commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama berikut ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan
Widyaningdyah, 2001. Laporan keuangan penting bagi perusahaan karena digunakan dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang dimaksud adalah
keputusan untuk membeli, mempertahankan dan menjual investasi bagi investor, dan dalam perusahaan, keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti
manajemen Masodah, 2007. Laporan keuangan biasanya disusun berdasarkan akuntansi berbasis akrual accruals accounting. Dalam penyusunan laporan
keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil. Namun, di sisi lain penggunaan dasar
akrual memiliki kelemahan, yaitu dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metoda akuntansi selama tidak menyimpang dari
aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku Halim et al, 2005. Dalam teori keagenan agency theory, hubungan agensi muncul ketika
satu orang atau lebih principal mempekerjakan orang lain agen untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
commit to user 2
keputusan kepada agen tersebut. Hubungan antara principal pemegang saham dan agen manajer dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi
asymmetrical information karena agen berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal.
Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan asimetri informasi yang dimilikinya akan
mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agen dapat mempengaruhi
angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan. Standar akuntansi yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia IAI
mengizinkan pihak manajemen untuk mengambil suatu kebijakan dalam mengaplikasikan metoda akuntansi guna menyampaikan informasi mengenai
kinerja perusahaan kepada pihak eksternal Rahmawati dan Baridwan, 2006. Pemberian fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi akan
membuka peluang manajemen untuk berperilaku oportunis, yaitu manajer akan memilih kebijakan akuntansi yang dapat memaksimalkan expexted utility dan nilai
pasar perusahaan. Earnings atau laba sering digunakan sebagai dasar untuk pembuatan
keputusan berbagai pihak yang berkepentingan, misalnya digunakan sebagai dasar untuk memberikan bonus kepada manajer, digunakan sebagai dasar untuk
mengitung penghasilan kena pajak, dan juga digunakan sebagai kriteria penilaian kinerja perusahaan Hidayati dan Zulaikha, 2003. Tingkat keuntungan atau laba
yang diperoleh perusahaan sering dikaitkan dengan prestasi manajemen karena merupakan suatu hal yang lazim bahwa besar kecilnya bonus yang akan diterima
commit to user 3
oleh manajer tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh Gumanti, 2000. Oleh karena itu, informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan sering
menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunistis manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau
investor. Tindakan oportunis dapat merugikan pemakai laporan keuangan karena informasi yang disampaikan manajemen menjadi tidak akurat dan juga tidak
menggambarkan nilai fundamental perusahaan Kusuma, 2006. Tindakan oportunis tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu
sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keinginannya. Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai dengan
keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba earnings management.
Manajemen laba merupakan fenomena yang sulit dihindari karena hal ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan
keuangan. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan karena manajemen laba menambah bias dalam
laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa
rekayasa Setiawati dan Na’im, 2000 dalam Rahmawati, 2006. Manajer termotivasi mengelola laba untuk mencapai target kinerja dan kompensasi bonus,
meminimalkan kemungkinan pelanggaran perjanjian utang debt covenant, dan meminimalkan biaya politik karena intervensi pemerintah Achmad et al, 2007.
Manajer memiliki peluang untuk melakukan manajemen laba karena baik teori maupun bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa earnings atau laba telah
commit to user 4
dijadikan sebagai suatu target dalam proses penilaian prestasi usaha suatu departemen secara khusus manajer atau perusahaan organisasi secara umum.
Di samping itu, laba atau tingkat keuntungan juga merupakan alat untuk mengurangi biaya keagenan agency costs, dari sisi teori keagenan agency
theory, dan juga biaya kontrak, dari sisi teori kontrak contracting theory Gumanti, 2000. Misalnya, pada saat keuntungan dijadikan sebagai patokan
dalam pemberian bonus, hal ini akan menciptakan dorongan kepada manajer untuk mengatur data keuangan agar dapat menerima bonus seperti yang
diinginkannya. Dalam praktik, manajer dapat memilih kebijakan akuntansi sesuai Standar
Akuntansi Keuangan sehingga sangat wajar jika manajer memilih kebijakan- kebijakan tersebut untuk memaksimalkan utilitasnya dan nilai pasar perusahaan.
Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metoda
akuntansi accounting methods untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations Gumanti, 2000.
Sampai saat ini manajemen laba merupakan area yang paling kontroversial dalam akuntansi keuangan. Pihak yang kontra terhadap manajemen laba seperti
investor, berpendapat bahwa manajemen laba merupakan pengurangan keandalan informasi laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan dalam pengambilan
keputusan. Di sisi lain, pihak yang pro terhadap manajemen laba seperti manajer, menganggap bahwa manajemen laba merupakan hal yang fleksibel untuk
melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian yang tidak terduga.
commit to user 5
Manajemen laba menjadi hal menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan
usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan yang
dilaporkan, terlebih lagi dalam perusahaan perbankan di Indonesia. Walaupun ada regulasi yang bergitu ketat dalam industri perbankan, hal ini tidak menyurutkan
keinginan manajer untuk tetap melakukan manajemen laba Hidayati dan Zulaikha, 2003; Rahmawati dan Baridwan, 2006; Nasution dan Setiawan, 2006;
Masodah, 2007. Banyaknya motivasi manajer ketika melakukan manajemen laba menimbulkan kesulitan dalam membedakan apakah motivasi manajemen bersifat
oportunis ataukah efisien, sehingga penelitian ini bertujuan mengindikasikan sejauh mana motivasi dan strategi manajemen laba berpengaruh terhadap praktik
manajemen laba di perusahaan perbankan Indonesia. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Achmad et al. 2007 yang melakukan penelitian mengenai investigasi motivasi dan strategi manajemen laba pada perusahaan publik di
Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan motivasi debt covenant dan motivasi biaya politik akan meningkatkan praktik manajemen laba.
Namun, penelitian ini kurang berhasil dalam mengindikasikan pengaruh motivasi rencana bonus dan strategi pilihan metoda akuntansi terhadap praktik manajemen
laba. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada sampel
yang digunakan. Peneliti sebelumnya menggunakan sampel perusahaan manufaktur publik, sedangkan kali ini peneliti menggunakan perusahaan
commit to user 6
perbankan publik sebagai sampel dalam penelitian. Peneliti memilih menggunakan sampel perusahaan perbankan karena regulasi di perusahaan
perbankan cenderung lebih ketat daripada regulasi perusahaan manufaktur sehingga kemungkinan kecenderungan perusahaan perbankan untuk melakukan
manajemen laba lebih sulit daripada perusahaan manufaktur. Hal ini akan mengakibatkan perusahaan perbankan akan lebih berhati-hati dalam melakukan
manajemen laba sehingga secara langsung akan berdampak terhadap laporan keuangan perusahaan dan terhadap pihak eksternal pengguna laporan keuangan
perusahaan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk menggunakan perusahaan perbankan publik sebagai sampel dalam penelitian.
Selain itu, penelitian Ahmad et al. 2007 hanya menggunakan periode sampel tiga tahun saja 2003-2005, sedangkan peneliti menggunakan sampel
perusahaan perbankan dengan periode penelitian lima tahun 2004-2008. Dengan menggunakan periode penelitian tersebut diharapkan hasil penelitian lebih
mencerminkan keadaan terkini. Perbedaan lain dengan penelitian Ahmad et al. 2007 adalah pada model
pengukuran manajemen laba yang digunakan. Karena sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur, maka Ahmad et al. 2007 menggunakan model
Jones modifikasian dalam mengukur manajemen laba, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model akrual khusus Beaver dan Engel
1996. Model ini merupakan model yang paling sesuai untuk digunakan dalam menyelidiki adanya manajemen laba dalam industri perbankan di Indonesia
Rahmawati, 2006.
commit to user 7
B. Perumusan Masalah