commit to user 33
Teknik sadap yaitu menyadap penggunaan bahasa dari objek penelitian. Caranya dengan segenap kemampuan dan pikiran menyadap pemakaian bahasa di
masyarakat. Teknik ini dipakai untuk mendapatkan data dari informan secara spontan dan wajar. Kemudian teknik lanjutannya adalah 1 teknik rekam yaitu merekam
pemakaian bahasa lesan yang bersifat spontan, kegiatan merekam ini cenderung dilakukan tanpa sepengetahuan penutur sumber data atau pembicara Sudaryanto,
1993: 135, 2 teknik catat yaitu memperoleh data dengan mencatat data kebahasaan atau istilah-istilah yang relevan sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik
catat dalam penelitian ini adalah mencatat penggunaan bahasa atau mentranskripsi penggunaan bahasa lisan menjadi data tulis yang sesuai dengan kenyataan.
G. Metode dan Teknik Analisis Data
Penulis melakukan beberapa tahapan setelah mengumpulkan data, yaitu tahap seleksi data pemilihan data, tahap klasifikasi data pemilahan data, dan tahap
analisis data. Penulis menggunakan metode agih dan padan dalam menganalisis data. Setelah data berupa percakapan ibu-ibu PKK terkumpul, data ditindaklanjuti dengan
pemilihan data dan berujung pada klasifikasi. Klasifikasi dimaksudkan untuk memilah-milah data berdasarkan bentuk tuturannya, yaitu alih kode dan campur kode
bahasa Jawa. Analisis data dilakukan dengan memberikan penjelasan mengenai bentuk, faktor yang melatarbelakangi dan fungsi penggunaan alih kode dan campur
kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta.
Metode yang dipakai untuk menganalisis data penelitian ini adalah metode agih dan padan. Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentu unsurnya
berasal dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri Sudaryanto, 1993: 15. Metode
commit to user 34
agih dalam penelitian ini hanya menggunakan teknik dasar BUL Bagi Unsur Langsung. Teknik ini digunakan untuk membagi satuan lingual data, menjadi unsur-
unsur yang bersangkutan dengan pembentuk satuan lingual. Metode agih dengan teknik dasar BUL hanya diterapkan untuk mengetahui bentuk campur kode.
Kemudian untuk menganalisis data lebih banyak menggunakan metode padan. Sudaryanto berpendapat bahwa metode padan, alat penentunya di luar, terlepas
dan tidak menjadi bagian dari bahasa langue yang bersangkutan 1993: 13. Metode padan adalah metode yang alat penentunya unsur di luar bahasa atau sesuatu yang
ditunjuk bahasa referent, alat ucap pembentuk bunyi bahasa, bahasa lain, dan lawan bicara yang disesuaikan dengan kebutuhan. Alat penentu dari luar bahasa maksudnya
adalah latar belakang penutur, misalnya siapa yang bertutur, darimana asal penutur, penutur memiliki peran apa pada saat bertutur. Teknik dasar dari metode padan adalah
teknik pilah unsur penentu PUP, sedangkan alatnya ialah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya. Selain teknik PUP analisis data juga
menggunakan teknik lanjutan yaitu teknik hubung banding mempersamakan HBS. Teknik ini membandingkan dan memperjelas persamaan bentuk alih kode dan campur
kode bahasa Jawa, dengan faktor yang melatarbelakangi dan tujuan peristiwa alih kode dan campur kodenya.
Berikut ini contoh penggunaan alih kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon yang dianailisis dengan metode padan.
3 Bu Tatik Sri Lestari : …
Nek sing keberatan duwe putra cilik, ngko putrane cilik digawa, ngko dikeki dolanan ning jaba.
Ibu-ibuke ning jero ketemuan karo penyuluhan, begitu gimana?
‘…Kalau yang keberatan karena mempunyai anak, nanti anaknya diajak, nanti diberi mainan di luar. Ibu-ibunya di
dalam bertemu dengan penyuluh, begitu bagaimana? ’
Mbak Mimi Ismiyati : A ya ra cocok. Tidak cocok itu Bu, gimana Bu?
‘Ya tidak cocok. Tidak cocok itu Bu, bagaimana Bu?’
commit to user 35
Penerapan analisis peristiwa tutur menurut Hymes yang dapat menjawab mengenai bentuk, faktor yang penyebab dan fungsi alih kode bahasa Jawa data di atas
adalah sebagai berikut. Peristiwa tutur terjadi di kantor Kelurahan Kepatihan Kulon. Situasi tuturan
formal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah rapat PKK SKD Kelurahan Kepatihan Kulon pada tanggal 27 Januari 2011.
Percakapan dilakukan oleh O1 yaitu Bu Tatik Sri Lestari sebagai wakil petugas lapangan keluarga berencana, dan O2 yaitu Mbak Mimi Ismiyati sebagai
sekertaris PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon. Bentuk peristiwa tutur adalah dialog. Percakapan atau dialog terbuka
memungkinkan seluruh peserta rapat PKK SKD dapat berpartisipasi. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa ragam ngoko dan bahasa Indonesia. Dalam tuturan
terdapat alih kode intern. Awalnya tuturan Mbak Mimi Ismiyati dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu A ya ra cocok. Dilanjutkan dengan bahasa Indonesia yang ditandai
dengan tuturan Tidak cocok itu Bu, gimana Bu?
Percakapan di atas diketahui bahwa faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode adalah prinsip kesopanan dan kesantunan penutur dalam mengutarakan
ketidaksepahamanya dengan orang lain dan sekaligus meminta pendapat ibu-ibu PKK yang lain tentang pendapatnya.
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih argumentatif untuk meyakinkan ibu-ibu PKK bahwa pendapat Bu Tatik Sri Lestari tidak tepat, sekaligus meminta
pendapat pada ibu-ibu PKK mengenai pendapat Bu Tatik Sri Lestari dan Mbak Mimi Ismiyati.
commit to user 36
Berikut ini contoh penggunaan campur kode pada rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon yang dianalisis sesuai dengan metode agih dan padan.
4 Bu Nuk Harmini
: Bisa ta itu anak itu nemu ning dalan digawa ning kantor polisi terus diparani wong, tak peke we bocah
iki. ‘Bisa kan anak itu ditemukan di jalan, dibawa ke
kantor polisi kemudian ada orang yang datang ingin memiliki anak itu
’. Data 4 merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan, Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Desember 2010. Tuturan dilakukan oleh O1 yaitu Bu Nuk Harmini, seorang wakil
ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon. Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Bentuk campur kode berupa penyisispan kata dasar. Campur kode terjadi dari
bahasa Indonesia yaitu itu, masuk ke dalam tuturan berbahasa Jawa ragam ngoko yaitu Bisa ta itu anak itu nemu ning dalan digawa ning kantor polisi terus diparani
wong, tak peke we bocah iki. Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan penutur
untuk menjelaskan mengenai sering kali terdapat anak yang ditemukan di jalan kemudian ada orang yang datang dan mau mengadopsi anak itu.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode data 4 adalah lebih komunikatif memberikan informasi kepada ibu-ibu PKK bahwa ada anak yang ditemukan
dipinggir jalan kemudian ada orang yang mau mengadopsi anak itu. Dari contoh di atas diketahui bahwa penelitian ini menggunakan metode
agih dan padan sebagai metode analisis data. Metode agih hanya digunakan untuk mencari bentuk campur kode, dengan menggunakan teknik dasar BUL Bagi Unsur
Langsung. Metode padan menggunakan teknik dasar PUP dan teknik lanjutannya yaitu HBS Hubung Banding Mempersamakan menggunakan alat komponen tutur
commit to user 37
yang diberi akronim SPEAKING menurut Hymes. Analisis SPEAKING diterapkan secara kesatuan menyeluruh bukan satu persatu. Metode padan dipakai karena dapat
digunakan untuk menjawab semua permasalahan dari segi bentuk, faktor yang penyebab dan fungsi alih kode dan campur kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu
PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta.
H. Metode Penyajian Hasil Analisis Data