Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Analis Data

dan peraturan Perundang-Undangan berdasarkan konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum.

3. Sumber Data

Sumber-sumber data dalam penelitian dapat dibedakan menjadi sumber- sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder, yang digunakan dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. a. Data sekunder 48 1. Bahan Hukum Primer, yaitu peraturan Perundang-Undangan di bidang hukum kepailitan yaitu Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang, dan KUH Perdata. , data yang di kumpulkan melalui studi pustaka dengan mempelajari : 2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan pakar hukum serta bahan dokumen-dokumen lainya yang berkaitan dengan Peranan Hakim Pengawas Dalam Pemberesan Harta Pailit Dalam Kepailitan. 3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, 48 Penelitian Normatif Data Sekunder Sebagai SumberBahan Informasi Dapat Merupakan Bahan Hukum Primer, Bahan Hukum Sekunder Dan Bahan Hukum Tertier. Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, hal. 14. Universitas Sumatera Utara seperti kamus umum, kamus hukum, jurnal atau surat kabar sepanjang memuat informasi yang relevan dengan materi penelitian ini. 49

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan di gunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder melalui pengkajian terhadap, peraturan, peraturan Perundang-Undangan, literatur, tulisan-tulisan pakar hukum, bahan kuliah, dan putusan-putusan pengadilan yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Analis Data

Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara menganalisis terhadap kaidah hukum dan kemudian mengkonstruksi dengan cara memasukkan pasal-pasal keadaan kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum tersebut. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, peraturan Perundang-Undangan, putusan-putusan, pengadilan dan menganalisis berdasarkan metode kualitatif, yaitu dengan melakukan. 50 a. Menemukan konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan hukum konseptualisasi yang dilakukan dengan cara memberikan interpretasi terhadap bahan hukum tersebut. : 49 Soerjono Soekanto Dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1985, hal. 23. 50 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Grafindo, 2006, hal. 225. Universitas Sumatera Utara b. Mengelompokan konsep-konsep hukum Indonesia atau peraturan- peraturan yang sejenis atau berkaitan dengan asas legalitas. c. Menjelaskan dan menguraikan hubungan diantara berbagai kategori atau peraturan Perundang-Undangan, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, sehingga mengungkapkan hasil yang di harapkan dan kesimpulan atas pemasalahan. Universitas Sumatera Utara

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN

DEBITUR

A. Akibat Kepailitan Secara Umum 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit

Dengan dijatuhkannya putusan pailit oleh Pengadilan Niaga, debitur demi hukum kehilangan haknya untuk berbuat sesuatu terhadap penguasaan dan pengurusan harta kekayaan yang termasuk dalam kepailitan terhitung sejak tanggal kepailitan itu. Kepailitan mengakibatkan seluruh harta kekayaan debitur serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan berada dalam sitaan umum sejak saat putusan pernyataan pailit di ucapkan, kecuali 51 a. Benda termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur sehubungan dengan, pekerjaannya perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh debitur dan keluarganya, yang terdapat ditempat itu yang diatur dalam Pasal 22a UU No.37 Tahun 2004. : b. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari perkerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh Hakim Pengawas. yang diatur dalam Pasal 22 b UU No.37 Tahun 2004. c. Atau uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu kewajiban memberikan nafkah menurut Undang-Undang. yang diatur dalam Pasal 22c UU No.37 Tahun 2004. Tanggal putusan tersebut dihitung sejak pukul 00,00 waktu setempat. Sejak tanggal putusan pernyataan palit tersebut diucapkan, debitur pailit demi hukum tidak mempunyai kewenangan lagi untuk menguasai dan menggurus harta kekayaannya. 51 Jono, Hukum Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 107. Universitas Sumatera Utara