Visi, Misi dan Lokasi Organisasi Analisis Internal Penyuluhan.

Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 2010 pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai melakukan penggabungan beberapa SKPD. Setelah mengalami beberapa proses akhirnya sesuai dengan Perda no. 3 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Derah pada Pemda Serdang Bedagai maka Badan Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan di gabungkan dengan Badan Ketahanan Pangan menjadi Badan Penyelenggara Penyuluhan dan Ketahanan Pangan BP2KP. Badan ini efektif berlaku mulai tahun 2011 sampai saat ini. Bergabungan kedua bidang ini berdampak pada berubahnya struktur organisasi serta kegiatan yang semakin bertambah. Hal ini juga berkaitan dengan perubahan visi dan misi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

5.2 Visi, Misi dan Lokasi Organisasi

Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan BP2KP terletak di dusun IV desa Sei Rejo, Kecamatan Sei Rampah. Lokasi ini berada di sekitar daerah pertanian masyarakat juga dekat dengan pemukiman penduduk. Dalam menjalankan kegiatan organisasi, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan ini memiliki visi dan misi sesuai yang tertuang dalan Rencana Kerja Renja yang dibuat. Visi dari penyuluhan adalah Terwujudnya Penyuluhan dan Ketahanan Pangan yang tangguh dan mandiri menuju masyarakat Pancasilais, Religius, Modern, Kompetitif dan Berwawasan Lingkungan . Sedangkan misi dari organisasi ini adalah: 1. Memfasilitasi penyuluhan pertanian yang tangguh dan ketahanan pangan 2. Menyediakan sarana dan prasarana penyuluhan yang memadai serta diversifikasi produksi dan konsumsi pangan Universitas Sumatera Utara 3. Melaksanakan pengelolaan sektor pertanian yang terarah, terpadu dan berkesinambungan. 4. Meningkatkan ketersediaan pangan, distribusi, dan konsumsi pangan yang cukup, berkualitas, berimbang, beragam, bergizi, aman, dan mudah diakses serta harga terjangkau. 5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam bidang penyuluhan dan pemenuhan pangan dan gizi.

5.3 Struktur Organisasi BP2KP Kabupaten Serdang Bedagai

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa. Struktur organisasi merupakan faktor yang memegang peranan penting sebagai petunjuk dalam pembagian tugas dan tanggung jawab dari tiap bagian dan sekaligus diperlukan untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dari tiap bagian dan juga merupakan upaya agar kegiatan organisasi dapat berjalan dengan lancar. Struktur organisasi merupakan gambaran pembagian wewenang, tugas dan kewajiban juga merupakan gambaran lintas kordinasi antara tiap bagian dalam suatu organisasi. Setiap organisasi harus memiliki tujuan. Tujuan dicerminkan oleh sasaran-sasaran yang dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiga bidang Universitas Sumatera Utara utama dalam tujuan organisasi yaitu profitability keuntungan, growth pertumbuhan, dan survive bertahan hidup. Ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi. Dengan demikian struktur organisasi merupakan gambaran yang memperlihatkan susunan, fungsi departemen dan posisi mereka dalam organisasi serta bagaimana hubungannya antara satu dengan yang lain disamping menunjukkan garis perintah maupun jalur jalan komunikasi formal. Badan Penyelenggara Penyuluhan dan Ketahanan Pangan memiliki struktur organisasi yang terlihat pada Gambar 5 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Kepala Badan Kelompok Jabatan Fungsional Sekretaris B Kasubbag Umum dan Kepegawaian Kasubbag Keuangan da Perlengkapa Kabid Kelembagaan, Koordinasi dan Kerjasama Kasubbid Sarana, Prasarana dan SDM Kasubbid Koordinasi Program Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabid Penyuluhan Kasubbid Penyelenggaraan Penyuluhan Kasubbid Teknologi, Uji Coba dan Perumusan Kabid Penganekaragaman Konsumsi dan Ketahanan Pangan Kasubbid Penganekaragaman Kasubbid Keamanan Pangan Materi Penyuluahn Universitas Sumatera Utara Penjelasan untuk bagan diatas adalah sebagai berikut: a. Badan Pelaksana Penyuluhan dan ketahanan Pangan di kepalai oleh seorang Kepala Badan yang merupakan pejabat setingkat eselon II. Kepala badan merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap organisasi ini. b. Sekretaris Badan dan Kelompok Jabatan Fungsional merupakan orang- orang yang bertugas membantu tugas-tugas kepala badan dalam organisasi ini. Dalam hal ini Sekretaris Badan membawahi tiga bidang yaitu bagian umum dan kepegawaian, bidang keuangan dan perlengkapan, dan bidang perencanaan program dan akuntabilitas. Ketiga bidang ini masing-masing di pimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Kasubbag dan masing- masing membawahi beberapa orang staf. Kelompok jabatan fungsional merupakan orang-orang yang membantu tugas Kepala Badan dalam bidang teknis terutama yang berkaitan dengan teknik pertanian dan teknis penyuluhan. Kelompok jabatan fungsional diisi oleh orang-orang yang merupakan ahli dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan serta ketahanan pangan serta sudah berpengalam dalam penyuluhan. Pada umumnya kelompok jabatan fungsional merupakan penyuluh ahli. c. Dalam organisasi ini terdapat empat bidang penting yaitu bidang kelembagaan koordinasi dan kerjasama, bidang penyuluhan, bidang penganekaragaman konsumsi dan ketahanan pangan dan bidang ketersediaan dan cadangan pangan. Masing-masing bidang ini di kepalai oleh seorang kepala bidang dan di bantu oleh beberapa orang Kepala Sub Universitas Sumatera Utara Bidang Kasubbid. Kepala bidang langsung bertanggung jawab kepada Kepala Badan, mengenai semua tugas pokok dan fungsi bidang yang dipimpinnya. d. Selain itu terdapat bagian lain yang berhubungan langsung atau bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan yaitu UPTB BPKP. Unit ini dikepalai langsung oleh seorang kepala setara eselon IV dan bertanggung jawab langsung kepada kepala badan. Bagian ini merupakan tempat para penyuluh bernaung dalam arti BPKP mengkoordinir langsung penyuluh-penyuluh yang berada dilapangan. Di Kabupaten Serdang Bedagai terdapat lima BPKP yaitu BPKP Sei Rejo, BPKP Pematang Sijonam, BPKP Dolok Masihul, BPKP Brohol dan BPKP Tanjung Beringin. Ujung tombak dari kegiatan penyuluhan ini adalah para penyuluh. Seluruh program yang diselenggarakn oleh organisasi ini akhirnnya dilaksanakan oleh para penyuluh agar sampai kepada masyarakat. Secara umum para penyuluh tersebut bertugas di desa-desa yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Oleh sebab itu sesuai dengan UU No. 16 Tahun 2006, pasal 8 ada emapt bentuk kelembagaan badan penyuluhan pemerintah yaitu: 1. Pada tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan 2. Pada tingkat provinsi berbentuk Badan Kordinasi Penyuluhan 3. Pada tingkat KabupatenKota berbentuk badan pelaksana penyuluhan 4. Pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan Sesuai dengan UU No. 16 tahun 2006 untuk tingkat kabupaten penyuluhan dilaksanakan oleh BP2KP dan bidang yang menangani penyuluhan secara Universitas Sumatera Utara langsung yaitu Bidang Penyuluhan. Seluruh penyuluh yang ada di desa langsung bernaung di bawah Balai Penyuluhan dalam hal ini bernama Balai Penyuluhan dan Ketahanan Pangan BPKP. Maka untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan BP2KP melaksanakan kordinasi dengan BPKP. Di Kabupaten Serdang Bedagai Terdapat lima Balai Penyuluhan dan Ketahanan Pangan BPKP yang menangani seluruh penyuluh di beberapa kecamatan di Kabupaten ini. Setiap BPKP di kepalai oleh seorang Kepala BPKP yang merupakan pejabat setingkat eselon III. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan struktur organisasi di Balai Penyuluhan dan Ketahanan Pangan BPKP. Kepala BPKP Tata Usaha TU Kelompok Jabatan Fungsional Kecamatan Para Penyuluh Gambar 6. Struktur Organisasi Balai Penyuluhan dan Ketahanan PanganBPKP Penjelasan untuk gambar diatas adalah sebagai berikut: a. Balai Penyuluhan dan Ketahanan Pangan dikepalai oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala BP2KP dan berkordinasi dengan seluruh kepala bidang yang berada di BP2KP. b. Kepala BPKP dibantu oleh beberapa orang Kelompok Jabatan Fungsional yang merupakan ahli dalam bidangnya masing-masing. Kelompok jabatan Universitas Sumatera Utara fungsional KJF terdiri dari KJF PertanianPangan, KJF Perikanan, KJF Kehutanan dan Perkebunan dan KJF Peternakan. Kelompok Jabatan Fungsional bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan para penyuluh dan melakukan supervisi dan kontrol terhadap para penyuluh. c. Para penyuluh merupakan ujung tombak kegiatan penyuluhan. Tugas pokok penyuluh adalah melakukan kegiatan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan petani, menyampaikan program pemerintah, memberikan laporan mengenai seluruh kegiatan yang dilaksanakan pemberkasan dan membina kelompok tani. Secara ringkas kelima Balai Penyuluhan dan Ketahanan Pangan dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 7. Balai Penyuluhan dan Ketahanan Pangan BPKP di Kabupaten Serdang Bedagai Sumber : BP2KP Bidang Kelembagaan 2012 Pada data diatas, disajikan terlihat penyebaran wilayah kerja dari setiap BPKP, dengan jumlah penyuluh yang berada di bawah naungan BPKP masing-masing. Dari data di atas terlihat jumlah penyuluh yang tidak sesuai dengan jumlah desa yang ada. Hal ini belum memenuhi target pemerintah yaitu satu desa satu penyuluh agar program pemerintah dapat samapi dengan merata. NO NAMA BPKP JUMLAH KECAMATAN JUMLAH DESA JUMLAH PENYULUH 1 BPKP P. Sijonam 3 53 39 2 BPKP Sei Rejo 3 39 32 3 BPKP Brohol 4 61 22 4 BPKP Dolok Masihul 5 77 42 5 BPKP Tanjung Beringin 2 13 15 Universitas Sumatera Utara

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis lingkungan merupakan tahap awal dalam menetukan strategi yang akan dilaksanakan. Hal ini bertujuan agar strategi yang diperoleh tepat sasaran dan lebih fokus. Lingkungan suatu organisasi terdiri dari lingkungan Internal dan Eksternal. Lingkungan internal dan eksternal ini langsung berkaitan dengan penyuluhan secara individu maupun organisasi.

6.1 Analisis Internal Penyuluhan.

Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berada di dalam organisasi serta berpengaruh langsung terhadap arah dan tindakan organisasi. Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh penyuluhan. Berdasarkan pada berbagai pendapat dan teori tentang karakteristik internal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik internal penyuluh merupakan sifat-sifat yang dimiliki seorang penyuluh pertanian yang berhubungan dengan aspek kehidupan dan lingkungannya dengan faktor-faktor internal meliputi; umur, masa kerja, pendidikan formal, pelatihan, motivasi, persepsi terhadap tugas, pemanfaatan media, hubungan interpersonal, dan jumlah kelompok yang dibina.

6.1.1 Umur, Masa Kerja dan Pendidikan Formal

Ketiga aspek internal tersebut sangat mempengaruhi kinerja penyuluh dan produktifitas dari kegiatan penyuluhan tersebut. Biasanya semakin tua umur dan lamanya seorang penyuluh bekerja maka semakin baik kreatifitas penyuluh tersebut dalam merencanakan program penyuluhan lama lebih mudah Universitas Sumatera Utara membangun komunikasi dengan sasaran penyuluhan. Namun dipihak lain biasanya, penyuluh yang sudah bekerja selama lebih dari 20 tahun, lebih mudah mengalami kejenuhan. Tingkat pendidikan yang rendah serta umur yang sudah tua ditambah masa kerja yang sudah lama membuat para penyuluh ini mudah mengalami kejenuhan. Oleh sebab itu faktor umur, pendidikan formal dan masa bekerja dapat menjadi faktor kekuatan sekaligus kelemahan dalam sistem penyuluhan pertanian. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan komposisi penyuluh berdasarkan aspek umur, lama bekerja dan pendidikan formal dalam persentase. Tabel 8. Persentase Penyuluh dari Faktor Umur, Lama Bekerja dan Pendidikan Formal. Sumber: Bidang Penyuluhan 2012 Diolah Kedewasaan penyuluh terhadap pekerjaannya semakin meningkat seiring dengan bertambah usia penyuluh dalam lingkup pekerjaan tersebut. Data menunjukkan usia penyuluh berkisar antara 26 – 49 tahun, artinya penyuluh masih tergolong usia produktif dan memiliki kesempatan belajar lebih banyak. Semakin tinggi sikap positif dan komitmen penyuluh terhadap pekerjaan maka produktivitas kerjanya pun semakin tinggi. Pada penyuluh berusia tua, kematangan usia dan pengalaman kerja yang telah dimiliki, menbuat mereka lebih kreatif dalam membangun kerjasama untuk merencanakan program penyuluhan yang lebih partisipatif. Berdasarkan hasil pengamatan, sebanyak 49 persen penyuluh bekerja kurang dari lima tahun. Merupakan waktu yang belum lama untuk dapat menjadi penyuluh yang terampil. Penyuluh yang bekerja kurang dari 15 tahun Umur Tahun Lama Bekerja Tahun Pendidikan Formal ≤ 25 26-49 ≥ 50 ≤ 5 6-14 ≥ 15 S1 D3 SMA 5 70 25 49 38 13 45 30 25 Universitas Sumatera Utara biasanya masih memiliki kondisi dan semangat yang baik untuk menyuluh dibanding penyuluh yang sudah bekerja lebih dari 15 tahun. Pada aspek pendidikan formal, sebanyak 45 persen penyuluh berpendidikan Sarjana Pertanian. Namun tingginya tingkat pendidikan yang tidak disertai dengan pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi dapat menurunkan kinerja penyuluh karena kemampuan komunikasi adalh kompetensi yang harus dimiliki seorang penyuluh. Kualikasi pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki penyuluh masih terbatas pada pengetahuan teknis karena sebagian besar penyuluh bukan berasal langsung dari lulusan atau perguruan tinggi jurusan penyuluhan atau sekolah-sekolah pertananian seperti STPP dan sejenisnya. Hal ini dapat berdampak negatif pada penyuluh-penyuluh yang masih baru karen pengetahuan yang dimiliki tidak sebanding dengan tuntutan tugas yang dihadapi. Selain itu, tingkat pendidikan dan masa kerja berkaitan dengan tingkat gaji dan dan fasilitas, dan akhirnya akan berujung kepada tingkat kesejahteraan penyuluh. Semakin sejahtera penyuluh maka akan meningkatkan kinerja dan motivasi penyuluh dalam bekerja. Sebab ketika kebutuhan pribadi dan keluarga sudah terpenuhi maka penyuluh dapat lebih berfokus pada pekerjaannya yaitu melayani masyarakat melalui penyuluhan.

6.1.2 Pelatihan, Motivasi dan Persepsi Terhadap Tugas

Faktor pelatihan memiliki hubungan nyata dengan kinerja penyuluh. Artinya, faktor pelatihan berhubungan erat dengan kinerja penyuluh pertanian, terutama kinerja penyuluh pada aspek kerjasama dan komunikasi. Dari hasil pengamatan menunjukkan sebagian besar penyuluh yang mengakui jarang mengikuti pelatihan, terutama kepada penyuluh-penyuluh baru. Fakta ini Universitas Sumatera Utara didukung dengan data dimana 50 persen lebih penyuluh memiliki masa kerja kurang dari 14 tahun, sehingga peluang mereka mengikuti beragam pelatihan belum banyak Lihat Tabel 8. Selain itu, minimnya anggaran yang dikelola institusi penyuluhan diduga sebagai penyebab minimnya intensitas pelatihan yang diikuti penyuluh. Minimnya intensitas pelatihan tersebut secara langsung akan berdampak pada kompetensi penyuluh, sehingga motivasi untuk melaksanakan tugas pun menurun. Fakta lain yang menjadi penyebab adalah motivasi awal ketika melamar pekerjaan sebagai calon pegawai negeri sipil. Hasil pengamatan dan wawancara mendalam di lapangan terhadap beberapa responden diketahui, bahwa pada mulanya motivasi para penyuluh baru adalah menjadi pegawai negeri sipil, namun mereka sendiri tidak mengetahui pasti apa yang menjadi tugas dan kewajiban penyuluh pertanian. Penyuluh ditempatkan di lokasi-lokasi tugas yang jauh dari akses informasi dan transportasi, membuat motivasinya dalam bekerja mulai menurun dan akibatnya mereka tidak lagi disiplin melaksanakan tugas sebagaimana yang diharapkan. Disisi lain, rendahnya motivasi penyuluh tersebut dikarenakan kebijakan-kebijakan organisasi yang tidak sejalan dengan keinginan dan kebutuhan penyuluh. Kebijakan kenaikan pangkat dan pola karier yang tidak jelas akan berpengaruh pada motivasi penyuluh. Motivasi kerja penyuluh akan berdampak positif terhadap kinerja penyuluh. Motivasi yang tinggi ditemukan pada penyuluh-penyuluh yang ditempatkan pada lokasi tugas yang mudah dijangkau, serta penyuluh yang memperoleh perhatian dan keuntungan secara sepihak oleh pimpinan. Universitas Sumatera Utara

6.1.3 Pemanfaatan Media, Hubungan Interpersonal, dan Jumlah Kelompok Binaan.

Pemanfaatan media dalam kegiatan penyuluhan dapat membantu meningkatkan kinerja penyuluhan. Hal ini karena dengan menggunakan media akan membantu meningkatkan kemampuan penyuluh dari segi keilmuan, serta teknologi yang berkembang, sehingga penyuluh dapat terus memperbaharui pengertahuan mereka tentang segala hal yang berkaitan dengan pertanian. Pemanfaatan media adalah bentuk motivasi diri seseorang secara kognitif dalam mencari informasi. Penyuluh yang mampu memanfaatkan media, baik cetak maupun elektronik dengan baik sama halnya dengan berupaya untuk memperbaiki kualitas kerja. Faktor pemanfaatan media berhubungan dengan kinerja penyuluh, terutama pada aspek perencanaan program penyuluhan, pelaksanaan program penyuluhan, inisiatif penyuluh dalam menyelesaikan masalah, kreativitas terhadap tugas-tugas baru yang diberikan, dan aspek komunikasi penyuluh dengan sasaran secara konvergen. Semakin sering penyuluh memanfaatkan media penyuluhan, semakin banyak pula informasi yang diperoleh sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah petani terutama informasi-informasi yang berkaitan dengan teknologi baru. Namun saat ini masih terbatas tersedia fasilitas media yang dapat menunjang proses penyuluhan seperti majalah atau koran pertanian, buku-buku pertanian, dan jaringan internet. Fasilitas lain seperti Bagan Warna Daun BWD, pengukur Ph tanah, laboratorium yang merupakan salah satu media penyuluhan juga belum tersedia. Hal ini juga sebagai faktor yang menghambat kegiatan penyuluhan. Universitas Sumatera Utara Hubungan interpersonal antara penyuluh dengan pimpinan maupun dengan sesama penyuluh berjalan baik, ternyata hal tersebut dapat memperlancar pelaksanaan tugas penyuluh. Kebijakan-kebijakan organisasi yang menimbulkan pro kontra di kalangan penyuluh berdampak secara tidak langsung pada hubungan interpersonal antara penyuluh dengan pimpinan maupun dengan sesama rekan penyuluh. Hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan ada beberapa penyuluh yang memiliki hubungan yang kurang baik dengan atasannya. Biasanya hal ini sebab adanya komunikasi yang tidak baik antara kedua belah pihak, misalnya seorang pemimpin yang tidak memiliki kemampuan sebagai pemimpin sehingga dia tidak dapat merangkul bawahannya atau karena penyuluh yang tidak memiliki komitmen terhadap pekerjaannya. Disis lain, hanya sebagian kecil ditemukan hubungan yang tidak baik antara penyuluh, dalam arti tingkat kebersamaan penyuluh masih relatif baik. Hal ini disebabkan rasa kebersamaan yang masih tinggi. Bila dianalisa dari sisi hubungan petani dan penyuluh, ada juga ditemukan beberapa penyuluh yang memiliki permasalahan dengan kelompok tani yang dibinanya. Hal ini dapat menghambat kegiatan penyuluhan dan menurunkan kinerja penyuluh tersebut. Biasanya penyuluh yang sudah ditolak diwilayah kerjanya memiliki kesulitan untuk melaksanakan rencana kerja yang telah disusun. Selain itu kondisi ini dapat menyebabkan persepsi negatif petani terhadap lembaga BP2KP , sehingga dapat tergeneralisasi terhadap program-program pemerintah yang akan diberikan oleh instansi ini. Hal ini dapat membuat wilayah tersebut sulit untuk berkembang. Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Komposisi Penyuluh dengan Kelompok Tani Binaan Sumber : Bidang Kelembagaan 2012 Margono Slamet 2001 berpendapat, bahwa tingkat kinerja penyuluh pertanian dikatakan baik apabila penyuluh tersebut mampu membina lima sampai delapan kelompok tani dalam satu wilayah kerja. Jumlah kelompok binaan menunjukkan berhubungan nyata dengan kinerja penyuluh terutama pada aspek kerjasama. Artinya, apabila jumlah kelompok tani yang dibina seorang penyuluh berjumlah optimal, semakin baik tingkat kerjasamanya dengan sasaran penyuluhan. Data pada Tabel 9 menunjukkan rata-rata penyuluh membina kurang Nama Kecamatan Jumlaah Desa Jumlah Kelompok Tani Jumlah Penyuluh Sei Rampah 17 102 10 Sei Bamban 10 131 10 Teluk Mengkudu 12 118 12 Tebing Tinggi 14 120 8 Tebing Syahbandar 10 59 4 Dolok Merawan 17 38 3 Sipispis 20 64 7 Perbaungan 28 187 19 Pegajahan 13 103 8 Pantai Cermin 12 152 12 Dolok Masihul 28 139 17 Serba Jadi 10 58 6 Kotarih 11 26 6 Bintang Bayu 19 40 8 Silinda 9 26 5 Tanjung Beringin 8 103 9 Bandar Kalipah 5 86 6 Total 244 1552 150 Universitas Sumatera Utara dari lima kelompok tani, hal tersebut mencerminkan kinerja penyuluh dalam dimensi ini masih berada pada kategori sedang.

6.1.4 Kesejahteraan Penyuluh.

Faktor ini tidak bisa diabaikan dalam kaitan dengan kinerja penyuluh pertanian. Secara umum apabila seseorang sudah dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya, maka dia akan lebih dapat berfokus kepada pekerjaannya. Pada umumnya kondisi kesejahteraan penyuluh terutama yang sudah berkeluarga masih tergolong kurang sejahtera. Hal ini membuat banyak penyuluh yang melakukan pekerjaan lain sebagai sampingan. Namun sering kali hal ini yang menyebabkan penyuluh menjadi tidak fokus kepada pekerjaannya sebagai penyuluh dan lebih mengutamakan pekerjaan lain yang memberikan penghasilan tambahan. Ada beberapa penyuluh yang memiliki kegiatan sampingan namun masih berhubungan dengan bidang pertanian seperti menjual bibit, benih, saprodi dan lainnya. Tidak dapat dipungkiri keadaan ini menjadi peluang terjadinya penyuluh melakukan penyimpangan dalam pekerjaan yan dapat membuat citra penyuluh pertanian menjadi tidak baik dihadapan massyarakat.

6.2 Analisis Ekternal Penyuluhan