Debt Covenant dan Manajemen Laba

commit to user 25 yang dapat meningkatkan kompensasi bagi manajemen. Hasil empiris penelitiannya menyatakan bahwa jenis kontrak bonus menyediakan karakteristik yang lebih lengkap dari pengaruh insentif akuntansi. Kebijakan akrual manajer berhubungan dengan insentif kontrak bonus manajemen dan perubahan prosedur akuntansi oleh manajer dihubungkan dengan modifikasi rencana bonus manajemen. Anderson dan Dekker 2007 yang meneliti pengaruh kinerja dan tujuan dari pengenalan insentif rencana bonus berdasarkan tujuan kinerja menemukan bukti yang konsisten dengan pengenalan rencana bonus berdasarkan kinerja dengan tujuan yang dinegosiasikan yang dikaitkan dengan penurunan tujuan. Dengan kata lain, pengukuran kinerja yang berbeda dan tujuan kinerja dapat menipiskan keuntungan ketika manajer memiliki insentif untuk menciptakan usaha dalam negosiasi tujuan atau sebagai pengganti dalam meningkatkan kinerja. Dari uraian di atas, hipotesis pada penelitian ini adalah: H1 : Rencana bonus berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.

b. Debt Covenant dan Manajemen Laba

Dalam penelitian Beneish et al. 2001 mengenai hubungan insentif untuk mencegah kegagalan debt covenant dan insider trading, telah diteliti apakah tindakan manajerial berguna dalam menentukan adanya manajemen laba dan memperkirakan apakah perubahan kontrak spesifik dalam perjanjian utang yang dinegosiasikan kembali memakan banyak biaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa commit to user 26 akrual yang meningkatkan laba dan akrual yang tidak diperkirakan hanya terjadi dalam perusahaan yang manajernya menggunakan penjualan abnormal insider dan dengan melakukan manajemen laba untuk menghindari kegagalan, manajer menjual equity-contingent wealth pada harga yang lebih tinggi sehingga manajemen laba sudah menjadi hal yang lazim bagi manajer yang terlibat dalam penjualan abnormal. Dichev dan Skinner 2001 yang meneliti bukti mengenai hipotesis debt covenant menemukan bahwa private lenders menggunakan debt covenant sebagai “trip wires” untuk peminjam utang, yaitu private debt covenants diatur dengan ketat sehingga pelanggaran teknik relatif sering terjadi sekitar 30 dari keseluruhan pinjaman, tetapi bagi banyak perusahaan, pelanggaran ini tidak dihubungkan dengan financial distress. Jadi, secara umum debt covenant diatur relatif ketat dalam persetujuan private lending. Bradley dan Roberts 2004, yang meneliti struktur covenant dari perjanjian pinjaman perusahaan, mengemukakan bahwa perusahaan yang memilih untuk menerbitkan utang secara privat cenderung lebih sedikit daripada perusahaan yang menerbitkan utang secara publik. Hal ini menyebabkan perusahaan memiliki peluang berkembang yang lebih besar, memiliki utang jangka panjang dan aktiva riil yang sedikit, serta lebih mudah untuk mengubah aliran kas dan covenant dalam perjanjian utang. commit to user 27 Penelitian Janes 2006 mengenai akrual sebagai penentu keketatan debt covenant telah menganalisis penggunaan informasi akrual oleh commercial lenders dalam pengaturan debt covenant. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hubungan antara keketatan akrual dan debt covenant mengindikasikan bahwa lenders tidak menggunakan informasi akrual dalam pengaturan debt covenant. Perusahaan dengan akrual yang sangat rendah memiliki current ratio debt covenant yang lebih dibatasi. Chava dan Roberts 2007, yang meneliti debt covenant dan transfer hak pengendalian melalui pembiayaan yang mempengaruhi investasi perusahaan, menemukan bahwa penurunan tajam dari investasi modal akan diikuti dengan pelanggaran financial covenant ketika kreditor menggunakan ancaman dari percepatan pinjaman untuk menghalangi manajemen. Dengan demikian, penurunan investasi dipusatkan dalam situasi di mana masalah keagenan dan informasi relatif menjadi lebih sulit. Herawati dan Baridwan 2007 menemukan bahwa perusahaan yang melanggar perjanjian utang melakukan praktik manajemen laba yang menaikkan laba yang dilaporkan pada periode sebelum terjadi pelanggaran dan perusahaan yang melanggar perjanjian utang dan perusahaan kontrol sama-sama melakukan manajemen laba pada periode sebelum dan saat terjadi pelanggaran perjanjian utang. Achmad et al 2007 juga menemukan bahwa motivasi debt covenant commit to user 28 berpengaruh terhadap praktik manajemen laba di Indonesia. Dari uraian di atas, hipotesis pada penelitian ini adalah: H2 : Debt covenant berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.

c. Biaya Politik dan Manajemen Laba