5.2.3 Suku
Pada penelitian ini didapatkan responden yang bersuku Jawa menderita hipertensi 15 orang 23,4, Melayu 18 orang 28,1, Batak 16 orang 25,
Mandailing tiga orang 4,7, Karo satu orang 1,6, Aceh lima orang 7,8 Minang lima orang 7,8, dan Nias satu orang 1,6
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa responden yang bersuku Melayu menderita hipertensi paling banyak yaitu 18 responden 28,1
5.2.4 Riwayat Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian, pola genetik merupakan faktor risiko hipertensi pada masyarakat Kecamatan Medan Belawan dan pada orang yang
memiliki riwayat keluarga menderita hipertensi mempunyai risiko 4,01 kali lebih besar berisiko terkena hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki
riwayat keluarga dengan hipertensi dengan nilai p = 0,001. Hal ini sejalan dengan teori yang menunjukkan hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat
menurun dalam suatu keluarga. Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada anak
dengan orangtua yang tekanan darahnya normal Kumar dan Clark, 2004. Menurut Agnesia 2012, responden yang memiliki adanya riwayat
keluarga yang menderita hipertensi memiliki risiko hipertensi sebesar 14,3 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak memiliki riwayat keluarga yang
menderita hipertensi.
5.2.5 Indeks Massa Tubuh IMT
Berdasarkan hasil penelitian ini obesitas merupakan faktor risiko hipertensi dengan nilai p = 0,028 p 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Agnesia 2012 dimana dalam penelitiannya orang dengan obesitas memiliki risiko 9 kali kali lebih besar menderita hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk memompa darah. Berat badan berlebihan menyebabkan bertambahnya volume
darah dan luas dan perluasan sistem sirkulasi. Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke
jaringan tubuh Hal ini mengakibatkan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah akan meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi
lebih besar. Obesitas dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular
melalui mekanisme pengaktifan sistem renin-angiotensin-aldosteron, peningkatkan aktivitas simpatis. Leptin yang disekresikan oleh sel adipose
berikatan dengan reseptor pada hipotalamus dan meningkatkan sodium renal dan ekskresi air dan mengubah substansi vasoaktif seperti nitric oxide pada pembuluh
darah Frisoli, Schmieder, Grodzicki, Messerli, 2011
5.2.6 Konsumsi Natrium
Berdasarkan hasil penelitian konsumsi natrium merupakan faktor risiko hipertensi pada masyarakt Kecamatan Medan Belawan dengan nilai p = 0,047.
Penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa natrium memiliki sifat menarik cairan sehingga mengkonsumsi garam berlebih atau makan-makanan
yang diasinkan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Orang-orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga menimbulkan retensi cairan
dan peningkatan tekanan darah. Karena sifatnya yang meretensi air sehingga volume darah menjadi naik dan hal tersebut secara otomatis menaikkan tekanan
darah. Dalam penelitian. Denton menunjukkan bahwa asupan garam sampai 15 gram per hari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sebesar 33 mmHg dan
diastolic sebesar 10 mmHg Adrogue, Madias, 2007 Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsumsi natrium masyarakat
pesisir laut Kecamatan Medan Belawan adalah 2607,5 miligram mg. Berdasarkan panduan umum Gizi Seimbang 2003 konsumsi garam tidak boleh
lebih dari 6 gram 1 sendok teh dalam satu hari atau sama dengan 2300 mg
Universitas Sumatera Utara
natrium. Menurut INTERSALT peningkatan asupan natrium sebanyak 50 mmol per hari dapat meningkatkan tekanan darah rata-rata sistolik 5 mmHg dan
diastoliknya 3 mmHg.
5.2.7 Kebiasaan Merokok