan Graha Lestari
Indah Tbk.
56. Pembangunan Jaya Ancol Tbk 57. Pioneerindo Gourmet
International Tbk
58. Plaza Indonesia Realty Tbk 59. Pudjiadi & Sons Estate Tbk 60. Pudjiadi Prestige Limited Tbk 61. Pusako Tarinka Tbk.
62. Abdi Bangsa Tbk 63. First Media Tbk. 64. Fortune Indonesia Tbk 65. Indosiar Karya Media Tbk 66. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk 67. Media Nusantara Citra Tbk 68. Surya Citra Media Tbk 69. Tempo Inti Media Tbk 70. Astra Graphia Tbk 71. Centrin Online Tbk 72. Dyviacom Intrabumi Tbk 73. Indoexchange Tbk
(53)
3
74. Leo Investments Tbk
75. Limas Centric Indonesia Tbk 76. Metrodata Electronics Tbk 77. Myoh Technology Tbk. 78. Alakasa Industrindo Tbk 79. Bakrie & Brothers Tbk 80. Bhakti Investama Tbk
81. Global Mediacom Tbk 82. Multipolar Tbk
83. Palm Asia Corpora Tbk 84. Pool Advista Indonesia Tbk 85. Gema Grahasarana Tbk 86. Lippo E-NET Tbk
(54)
2
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode untuk menggambarkan data yang dikumpulkan secara sederhana. Penyajiannya dapat berbentuk tabel atau grafik, termasuk juga perhitungan rata-rata, standar deviasi dan sebagainya
Tabel 4.1 Analisis Desktiptif
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PreHol 688 100.0% 0 .0% 688 100.0%
PostHol 688 100.0% 0 .0% 688 100.0%
Agri 688 100.0% 0 .0% 688 100.0%
BasicInd 688 100.0% 0 .0% 688 100.0%
Consumer 688 100.0% 0 .0% 688 100.0%
Finance 688 100.0% 0 .0% 688 100.0%
Infrastructure 688 100.0% 0 .0% 688 100.0%
Manufacture 688 100.0% 0 .0% 688 100.0%
Mining 688 100.0% 0 .0% 688 100.0%
Property 688 100.0% 0 .0% 688 100.0%
Trade 688 100.0% 0 .0% 688 100.0%
Sumber : Hasil SPSS (diolah).
Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah data yang dimasukkan adalah sebanyak 688 data (N = 688), dengan data yang hilang sebanyak 0 (Missing = 0), sehingga Total data ada 688 (100%).
(55)
3
1. Pre Holiday dan Post Holiday
Tabel 4.2
Deskriptif Pre Holiday dan Post Holiday
PreHol2 PostHol2
N Valid 688 688
Missing 0 0
Std. Error of Mean .01124 .01139
Median .0000 .0000
Std. Deviation .29471 .29866
Variance .087 .089
Skewness 2.750 2.694
Std. Error of Skewness .093 .093
Kurtosis 5.580 5.274
Std. Error of Kurtosis .186 .186
Range 1.00 1.00
Minimum .00 .00
Maximum 1.00 1.00
Sumber : Hasil SPSS (diolah).
Tabel 4.3 Frekuensi PreHoliday
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid .00 622 90.4 90.4 90.4
1.00 66 9.6 9.6 100.0
Total 688 100.0 100.0
Sumber : Hasil SPSS (diolah).
Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah data variabel dummy pre holiday (1) dengan t-2 adalah sebanyak 66 data, sedangkan untuk hari perdagangan biasa (0) sebanyak 622 data.
Tabel 4.4
Frekuensi PostHoliday
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid .00 620 90.1 90.1 90.1
1.00 68 9.9 9.9 100.0
Total 688 100.0 100.0
(56)
4
Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah data variabel dummy post holiday (1) dengan t+2 adalah sebanyak 68 data, sedangkan untuk hari perdagangan biasa (0) sebanyak 620 data.
2. Sektor Agriculture
Menurut data BEI tahun 2009 terdapat 15 perusahaan yang termasuk dalam sektor agriculture. Gambaran data untuk sebagai berikut:
Tabel 4.5
Deskriptif Sektor Agriculture
Agri Mean .0009335 .00111132
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound -.0012485
Upper Bound
.0031155
5% Trimmed Mean .0009142
Median .0008352
Variance .001
Std. Deviation .02914972
Minimum -.19420
Maximum .12817
Range .32236
Interquartile Range .02639
Skewness -.290 .093
Kurtosis 5.556 .186
Sumber : Hasil SPSS (diolah).
Dari tabel 4.5 diatas, dapat diketahui :
1. Rata-rata return sektor Agriculture adalah 0.0009335 dengan range berkisar antara -0.0012485 sampai dengan 0.0031155.
2. 5% Trimmed mean artinya dengan mengurutkan data dari yang terkecil
sampai terbesar kemudian di trimming lalu dilakukan perhitungan mean seperti biasa, rata-rata return sektor Agriculture adalah 0.0009142.
(57)
5
3. Nilai minimum return sektor Agriculture adalah -0.1942 dan nilai maksimum return sektor Agriculture adalah 0.12817.
4. Skewness = -0.290/0.093 = 3.11 Kurtosis = 5.556/0.186 = 29.87
Nilai kurtosis jauh lebih besar dari 2 artinya data berdistribusi tidak normal.
3. Sektor Basic Industry
Menurut data BEI tahun 2009 terdapat 59 perusahaan yang termasuk dalam sektor industri dasar dan kimia. Gambaran data untuk penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Deskriptif Sektor Basic Industry
BasicInd Mean .0009941 .00077245
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound -.0005226
Upper Bound
.0025107
5% Trimmed Mean .0012356
Median .0015737
Variance .000
Std. Deviation .02026115
Minimum -.11758
Maximum .07599
Range .19357
Interquartile Range .02093
Skewness -.447 .093
Kurtosis 3.579 .186
Sumber : Hasil SPSS (diolah).
Dari tabel 4.6 diatas, dapat diketahui :
1. Rata-rata return sektor Basic Industry adalah 0.0009941 dengan range berkisar antara -0.0005226 sampai dengan 0.0025107.
(58)
6
2. 5% Trimmed mean artinya dengan mengurutkan data dari yang terkecil
sampai terbesar kemudian di trimming lalu dilakukan perhitungan mean seperti biasa, rata-rata return sektor Basic Industry adalah 0.0012356 . 3. Nilai minimum return sektor Basic Industry adalah -0.11758 dan nilai
maksimum return sektor Basic Industry adalah 0.07599. 4. Skewness = -0.447/0.093 = 4.8
Kurtosis = 3.579/0.186 = 19.24
Nilai kurtosis jauh lebih besar dari 2 artinya data berdistribusi tidak normal.
4. Sektor Consumer
Menurut data BEI tahun 2009 terdapat 36 perusahaan yang termasuk dalam sektor barang konsumsi. Gambaran data untuk penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7
Deskriptif Sektor Consumer
Consumer Mean .0011983 .00082072
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound -.0004132
Upper Bound
.0028097
5% Trimmed Mean .0007318
Median .0007178
Variance .000
Std. Deviation .02152730
Minimum -.07823
Maximum .35763
Range .43586
Interquartile Range .01723
Skewness 6.550 .093
Kurtosis 110.302 .186
Sumber : Hasil SPSS (diolah).
Dari tabel 4.7 diatas, dapat diketahui :
1. Rata-rata return sektor Consumer adalah 0.0011983 dengan range berkisar antara -0.0004132 sampai dengan 0.0028097.
(59)
7
2. 5% Trimmed mean artinya dengan mengurutkan data dari yang terkecil
sampai terbesar kemudian di trimming lalu dilakukan perhitungan mean seperti biasa, rata-rata return sektor Consumer adalah 0.0007318 .
3. Nilai minimum return sektor Consumer adalah -0.07823 dan nilai maksimum return sektor Consumer adalah 0.35763.
4. Skewness = 6.550/0.093 = 70.43 Kurtosis = 110.302/0.186 = 593.02
Nilai skewness dan kurtosis jauh lebih besar dari 2 artinya data berdistribusi tidak normal.
5. Sektor Finance.
Menurut data BEI tahun 2009 terdapat 69 perusahaan yang termasuk dalam sektor keuangan. Gambaran data untuk penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Deskriptif Sektor Finance
Finance Mean .0007200 .00082917
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound -.0009080
Upper Bound
.0023480
5% Trimmed Mean .0005549
Median .0002891
Variance .000
Std. Deviation .02174886
Minimum -.07457
Maximum .10964
Range .18421
Interquartile Range .02463
Skewness .301 .093
Kurtosis 2.398 .186
(60)
8
Dari tabel 4.8 dapat diketahui :
1. Rata-rata return sektor Finance adalah 0.0007200 dengan range berkisar antara -0.0009080 sampai dengan 0.0023480.
2. 5% Trimmed mean artinya dengan mengurutkan data dari yang terkecil
sampai terbesar kemudian di trimming lalu dilakukan perhitungan mean seperti biasa, rata-rata return sektor Finance adalah 0.0005549 .
3. Nilai minimum return sektor Finance adalah -0.07457 dan nilai maksimum
return sektor Finance adalah 0.10964.
4. Skewness = 0.301/0.093 = 3.23 Kurtosis = 2.398/0.186 = 12.89
Nilai kurtosis jauh lebih besar dari 2 artinya data berdistribusi tidak normal.
6. Sektor Infrastucture
Menurut data BEI tahun 2009 terdapat 29 perusahaan yang termasuk dalam sektor infastruktur dan transportasi. Gambaran data untuk penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Deskriptif Sektor Infrastructure
Infrastructure Mean .0000342 .00083381
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound -.0016030
Upper Bound
.0016713
5% Trimmed Mean .0000770
Median .0000693
Variance .000
Std. Deviation .02187066
Minimum -.12908
Maximum .09254
Range .22163
Interquartile Range .02325
Skewness -.152 .093
Kurtosis 4.078 .186
(61)
9
Dari tabel 4.9 dapat diketahui :
1. Rata-rata return sektor Infrastructure adalah 0.0000342 dengan range berkisar antara -0.0016030 sampai dengan 0.0016713.
2. 5% Trimmed mean artinya dengan mengurutkan data dari yang terkecil
sampai terbesar kemudian di trimming lalu dilakukan perhitungan mean seperti biasa, rata-rata return sektor Infrastructure adalah 0.0000770 . 3. Nilai minimum return sektor Infrastructure adalah -0.12908 dan nilai
maksimum return sektor Infrastructure adalah 0.09254. 4. Skewness = -0.152/0.093 = -1.63
Kurtosis = 4.078/0.186 = 21.92
Nilai kurtosis jauh lebih besar dari 2 artinya data berdistribusi tidak normal.
7. Sektor Manufacture
Menurut data BEI tahun 2009 terdapat 47 perusahaan yang termasuk dalam sektor aneka industri. Gambaran data untuk penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10
Deskriptif Sektor Manufacture
Manufacture Mean .0009074 .00069448
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound -.0004561
Upper Bound
.0022710
5% Trimmed Mean .0011048
Median .0009688
Variance .000
Std. Deviation .01821612
Minimum -.11380
Maximum .09206
Range .20586
Interquartile Range .01717
Skewness -.239 .093
Kurtosis 5.523 .186
(1)
Tabel 4.49 Uji t Sektor Trade
Coeffi cientsa
-2. 430 .109 -22.335 .000
-.456 .344 -.051 -1. 328 .185
-.260 .328 -.030 -.793 .428
(Const ant) PreHol PostHol Model
1
B St d. E rror Unstandardized
Coeffic ients
Beta St andardiz ed
Coeffic ients
t Sig.
Dependent Variable: LnTrade a.
Sumber : Hasil SPSS (diolah).
Persamaan regresi berganda untuk sektor Trade adalah sebagai berikut: Y = -2.430+ (-0.456)Pre_Hol + (-0.260)Post_Hol
Jika dilihat koefisien dummy Pre_Hol dan Post_Hol tidak signifikan secara statistik pada α = 5%. Hasil pengolahan juga menunjukkan bahwa hasil uji-F secara bersama-sama tidak signifikan secara statistik pada α = 5%.
Tabel 4.50 Uji F Sektor Trade
ANOV Ab
14.473 2 7.237 1.097 .334a
4516.983 685 6.594 4531.456 687 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of
Squares df Mean S quare F Sig.
Predic tors: (Constant), Pos tHol, PreHol a.
Dependent Variable: LnTrade b.
Sumber : Hasil SPSS (diolah).
(2)
Pendapatan saham di hari menjelang libur lebih tinggi dibanding hari-hari perdagangan biasa dinamakan holiday effect. Dari hasil penelitian terhadap sembilan return indeks sektoral diatas, diketahui bahwa holiday effect mempunyai pengaruh yang sangat kecil, bahkan dapat dikatakan tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap return indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Marret dan Worthington terhadap Bursa Efek Australia yang menunjukkan bahwa holiday effect terdapat pada level pasar dengan pendapatan lima kali lebih tinggi disekitar periode liburan dibanding hari-hari perdagangan biasa. Tetapi hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendrawan terhadap Indeks LQ45 yang mendapat hasil R2=0.3% yang artinya return indeks LQ45 hanya dapat dijelaskan 0.3% oleh variabel sebelum hari libur maupun setelah hari libur nasional.
Tidak adanya holiday effect di Indonesia mengacu pada 2 alasan. Alasan pertama, anomali kalender tidak selalu terjadi. Dan alasan kedua adalah strategi mengambil keuntungan dari anomali akan disadari oleh pasar sehingga semakin banyak investor yang membeli saham atau indeks sebelum hari libur, reaksi ini akan mengakibatkan harga saham atau indeks naik dan menghilangkan anomali.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya holiday effect pada Bursa Efek Indonesia sebagaimana penelitian yang dilakukan Lankonishok dan Smidt (1988) terhadap pasar modal US, penelitian yang dilakukan Marrett dan Worthington terhadap pasar modal Australia, dan penelitian yang dilakukan Hendrawan terhadap Indeks LQ45 di BEI.
Dengan mengambil pendekatan yang sama, hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa return indeks sektoral dipengaruhi oleh preferensi hari libur nasional baik sebelum hari libur nasional maupun setelah hari libur nasional terhadap hari perdagangan biasa. Hal ini dapat dilihat dari sangat rendahnya R2 seperti yang ditunjukkan tabel dibawah ini :
Tabel 5.1
Hasil R2 Sembilan Sektor
No Sektor R2
1 Pertanian 0.2%
2 Industri Dasar dan Kimia 0.0% 3 Barang-barang Konsumsi 0.0%
4 Keuangan 0.0%
(4)
B. Saran
Beberapa saran dari setelah melihat hasil penelitian ini antara lain :
1. Penelitian ini mendapatkan bahwa return indeks sektoral sebelum hari libur nasional dan sesudah hari libur nasional terhadap hari perdagangan biasa tidaklah berbeda signifikan. Oleh karenanya keputusan investasi tidak memerlukan adanya preferensi hari. Tetapi hal ini masih harus terus dipantau dan diuji lagi sejalan dengan perkembangan pasar modal Indonesia.
2. Periode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah 2 tahun 10 bulan sehingga perlu dilakukan penelitian yang lebih intensif dengan rentang waktu yang lebih lebar.
3. Asumsi hari libur dalam penelitian ini adalah semua hari libur nasional dan hari besar agama. Sebagai saran, perlulah dibedakan hari libur apa saja yang benar-benar memiliki efek liburan di Bursa Efek Indonesia.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Ariel, R. (1990). High Stock Returns Before Holidays: Existence and Evidence On Possible Causes. Journal of Finance 45 (5): 1611-1626.
Aryanto, Octa Tri (2006). Pengaruh Lebaran Terhadap Pendapatan Abnormal Saham Di Bursa Efek Jakarta. Undergraduate theses Airlangga University.
Brockman, P. and D. Michayluk (1998). The Persistent Holiday Effect: Additional Evidence. Applied Economics Letters 5(2): 205-209.
Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia.(2008). Jakarta. Indonesia Stock Exchange
Cadsby, C. B. and M. Ratner (1992). Turn-of-The-Month and Pre-Holiday Effects On Stock Returns: Some International Evidence. Journal of
Banking and Finance 16 (3): 497-509.
Fields, M.J. (1934). Security Prices and Stock Exchange Holidays In Relation To Short Selling. Journal of Business 7 (3): 328-338.
Ghozali, Imam (2005). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hendrawan, Agung. (2004). Penelitian Anomali Efek Liburan Terhadap Imbal Hasil Indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta. Tesis Pascasarjana Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Depok.
Kim, C. W. and J. Park (1994). Holiday Effects And Stock Returns: Further Evidence. Journal of Financial and Quantitive Analysis 29 (1): 145-157. Lakonishok, J. and E. Marberly (1990). The Weekend Effect: Trading Patterns
(6)
231-Holiday Effect In The Australian Stock Market 1996-2006. Accounting
& Finance Working Paper 07/11. School of Accounting & Finance.
University of Wollongong.
Nasution, Mustafa Edwin, dan Usman, Hardius (2007). Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Saad, Al. and Khalid, M. (2005). The Holiday Effect And Stock Return In The Kuwait Stock Exchange. Global Competitiveness.
Samsul, Mohamad (2006). Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio. Surabaya. Erlangga
Santoso, Singgih (2003). SPSS Versi 10, Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta. Elex Media Komputindo.
Tabachnick, Barbara G. and Fidell, Linda S (2001). Using Multivariate Statistics. Fifth edition. US. Pearson.
Umar, Husein. (2000). Research Methods in Finance and Banking. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Uyanto, Stanislaus S. 2006. Pedoman Analisis dengan SPSS. Yogyakarta. Graha Ilmu
Vergin, R. C. and J. McGinnis (1999). Revisiting The Holiday Effect: Is it on Holiday? Applied Financial Economics 9 (3): 477-482.
Ary Gumiati, Tatang dan Sri Utami, Elok. Bentuk Pasar Efisien Dan Pengujiannya. Jurnal Ekonomi Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Univesitas Kristen Petra.