Hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dapat menjawab permasalahan yang diajukan dipergunakan pendekatan dengan kerangka teori. Kerangka berfikir menjadi
konsep keadilan dan perlindungan yang seimbang terhadap kepentingan kreditor dan debitor dalam hukum kepailitan sebagai paradigma filosofis. Selanjutnya paradigma
yang bersifat konstan ini di interaksikan dengan potensi yang yang dimiliki Indonesia dan perkembangan situasi dan kondisi yang berupa kelemahan-kelemahan yang
terdapat dalam hukum kepailitan baik dari segi subtansi maupun dalam praktek serta kondisi perdagangan nasional dan global.
2. Kerangka konsepsional
Dalam penelitian ini untuk menemukan atau mendapatkan pengertian atau penafsiran dalam tesis ini, maka berikut ini adalah definisi operasional sebagai
batasan tentang objek yang diteliti: a.
Kepailitan adalah suatu sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya di lakukannya oleh Kurator di bawah
pengawasan sebagai mana diatur dalam Undang-Undang ini.
33
33
Pasal 1 Ayat 1 UU No. 37. Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Selain itu kepailitan berati segala hal yang berhubungan dengan “pailit”, maka kita akan
menemui pengertian kepailitan dalam Pasal 1 butir UUK yang berbunyi sebagai berikut : kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor
pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1 butir 1 ini secara tegas menyatakan bahwa “kepailitan adalah sita umum, bukan sita individual”, karena itu disyaratkan dalam UUK bahwa untuk
mengajukan permohonan pailit harus memiliki 2 dua atau lebih kreditor. Seorang kreditor yang hanya memiliki 1 satu kreditor tidak dapat dinyatakan
pailit karena hal ini melanggar prinsip sita. Apabila hanya satu kreditor maka yang berlaku adalah sita individual, dan penuntutannya melalui gatan perdata
biasa, bukan melalui permohonan pailit.
34
b. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau
Undang-Undang yang dapat di tagih di muka pengadilan.
35
c. Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-
Undang yang dapat di tagih di muka pengadilan.
36
d. Utang adalah kewajiban yang dinyatakan dalam atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang baik dalam mata uang uang rupiah atau asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontiniu, yang
timbul karena perjanjian atau Undang-Undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat
pemenuhannya dari harta kekayaan debitor.
37
34
Sunarmi, Op. Cit, hal. 29
35
Pasal 1 Ayat 2 UU No. 37. Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
36
Pasal 1 Ayat 3 UU No. 37. Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
37
Pasal 1 Ayat 6 UU No. 37. Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
e. Kurator adalah balai harta peninggalan atau perseorangan yang diangkat oleh
pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitor pailit di bawah pengawas sesuai dengan Undang-Undang.
38
f. Hakim Pengawas adalah hakim yang di tunjuk oleh pengadilan dalam putusan
pailit atau putusan penundaan kewajiban pembayaran utang.
39
g. Pemberesan harta pailit adalah jika dalam rapat pencocokan piutang tidak
ditawarkan rencana perdamaian, rencana perdamaian tidak diterima, atau pengesahan perdamaian telah ditolak berdasarkan putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, demi hukum harta pailit berada dalam keadaan insolven.
40
G. Metode Penelitian