Praktik Manajemen Laba Landasan Teori

commit to user 12 Perhatian mengenai manajemen laba cukup menarik untuk dibahas, terbukti dengan banyak dilakukannya penelitian mengenai praktik manajemen laba. Penelitian ini membahas kaitan antara motivasi dan strategi dengan praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Berikut ini akan dibahas mengenai hal-hal dan variabel yang berkaitan dengan penelitian:

1. Praktik Manajemen Laba

Fischer dan Rosenzweig 1995 mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan menurunkan laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggung jawabnya tanpa menimbulkan kenaikan penurunan profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Healy dan Wahlen 1999 menyatakan bahwa manajemen laba timbul ketika manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan dalam strukturisasi transaksi untuk mempengaruhi laporan keuangan dan juga mengelabui stakeholder terkait dengan kinerja ekonomik perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang bergantung pada angka akuntansi. Definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek Healy dan Wahlen, 1999. Pertama, intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggung jawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai aktiva. Selain itu, manajer memiliki pilihan untuk metoda akuntansi commit to user 13 seperti metoda penyusutan dan metoda biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar. Manajer dapat melakukan manajemen laba karena adanya beberapa peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan, antara lain: a. Manajemen akrual Hal ini dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas, juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer. Contohnya yaitu dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan revenues, menganggap sebagai ongkos beban biaya atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya amortize or capitalize of an investment misalnya biaya perawatan aktiva tidak lancar, kerugian atau keuntungan atas penjualan aktiva, dan perkiraan-perkiraan akuntansi lainnya seperti misalnya beban piutang ragu-ragu, dan perubahan perubahan metoda akuntansi Gumanti, 2000. b. Penerapan kebijaksanaan akuntansi yang wajib Hal ini berkaitan dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan, yaitu antara menerapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut. Di banyak negara, biasanya untuk suatu kebijaksanaan akuntansi baru yang wajib mandatory accounting policy, badan akuntansi yang ada commit to user 14 governing accounting bodies memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk dapat menerapkannya lebih awal dari waktu berlakunya. Para manajer tentu saja akan memilih menerapkan suatu kebijaksanaan akuntansi yang baru bila dengan penerapan tersebut akan dapat mempengaruhi baik aliran kas maupun keuntungan perusahaan Gumanti, 2000. c. Perubahan akuntansi secara sukarela Hal ini berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau mengubah suatu metoda akuntansi tertentu di antara sekian banyak metoda yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada generallly accepted accounting principles = GAAP. Contoh untuk hal ini adalah dengan mengubah metoda penyusutan aktiva dari metoda garis lurus stright-line ke metoda penyusutan yang dipercepat accelerated atau sebaliknya dan pengakuan atas biaya produksi yaitu antara menggunakan metoda biaya penuh absorption atau full costing atau biaya langsungvariabel variable atau direct costing Gumanti, 2000. Istilah manajemen laba menimbulkan pro dan kontra apakah merupakan baik atau jelek. Namun, kejatuhan Enron, Worldcom dan perusahaan-perusahaan besar milik Amerika menyebabkan Arthur Levitt, Jr, Ketua Securities Exchange Commision SEC, mengecam perusahaan, para analis, dan auditor tentang praktik manajemen laba yang tidak sesuai dengan prosedur bisnis yang sehat. Arthur Levitt, Jr mengatakan bahwa ada beberapa cara untuk melakukan manajemen laba yang terdiri dari: commit to user 15 a. Big Bath Restructuring Charges Pola ini terjadi pada saat perusahaan melakukan reorganisasi dengan cara melaporkan kerugian yang lebih besar dengan tujuan meningkatkan laba di masa mendatang. b. Creative Acquisition Accounting Metoda dalam akuisisi yang menghapuskan biaya riset dan biaya investasi lain yang masih dalam proses untuk mengurangi beban amortisasi untuk mendongkrak laba di masa mendatang. c. Miscellaneous “Cookie Jar” Reserves Metoda klasik di mana manajemen memperbesar cadangan di masa booming kemudian digunakan untuk meratakan laba pada saat perusahaan mengalami kerugian di masa-masa sulit. d. Abuse of Materiality Penyesuaian tanpa didukung dengan dokumen lengkap sering diabaikan oleh auditor karena jumlahnya tidak material. Walaupun jumlahnya tidak material, tetapi penyesuaian ini akan membantu perusahaan jika jumlah jenis transaksi cukup banyak. e. Revenue Recognition Metoda ini juga klasik di mana perusahaan ingin mengakui laba lebih besar dengan cara mengakui pendapatan di masa mendatang sebagai pendapatan periode berjalan atau memindahkan biaya periode berjalan ke periode di masa mendatang. Jika menginginkan laba lebih kecil dapat dilakukan sebaliknya. commit to user 16 Manajemen laba bukanlah suatu hal merugikan selama dilakukan dalam koridor-koridor peluang karena manajemen laba tidak selalu diartikan dengan proses manipulasi laporan keuangan karena terdapatnya beberapa pilihan metoda yang dapat digunakan dan bukan sebagai suatu larangan. Manajer melakukan praktik manajemen laba untuk mengatur kondisi perusahaan dan sebagai usaha untuk mempengaruhi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan. Pola manajemen laba menurut Scott 2000 dalam Rahmawati 2006 dapat dilakukan dengan cara: a. Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. b. Income Minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. c. Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. commit to user 17 d. Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2. Motivasi Manajemen Laba