Riza Putri Yuni Sovia, 2015 Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis Siswa SMP melalui
Pembelajaran Model Cooperative Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
JB
A
= Jumlah skor dari kelompok atas unggul JB
B
= jumlah skor siswa dari kelompok bawah JSA
= Jumlah siswa dari kelompok atas Klasifikasi daya pembeda yang dikemukakan oleh Suherman, dkk 2003
adalah : Tabel.3.10
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda Besarnya DP
Interpretasi DP
0,00 Sangat Jelek
0,00 0,20
Jelek 0,20
0,40 Cukup
0,40 0,70
Baik 0,70
1,00 Sangat Baik
Hasil rekapitulasi
perhitungan uji daya pembeda soal kemampuan pemahaman dan penalaran tersaji pada Tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11 Data hasil Uji Daya Pembeda setiap Butir Soal Tes
Kemampuan No
Soal Koefisien Daya
Pembeda Interpretasi
Pemahaman 1
0,36 Cukup
3 0,44
Baik 5
0,25 Cukup
Penalaran 2
0,31 Cukup
4 0,42
Baik 6
0,22 Cukup
Keenam butir soal tes kemampuan pemahaman dan penalaran memiliki daya beda yang cukup baik. Secara umum dari enam soal tes dapat dikerjakan
oleh siswa yang pandai dengan baik, sedangkan siswa yang kurang pandai tidak dapat mengerjakan dengan baik.
3.5.4 Tingkat kesukaran
Tingkat mutu dari sebuat butir soal dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing- masing butir item. Menurut
Supranata 2006 soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai dalam arti tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang
Riza Putri Yuni Sovia, 2015 Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis Siswa SMP melalui
Pembelajaran Model Cooperative Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
terlalu mudah
tidak merangsang
siswa untuk
meningkatkan usaha
memecahkannya. Sebalikannya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangkauannya. Untuk menguji tingkat kesukaran mengunakan rumus Suherman,2003:
Keterangan : IK = indeks kesukaran
JB
A
= Jumlah skor dari kelompok atas unggul JB
B
= jumlah skor siswa dari kelompok bawah = Jumlah skor ideal kelompok atas pada butir soal yang diolah
Kriteria tafsiran tingkat kesukaran yang digunakan : Tabel.3.12
Kriteria Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran
Kategori Soal IK = 0,00
Terlalu Sukar 0,00
0,30 Sukar
0,30 0,70
Sedang 0,70
1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah
Hasil rekapitulasi perhitungan uji tingkat kesukaran soal kemampuan pemahaman dan penalaran tersaji pada Tabel 3.13 berikut:
Tabel 3.13 Data Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal
Kemampuan Pemahaman dan Penalaran kemampuan
No Soal
Koefisien Indeks Kesukaran
Interpretasi Pemahaman
1 0,65
Sedang 3
0,61 Sedang
5 0,37
Sedang Penalaran
2 0,26
Sukar 4
0,51 Sedang
6 0,17
Sukar
3.5.5 Skala Sikap Siswa
Riza Putri Yuni Sovia, 2015 Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis Siswa SMP melalui
Pembelajaran Model Cooperative Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Skala sikap dipersiapkan dan dibagikan kepada siswa kelompok eksperimen setelah tes akhir selesai dilaksanakan. Angket ini bertujuan untuk mengetahui
pendapat siswa terhadap pembelajaran matematika, sikap terhadap penerapan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, dan
sikap terhadap soal –soal kemampuan pemahaman dan penalaran matematis.
Bentuk respon siswa yang digunakan mengacu pada skala Likert yang terdiri dari beberapa pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Setiap butir pernyataan memiliki empat option yaitu : SS, S, TS, STS. Langkah pertama dalam menyusun angket respon siswa ini yakni kisi-
kisi angket respon siswa, selanjutnya dilakukan uji validitas oleh dosen pembimbing.
3.5.6 Lembar Observasi