BAB II LANDASAN TEORI | 24
komponen tersebut. Adapun definisi dari masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Komitmen Afektif Affective Commitment
Komitmen afektif berkaitan dengan keterikatan emosional karyawan, pada siapa karyawan mengidentifikasikan dirinya, dan
keterlibatan karyawan pada organisasi. Dengan demikian, karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan terus bekerja dalam organisasi
karena mereka memang ingin want to melakukan hal tersebut Allen dan Meyer, 1990.
Menurut Morgan 1988 dalam Ahmad, S, K. Shahzad, S. Rehman, N. A. Khan I.U. Shad 2010 komitmen afektif merupakan perasaan
pribadi karyawan dan identifikasi dirinya pada organisasi dikarenakan kepercayaan yang kuat terhadap fungsi dan tujuan organisasi.
Komitmen afektif dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama yaitu karakteristik pribadi, karakteristik struktur, karakteristik yang
berhubungan dengan pekerjaan dan pengalaman kerja. Walaupun keempat kategori ini mempengaruhi komitmen afektif secara signifikan,
kebanyakan literatur mendukung bukti bahwa pengalaman kerja mempunyai hubungan pengaruh yang lebih kuat Mowder, et al, 1982
dalam Azliyanti, 2009.
BAB II LANDASAN TEORI | 25
2. Komitmen Kontinuans Continuence Commitment
Komitmen kontinuans berkaitan dengan adanya pertimbangan untung rugi dalam diri karyawan yang berkaitan dengan keinginan untuk
tetap bekerja atau justru meninggalkan organisasi. Komitmen kontinuans sejalan dengan pendapat Becker yaitu bahwa komitmen kontinuans adalah
kesadaran akan ketidakmungkinan memilih identitas sosial lain ataupun alternatif tingkah laku lain karena adanya ancaman akan kerugian besar.
Karyawan yang terutama bekerja berdasarkan komitmen kontinuans ini bertahan dalam organisasi karena mereka butuh need to melakukan hal
tersebut karena tidak adanya pilihan lain Allen dan Meyer, 1990. Menurut Morgan 1988 dalam Ahmad, et al 2010 komitmen
kontinuans merupakan persepsi seseorang terhadap kerugian yang akan dialaminya apabila meninggalkan organisasi.
Komitmen kontinuans berdasarkan pada persepsi karyawan tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi.
Komitmen ini pada saat awal dikembangkan dianggap sebagai aktifitas yang dianggap konsisten. Ketika individu tak melanjutkan lagi aktifitasnya
pada suatu organisasi, maka akan timbul di hatinya suatu perasaan kehilangan. Oleh sebab itu selanjutnya komitmen ini disebut juga dengan
exchanged oriented commitment atau komitmen yang berorientasi pada pertukaran atau biasa juga disebut komitmen komulatif Dewayani, 2007.
BAB II LANDASAN TEORI | 26
3. Komitmen Normatif Normative Commitment