10. Interaksi dengan Obat
Perokok metabolisme berbagai jenis obat lebih cepat dari pada non perokok yang disebabkan enzim-enzim di mukosa, usus, atau hati oleh komponen
dalam asap tembakau. Dengan demikian, efek obat-obat tersebut berkurang sehingga perokok membutuhkan obat dengan dosis lebih tinggi dari pada non
perokok, misalnya analgetika. 11.
Penyakit pada perokok pasif Perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru-paru dan jantung
koroner. Menghirup asap tembakau orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit angina, asma, alergi dan gangguan pada wanita hamil.
2.3.3. Belanja Rokok
Jumlah perokok Indonesia sangatlah besar sesuai dengan jumlah penduduknya yang besar pula. Tahun 2005 cukai sebesar Rp. 32,6 trilyun dari
rokok tetapi biaya pengobatan penyakit akibat rokok mencapai Rp.167 trilyun atau 5 kali lipat cukai rokok. Rokok juga menjadi pengeluaran terbesar kedua
bagi para rakyat Indonesia. Pada data di Lembaga Demografi FE UI tahun 2006 tercatat pengeluaran rokok sebesar 11,89, setengahnya dari pengeluaran
terhadap padi-padian yang mencapai 22,10, namun lebih tinggi dari listrik, telepon dan BBM yang sebesar 10,95 serta lebih tinggi dari pada sewa dan
kontrak yang mencapai 8,82. Koordinator Teknis Sentra Advokasi Lingkungan Bebas Rokok SALBR
FKM Universitas Airlangga Surabaya menambahkan, nilai kerugian dari penyakit
Universitas Sumatera Utara
akibat rokok mencapai Rp125 triliun hingga Rp130 triliun. Sehingga hampir Rp 100 triliun ditanggung pembayar pajak lainnya dan rakyat miskin banyak yang
menjadi korban akibat penyakit itu. Kebutuhan masyarakat Indonesia adalah, 72 persen kebutuhan pokok atau beras 11,5, rokok 11, ikan, daging, susu, dan
sejenisnya; pendidikan 3,2 persen; dan kesehatan 2,3 persen. “Artinya, ikan, daging, susu, pendidikan, dan kesehatan masih kalah penting daripada rokok.
Hasil kajian Badan Litbangkes tahun 2013 menunjukkan telah terjadi kenaikan kematian prematur akibat penyakit terkait tembakau dari 190.260 tahun
2010 menjadi 240.618 kematian tahun 2013, serta kenaikan penderita penyakit akibat konsumsi tembakau dari 384.058 orang tahun 2010 menjadi 962.403 orang
tahun 2013. Kondisi tersebut berdampak pula terhadap peningkatan total kumulatif kerugian ekonomi secara makro akibat penggunaan tembakau. Jika
dinilai dengan uang, kerugian ekonomi naik dari 245,41 trilyun rupiah tahun 2010 menjadi 378,75 trilyun rupiah tahun 2013 Kemenkes RI, 2014.
2.3.4. Tahap-tahap Merokok
Menurut Leventhal Clearly terdapat 4 tahap perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu :
1. Tahap prepatory, pada tahap ini seseorang mendapatkan gambaran yang
menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan yang menimbulkan minat untuk merokok.
2. Tahap Initiation, pada tahap ini perintisan merokok yaitu tahap apakah
seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
Universitas Sumatera Utara
3. Tahap Becoming a Smoker pada tahap ini apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai
kecenderungan menjadi perokok. 4. Tahap Maintenance of smoking pada tahap ini merokok sudah menjadi salah
satu bagian dari cara pengaturan diri self regulating. Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
2.3.5. Tipe Perokok