1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu cepat, sehingga menuntut sumber daya manusia yang bisa tanggap akan perkembangan
tersebut. Dalam dunia pendidikan, perkembangan teknologi sangat mempengaruhi akan sebuah pola dan model pembelajaran yang berdasarkan teori-teori belajar yang
ada. Dalam proses pembelajaran, guru sebagai salah satu sumber daya manusia tentunya memegang peranan penting akan keberhasilan dan keefektifan sebuah
pendidikan. Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuannya komptensi guru dalam menguasai
materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dikuasainya sehingga ia mampu menyampaikan materi secara profesional dan efektif.
Faktor-faktor tersebut sudah diatur dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Bab IV Bagian Kesatu Pasal 10 yakni, “Kompetensi guru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi.” Kompotensi-kompotensi tersebut dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2007. Dalam kompetensi pedadogik, salah satunya poinnya adalah
seorang guru harus menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Penguasaan meliputi kompetensi guru dalam menerapkan berbagai
2
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.
Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran tidak begitu saja diterapkan dalam suatu pembelajaran. Semua itu tentunya didasari oleh teori belajar yang dianut
mereka. Teori belajar muncul dari definisi belajar yang diungkapkan oleh para ahli. Salah satunya definisi belajar yang diungkapkan oleh Hilgard dalam Sanjaya
2009:235-235: “Learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures whether in the laboratory or in the natural enviroment
as distinguished from change by factors not atributable and training”. Menurutnya belajar adalah sebuah proses dimana terdapat perubahan perilaku dari seseorang
melalui latihan baik itu latihan di lab tempat yang dikhususkan untuk proses belajar mengajar, kelas maupun latihan di lingkungan alamiahnya. Beranjak dari konsep
belajar yang menjelaskan tentang perilaku, ada dua kelompokaliran teori belajar, yakni aliran behavioristik dan aliran kognitif.
Salah satu teori belajar dari aliran kogntif yang menjadi terkenal saat ini untuk menghasilkan efektifitas dan keberhasilan guru di kelas adalah teori belajar
konstruktivis. Menurut teori ini belajar bukanlah hanya sekedar menghafal akan tetapi belajar sebagai proses mengkonstruksi atau membangun pengetahuan melalui
pengalaman. Seperti yang dikemukakan oleh Trianto 2010:74 bahwa teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru
dalam psikologi pendidikan yang manyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
3
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Teori lain tentang konstruktivisme dikemukakan oleh Casas 2006 bahwa, “Construtivism
is an approach to teaching and learning that acknowledge that information can be conveyed but understanding is dependent upon the learner”. Selanjutnya Chang
2001 mengatakan bahwa, “from the viewpoint of recently developed constructivist learning theory, knowledge should not be accepted passively, it should be actively
constructed by cognition.” Teori-teori belajar tersebut awalnya dilakukan dalam sebuah pembelajaran
langsung atau tradisional yang belum menggunakan alat atau media pembelajaran melalui aplikasi ICT Information and Communication Technology. ICT dalam
konteks bahasa Indonesia dikenal dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK. Menurut Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia dalam
Rusman 2009:3 bahwa TIK sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan
pengambilan, pengumpulan akuisisi, pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan penyajian informasi Dalam dunia pendidikan, TIK sangat membantu mereka-mereka
yang dulunya tersisihkan karena miskin sehingga tak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang diinginkan, tersisih karena alasan budaya dan sosial, minoritas,
perempuan, penyandang cacat, lanjut usia lansia serta mereka-mereka yang tinggalnya terpencil. Teknologi dalam TIK yang dimaksud mencakup komputer,
internet, teknologi penyiaran radio dan televisi, serta perteleponan.
4
Salah satu sifat dari TIK Rusman, 2009:5 adalah kemampuannya untuk melintasi ruang dan waktu, artinya dimana saja dan kapan saja bisa digunakan,
misalnya materi belajar online bisa diakses dimana saja. Pendapat Rusman didukung oleh Robyler et.al 1997:28 yang menyatakan, “common sense rationale for using
technology is based on two major points: 1 technology is everywhere and 2 technology has been shown to be effective”.
Pembelajaran secara online atau materi belajar online yang menggunakan fasilitas internet mengundang banyak istilah dalam pembelajaran. Istilah-isitlah pembelajaran
tersebut diantaranya online learning, distance learning, web-based learning, e- learning Luik, 2010. Hal tersebut banyak membuat orang menjadi bingung dengan
istilah-isitlah tersebut, akan tetapi Tsai dan Machado 2010 memberikan definisi berdasarkan pendekatan terminologi, “Our approach to defining these terms involves
two complementary methods. The terminology is analyzed based on the individual meaning of the constituting terms, and the meaning of related concepts.” Berdasarkan
hal tersebut, maka mereka memberikan definisi untuk masing-masing istilah di atas sebagai berikut:
E-learning sebagian besar berkaitan dengan kegiatan yang melibatkan komputer dan jaringan interaktif secara bersamaan. Artinya, komputer tidak perlu menjadi
elemen pusat dalam kegiatan atau menyediakan isi pembelajaran, tetapi komputer dan jaringan harus memegang keterlibatan besar dalam kegiatan pembelajaran.
5
Online learning dihubungkan dengan konten yang siap diakses pada komputer. Konten tersebut mungkin di Web atau internet, atau hanya diinstal pada CD-ROM
atau hard disk komputer. Distance learning melibatkan interaksi pada jarak jauh antara instruktur dan
peserta didik, dan memungkinkan reaksi instruktur tepat waktu pada peserta didik. Dengan cukup memposting atau menyiarkan materi pembelajaran untuk
peserta didik bukan merupakan pembelajaran jarak jauh. Instruktur harus terlibat dalam menerima umpan balik dari peserta didik.
Web-based learning dihubungkan dengan materi pembelajaran yang disampaikan dalam Web browser, termasuk ketika materi dikemas dalam CD-ROM atau media
lain. Dalam sistem pembelajaran jarak jauh distance learning adalah metode
pengajaran dimana aktivitas pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Sebagian besar karena siswa bertempat tinggal jauh atau terpisah dari lokasi
lembaga pendidikan. Sebagian karena alasan sibuk sehingga siswa yang tinggalnya dekat dari lokasi lembaga pendidikan tidak dapat mengikuti proses pembelajaran di
lembaga tersebut. Sebagaimana sistem pembelajaran langsung atau konvensional, sistem
pembelajaran jarak jauh juga membutuhkan sarana prasarana penunjang pendidikan, agar tujuan umum pendidikan bisa diwujudkan sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Salah satu sarana yang yang penting dalam menunjang pembelajaran tersebut adalah
6
sesuatu berbasis ICT. Tidak seperti sistem pembelajaran langsung, sistem pembelajaran jarak jauh membutuhkan pengelolaan dan manajemen pembelajaran
yang “khusus”, baik dari sisi siswa pendidikan harus fokus pada kebutuhan instruksional siswa maupun guru sebagai instrukturnya agar tujuan pendidikan bisa
terwujud. Dari sisi instruktur guru, beberapa faktor yang penting untuk keberhasilan
sistem pembelajaran jarak jauh adalah perhatian, percaya diri guru, pengalaman, mudah menggunakan peralatan, kreatif, active learning, dan kemampuan menjalin
interkasi dan komunikasi jarak jauh dengan siswa. Juga memperhatikan hambatan teknis yang mungkin terjadi, sehingga pembelajaran jarak jauh bisa berlangsung
efektif. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Munir 2010:2, “Pengajar guru hendaknya mengenali pembelajarnya dengan baik melalui interaksi dan komunikasi
yang lebih baik sehingga pembelajar dapat mengembangkan kemampuannya.” Dari sisi siswa, salah satu faktor yang penting adalah keseriusan mengikuti proses
belajar mengajar di saat instruktur guru tidak berhadapan langsung dengan siswa. Pada level ini, keterlibatan dan kehadiran ‘orang-orang’ di sekitar, termasuk anggota
keluarga memegang peranan penting dan strategis. Kehadirannya bisa mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar secara efektif, tapi sebaliknya bisa juga
menjadi penghambat. Faktor yang lainnya adalah active learning dan komunikasi yang efektif. Partisipasi aktif siswa pembelajaran jarak jauh mempengaruhi cara
bagaimana mereka berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
7
Keberhasilan sistem pembelajaran jarak jauh ditunjang oleh adanya interaksi dan komunikasi yang efektif dan maksimal antara intstruktur guru dan siswa, interaksi
antara siswa dengan berbagai fasilitas pembelajaran seperti kreatif mencari materi- materi penunjang dari sumber-sumber lain seperti internet atau digital-library melalui
web. Selain itu keaktifan dan kemandirian siswa dalam pendalaman materi eskplorasi, mengerjakan soal-soal latihan dan soal-soal ujian.
Pembelajaran jarak jauh secara definisi dan metode berbeda dengan pembelajaran berbasis web web-based learning. Akan tetapi banyak kesamaan dalam beberapa
hal, seperti sarana penunjang dalam proses pembelajaran penggunaan ICT, pengelolaan khusus berbeda dengan pembelajaran konvensional baik untuk siswa
maupun instruktur guru. Pembelajaran berbasis web materi pembelajaran disampaikan dalam Web browser, termasuk ketika materi dikemas dalam CD-ROM
atau media lain. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswanya dalam pembelajaran berbasis web dimediasi oleh web, sehingga interaksi yang terlihat sepertinya hanya
antara siswa dan web atau CD sekarang DVD. Istilah web-based learning terkadang dikatakan sama dengan online learning
seperti definisi yang diungkapkan oleh Tsai dan Machado di atas, oleh karena itu dalam beberapa artikel keduanya istilah tersebut bersinonim. Hal ini juga
diungkapkan oleh Trombley Lee dalam Luik 2006 dimana, ” web based learning and online learning are used as synonim and web-based
learning is defined as learning that is delivered wholly or in part via the Internet or an Intranet. Web-based learning is only one form of e-learning
and only one form of distance learning. E-learning covers all learning with
8
electronic technology and distance learning is all learning when students are not required to be physically present at a specific location during the term.”
Istilah lain dalam pembelajaran yang menggunakan aplikasi TIK dikenal dengan nama Blended Learning. Model Blended Learning ini salah satunya muncul ketika
Kerres dan Witt dalam Luik 2006 menyatakan bahwa web-based learning dapat dikombinasikan dengan face-to-face learning. Sejalan dengan definisi Web-based
learning sudah dijelaskan sebelumnya, Hung 2007:5 juga berpendapat, “different people define web-based learning differently.” Sementara itu menurut Alessi and
Trollip dalam Luik 2006 face-to-face learning atau web-based courses atau on-site
learning adalah pembelajaran menggunakan sumber belajar web dengan tatap muka antara guru dan siswanya yang dilakukan di ruang kelas.
Pembelajaran berbasis web dikatakan bermakna karena menurut Rivai dan Murni 2009: 449, salah satu dari empat komponen penting dalam membangun budaya
belajar dengan penggunaan model pembelajaran dengan web adalah murid dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai agar murid
mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Berdasarkan beberapa studi yang ada, penggunaan web dalam pembelajaran
umumnya diterapkan di sekolah-sekolah tinggi atau universitas untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif dan bermakna. Akan tetapi model pembelajaran berbasis
web juga bisa diterapkan di tingkat sekolah dasar dan menengah. Seperti yang diungkapkan oleh Passey dalam Luik 2006, “...web based learning is used often as
9
examples of materials produced by teacher for specific information gathering excercises or to offer information on primary and secondary level.
Karena Blended ini merupakan kombinasi dari pembelajaran berbasis web dan pembelajaran tatap muka, maka pembelajaran ini dapat diterapkan pada mata
pelajaran apa pun, termasuk mata pelajaran fisika yang salah satunya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi yang pesat. Seperti yang
diungkapkan oleh Arends 2007:7, “perubahan besar yang terjadi dalam cara menyimpan dan mengakses
informasi dengan komputer dan teknologi digital akan mengubah aspek pendidikan. Saat ini dan di masa mendatang, internet berpotensi untuk
menghubungkan siswa ke berbagai sumber yang sebelumnya tidak tersedia. Banyak yang percaya bahwa internet akan menjadi, bila saat ini belum,
medium pertama untuk informasi dan akan mengubah secara substansial bentuk-bentuk publikasi cetakan maupun visual. Hal ini pada gilirannya
akan menyebabkan para pendidik untuk meredifinisikan banyak pelajaran dan tugas-tugas yang mereka berikan kepada siswa.”
Trianto 2010:137 menyatakan bahwa Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang
lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan serta penemuan teori
dan konsep. Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa
SMAMA baik itu di kelas X atau di kelas XI dan XII yang mengambil jurusan IPA. Walaupun materi Fisika sudah diajarkan di tingkat SMP, akan tetapi di tingkat
tersebut bisa dikatakan sebagai materi pengenalan. Materi yang lebih dalam pembahasannya terdapat di tingkat SMA. Hal ini diungkapkan dalam BSNP Tahun
10
2006, “Mata pelajaran Fisika di SMAMA merupakan pengkhususan IPA di SMPMTs yang menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan
perluasan pada konsep abstrak…”. Berdasarkan wawancara dengan guru Fisika di SMA Cakra Buana, masih ada
siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal yakni 76, rata-rata dari siswa baru mencapai ketuntasan 61. Jika kondisi tersebut dibiarkan, maka akan
menimbulkan dampak yang kurang baik dari status Sekolah yang dalam kategori RSBI Rintisan Sekolah Berstandar Internasional.
“
Sebagai salah satu sekolah yang ditujuk oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional RSBI, SMA Cakra
Buana mengembangkan Kurikulum Nasional yang diperkaya dengan lebih progresif dengan adaptasi Kurikulum Internasional, penggunaan system
pengajaran yang dikemas secara Active Learning dipadukan dengan pendekatan Multiple Intelligences yang bertujuan mengeksplorasi setiap potensi peserta didik
untuk membantu secara komprehensif pengembangan Intelektual, emosional, serta Spiritualitas peserta didik. SMA Cakra Buana memiliki program ciri khas,
yang dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik serta membantu mereka berkolaborasi dengan sesama peserta didik dan memupuk jiwa
kepemimpinan, sehingga diharapkan peserta didik memiliki karakter yang santun dalam bersikap namun tegar dalam menghadapi tuntutan zaman, serta memiliki
kepedulian sosial tinggi.”
Sumber: Profil RSBI SMA Cakra Buana 2011 Fisika adalah salah satu pelajaran yang menuntut siswanya untuk lebih
mengeksplor pengetahuan bukan hanya dari sebuah buku yang ada di sekolah, akan tetapi siswa dituntut untuk mengembangkan pengetahuan secara luas, khususnya
untuk pengetahuan konsep dan teori di samping praktiknya di lapangan. “... proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan proses, hingga siswa dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, terori-teori dan sikap ilmiah
11
siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan” Trianto, 2010:143. Dalam wawancara
dengan guru Fisika di SMA Cakra Buana Depok, selama ini pembelajaran fisika masih menggunakan model konvensional dimana penggunaan komputer dengan
program power point dijadikan media untuk menyampaikan informasi, proses bimbingan umumnya dilakukan dengan metode ceramah saja, dan latihan soal serta
tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa masih disampaikan secara manual baik itu ditulis di papan tulis atau pun diketik di atas selembar kertas. Padahal SMA
Cakra Buana Depok, sebagai salah satu sekolah swasta di Depok yang sudah berkategori Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional RSBI; memiliki fasilitas yang
cukup lengkap baik fasilitas teknologi seperti ruang multimedia, komputer, dan jaringan internet maupun fasilitas lainnya. Selain itu SMA Cakra Buana merupakan
sekolah swasta dengan jumlah siswa tiap kelas yang kecil dibatasi maksimal 24 siswa dengan 2 guru di kelas jauh lebih kecil dibandingkan sekolah negeri yang bisa
mencapai 40 siswa dengan 1 guru di kelas dan mobilitas siswa di luar sekolah sangat tinggi disebabkan sering mengikuti kegiatan atau aktivitas orang tuanya.
Karakterisitk sekolah di atas sebagain merupakan karkateristik dari RSBI, seperti yang dikemukakan oleh mantan menteri pendidikan, Bambang Sudibyo dalam
Ahmadi dan Amari 2010:25. Menurutnya, “suatu sekolah akan dirintis menjadi sekolah internasional harus terakreditasi A secara nasional dan indikator tambahan
lainnya adalah harus menerapkan sistem akademik berbasis teknologi informasi dan komunkasi TIK.” Berdasarkan hal tersebut, RSBI bukan hanya untuk sekolah
12
perkotaan akan tetapi sekolah pedesaan yang sudah mempunyai fasilitas yang lengkap dan memadai bisa jadi berstatus RSBI. Namun bagi sekolah pedesaan, untuk
mendapatkan fasilitas tersebut perlu sekali bantuan dari pemerintah seperti yang diungkapkan oleh Paul Suparno dalam surat kabar The Jakarta Post edisi Saturday,
July, 16, 2011 page 7, “Centralization should be done not only for teacher placement, but also for
improving facilities and teacher quality. Since poor provinces cannot improve their own school, the central government must help them, especially in
proving school facilities. Some poor schools cannot meet the national standard without the central government’s assistance.”
RSBI merupakan satuan pendidikan sebelum mencapai SBI Sekolah Berstandar Internasional. Untuk itu di Indonesia SNBI Sekolah Nasional Berstandar
Internasional dirancang agar memenuhi tiga indikator penting seperti berikut Ahmadi dan Amari, 2009:24, yaitu:
1. Mencirikan wawasan kebangsaan.
2. Memberdayakan seluruh potensi kecerdasan multiple intelligencies.
3. Meningkatkan daya saing global.
Selain masalah-masalah di atas, ada juga permasalahan umum yang mengakibatkan nilai fisika siswa rendah, yakni,
• Prof. Dr. Mundilarto pada pidato pengukuhan Guru Besar Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam MIPA Universitas Negeri Yogyakarta UNY, di Yogyakarta. Menurut dia, “fisika yang sebenarnya
mudah dipelajari berubah menjadi mata pelajaran yang sulit dipahami dan
13
tidak disenangi sebagian besar siswa. Itu, sambungnya, bisa terjadi karena guru tidak menggunakan pendekatan atau strategi pembelajaran yang tepat
.”
• Ani Rusilowati 2006, “Kesulitan belajar Kelistrikan salah satu materi
fisika kelas X antara lain disebabkan oleh rendahnya penguasaan konsep, lemahnya kemampuan matematis, dan kekurangmampuan mengkonversi
satuan.” •
Sudibyo dkk. 2008, “salah satu penyebab rendahnya motivasi siswa terhadap pelajaran fisika adalah adanya pola pembelajaran yang terlalu
menekankan kepada pendekatan keilmuan scientific approach. Kegiatan berlangsung tanpa memperhatikan tingkat perkembangan kognitif siswa,
kebutuhan siswa,
dan pra-konsepsi
siswa yang
diperoleh dari
lingkungannya.” Beranjak dari permasalahan di atas peneliti memandang bahwa dengan guru
menerapkan model Blended Learning dalam pembelajaran Fisika akan meningkatkan hasil belajar siswa dengan memperhatikan kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapan oleh Bersin 2004:58, “This simple blend solve many problems: first, you have forced people to
come prepared, making the classroom experience far more efficient. Second, you have made the classroom experience more relevant because the instructor
knows the level of competency of the students before they arrive. Third, you have save money if the audience is large enough to offset the cost of the web-
base module because the total time in classroom reduced. Finally, in most examples, you have improved the learning result because the program is now
more aligned to the specific needs of the learners.”
14
Model ini yang terdiri dari atas 4 tahapan instruksional dari Alessi dan Trollip 2002, yakni tahapan satu presenting information dan tahapan kedua guiding the
learner menggunakan pembelajaran tatap muka face to face learning, sedangkan tahapan ketiga practicing dan tahapan keempat assessing learning menggunakan
pembelajaran berbasis web web-based learning. Tahapan ini digabungkan dengan adopsi solusi Blended Learning yang diimplementasikan pada tahun 2004 dan 2007
oleh Marco et.el 2009. Penerapan Blended Learning ini di dalamnya termasuk penggunaan media
komputer dalam pembelajarannya. Tujuan kognitif dari pemakaian komputer dalam kegitan pembelajaran menurut Setiawan dalam Hidayat dkk. 2010, adalah komputer
dapat mengajarkan konsep-konsep aturan, prinsip, langkah-langkah, proses dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat menjelaskan konsep tersebut dengan
sederhana dengan penggabungan visual dan audio yang dianimasikan. Sehingga cocok untuk kegiatan pembelajaran mandiri. Dalam penelitian sebelumnya, ada
beberapa penemuan yang mendukung penggunaan media tersebut untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yakni penelitian yang dilakukan oleh Wikidi
http:pps.uny.ac.idindex.php?pilih=pustakamod=yesaksi=lihatid=57 dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer untuk Mata
Pelajaran Fisika SMA. Menurut hasil penelitiannya adalah ditemukan mampu menaikkan rata-rata tes fisika siswa sebesar 31,10. Penelitian lainnya dilakukan
oleh Widha Sunarno sebagai Dosen Pendidikan Fisika P.MIPA FKIP UNS http:perpustakaan.uns.ac.idjurnalupload_file115-fullteks.pdf
dengan judul
15
Pembelajaran Fisika Dengan Media Komputer, Audio Visual, dan Konvensional Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Siswa. Hasil penelitiannya menemukan bahwa
pembelaran fisika dengan menggunakan media komputer mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
B. Rumusan Masalah