hakim tertentu untuk menjadi Hakim Pengawas tidak perlu dijelaskan, karena hal itu merupakan kewenangan dari Majelis Hakim yang bersangkutan.
Kedudukan Hakim Pengawas
Pada dasarnya kedudukan semua hakim dalam proses penyelesaian suatu perkara adalah sejajar. Namun pada saat proses penyelesaian perkara kepailitan,
dimana dalam putusannya terdapat penunjukkan dan pengangkatan Hakim Pengawas, maka kedudukan Hakim Pengawas disini tidak menjadi sejajar dengan hakim majelis.
Hal tersebut dikarenakan Hakim Pengawas tersebut telah ditunjuk dan diangkat oleh Majelis Hakim yang bersangkutan untuk menyelesaikan suatu putusan sehingga
kedudukan Hakim Pengawas berada di bawah hakim majelis. Begitu pula untuk Hakim Pengawas yang ditunjuk dan diangkat oleh Ketua Pengadilan Niaga, meskipun
dia ditunjuk dan diangkat oleh Ketua Pengadilan Niaga, kedudukan Hakim Pengawas tersebut berada di bawah hakim majelis yang memeriksa perkara yang bersangkutan
sebelumnya.
99
4. Tugas dan Wewenang Hakim Pengawas Pada Pelaksanaan Putusan Pailit Pengadilan Niaga
Hakim Pengawas pada pelaksanaan suatu putusan pailit Pengadilan Niaga memiliki 90 Sembilan puluh tugas dan wewenang yang diatur dan ditetapkan oleh
Undang-Undang kepailitan. Sifat Penetapan Hakim Pengawas bahwa keputusan- keputusan yang dikeluarkan oleh Hakim Pengawas, berkenaan dengan pelaksanaan
99
Bagus Irawan, Hukum Kepailitan; Perusahaan; dan Asuransi Bandung ; PT Alumni 2007, Hal, 56.
Universitas Sumatera Utara
suatu putusan pailit adalah berupa ketetapan-ketetapan. Berdasarkan ketentuan Pasal 83 Undang-Undang kepailitan, maka ketetapan-ketetapan Hakim Pengawas tersebut
bersifat serta-merta, yang berarti bahwa ketetapan tersebut tetap dapat dijalankan walaupun terdapat upaya hukum terhadap putusan pailit yang menjadi dasar
dibuatnya suatu penetapan. Terhadap ketetapan-ketetapan Hakim Pengawas, berdasarkan ketentuan Pasal
82 dan Pasal 278 Undang-Undang kepailitan merupakan putusan akhir dan tidak dapat diajukan upaya hukum atas penetapan tersebut. Berdasarkan Pasal 66 Undang-
Undang kepailitan, yang dapat dilakukan oleh para pihak apabila merasa keberatan terhadap penetapan Hakim Pengawas hanyalah mengajukan keberatan yang diajukan
kepada Majelis Hakim yang bersangkutan. Namun ketentuan Pasal 66 Undang- Undang kepailitan ini hanya berlaku untuk keberatan terhadap penetapan Hakim
Pengawas pada pelaksanaan putusan pailit. Mengenai pertanggungjawaban Hakim Pengawas di dalam Undang-Undang
kepailitan tidak mengatur mengenai masalah pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan wewenang dari Hakim Pengawas. Namun pada pelaksanaan pada
Pengadilan Niaga, berdasarkan kedudukan Hakim Pengawas terhadap Majelis Hakim, maka seorang Hakim Pengawas harus mempertanggungjawabkan seluruh
pelaksanaan tugas dan wewenangnya secara tertulis kepada Majelis Hakim yang mengangkatnya.
Untuk Hakim Pengawas yang ditunjuk dan diangkat oleh ketua Pengadilan Niaga, meskipun Hakim Pengawas tersebut tidak diangkat oleh Majelis Hakim,
Universitas Sumatera Utara
namun untuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya harus dipertanggung jawabkan secara tertulis kepada Majelis Hakim yang sebelumnya
memeriksa perkara tersebut. Bentuk pertanggungjawaban Hakim Pengawas hanya berupa laporan tertulis Hakim Pengawas ataupun berita acara pendapat yang diajukan
kepada Majelis Hakim. Pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan wewenang Hakim Pengawas
selama ini hanya terhadap tindakan-tindakan Hakim Pengawas secara umum saja; sedangkan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Hakim
Pengawas tidak pernah dipertanggungjawabkan, karena Undang-Undang kepailitan tidak mengaturnya.
Agar pengawasan Hakim Pengawas terhadap Kurator dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit dapat efektif dan efisien, maka ada beberapa
kewajiban pokok terhadap Hakim Pengawas, antara lain : a.
Kurator harus menyampaikan laporan kepada Hakim Pengawas mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap 3 tiga bulan Pasal 74 2
UUK kepailitan, laporan tersebut bersifat terbuka untuk umum dan dapat dilihat oleh setiap orang dengan cuma-cuma, ini sebagai bentuk pertanggungjawaban
kepada publik dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit, waktu penyampaian laporan setiap 3 tiga bulan, jika tidak dimungkinkan maka
Hakim Pengawas dapat memperpanjang jangka waktunya. b.
Kurator wajib memberikan mempertanggungjawaban kepada Hakim Pengawas paling lambat 30 hari setelah berakhirnya kepailitan Pasal 202 ayat 3 UUK.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HAMBATAN HAKIM PENGAWAS SETELAH PUTUSAN PAILIT
A. Proses Permohonan Dan Putusan Pernyataan Pailit
1. Tahap Pendaftaran Permohonan Pernyataan Pailit
Kreditur sebagai pemohon pailit mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada pengadilan niaga. Panitera Pengadilan Niaga wajib mendaftarkan
permohonan tersebut pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan dan kepada permohonan tersebut pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan
dan kepada permohonan diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dengan tanggal yang sampai dengan tanggal pendaftaran.
Pasal 6 Ayat 3 UUK mewajibkan panitera untuk menolak pendaftaran permohonan pernyataan pailit bagi institusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat 3, ayat 4, dan ayat 5
100
100
Pasal 2 ayat 2, 3, 4 dan 5 ini memberikan pembatasan bagi pihak yang dapat menjadi pemohon dalam hal-hal tertentu, antara lain:
, jika dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam ayat-ayat tersebut. Pasal 6 ayat 3 UUK ini pernah diajukan Judicial Review di
Mahkamah Konstitusi dan putusan Mahkamah Kontitusi perkara Nomor 071PUU- II2004 dan perkara 001-002PUUIII2005 telah menyatakan bahwa Pasal 6 ayat 3
a. Kejaksaan jika dikaitkan dengan kepentingan umum;
b. Bank Indonesia jika debiturnya adalah bank;
c. Bapepam jika debiturnya adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian; d.
Menteri Keuangan jika debiturnya adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik.
Universitas Sumatera Utara