2.5.1. Dasar Hukum JKN
Jaminan Kesehatan Nasional JKN yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS merupakan perubahan dari PT. ASKES
Persero sejak tanggal 1 Januari 2014 dengan berdasarkan pada Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
SJSN, Undang-undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS, Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012
Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, dan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.
2.5.2. Kepesertaan JKN
Peserta Kepesertaan JKN ini dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dilakukan sejak tanggal 1 Januari 2014 dimana peserta masih terdiri dari peserta
yang didaftarkan oleh pemberi kerja PNS dan pensiunan, TNIPOLRI dan pensiunan, JPK Jamsostek dan pemerintah Jamkesmas. Tahap selanjutnya,
mencakup seluruh penduduk yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS paling lambat 1 Januari 2019.
UU No. 40 Tahun 2004 pada pasal 13 dan 14 tentang kepesertaan menyatakan pemberi kerja secara bertahap mendaftarkan dirinya dan pekerjanya
sebagai peserta BPJS sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti dan pemerintah secara bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran sebagai peserta
kepada BPJS, penerima bantuan iuran yang dimaksud adalah fakir miskin dan orang yang tidak mampu Kemenkes, 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.5.3. Pelayanan JKN
JKN yang berisfat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayan preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan obat, bahan medis habis pakai
sesuai dengan indikasi medis yang diperlukan. Dalam pemberian pelayanan kesehatan peserta JKN ada juga beberapa pelayanan yang tidak dijamin yaitu :
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui posedur yang diatur
dalam peraturan yang berlaku. 2.
Pelayanan ksehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS kesehatan kecuali dalam kasus gawat darurat.
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
kerja terhadap penyakit atau cidera akibat kecelakaan atau hubungan kerja. 4.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri. 5.
Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik. 6.
Pelayanan untuk mengatasi infertilitas. 7.
Pelayanan meratakan gigi ortodentis 8.
Gangguan kesehatan penyakit akibat ketergantungan obat dan atau alcohol. 9.
Gangguan kesehatn akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.
10. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional yang belum dinyatakan
efektif berdasarkan penilaian tekhnologi kesehatan. 11.
Pengobatan atau tindakan medis yang dikategorikan percobaan. 12.
Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu. 13.
Perbekalan kesehatan rumah tangga
Universitas Sumatera Utara
14. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian
luar biasawabah Per Pres No. 111 Tahun 2013.
2.6. Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas