17
2.2 Definisi Matsuri
Matsuri festivalperayaan adalah salah satu dari kebudayaan Jepang. Menurut Danandjaja 1997:300 matsuri merupakan foklor Jepang asli yang
berhubungan dengan agama Shinto, yang dilakukan setiap tahun pada tanggal- tanggal tertentu. Matsuri pada dasarnya adalah festival suci. Istilah matsuri
mencakup pesta rakyat dan ritus-ritus yang dipraktekkan dalam agama Shinto. Matsuri adalah suatu perbuatan simbolik, dimana pesertanya memasuki
komunikasi aktif dengan para dewa Kami. Upacara ini juga disertai dengan komunikasi di antara para peserta sendiri, dalam betuk pesta feast dan pesta
rakyat festival.
Matsuri merupakan ekspresi keyakinan keagamaan orang Jepang yang berfungsi memantapkan kayakinan bahwa dunia terdiri dari dunia nyata dan dunia
gaib, ada manusia dan ada yang gaib, berinterkasi sebagai sebuah truktur Lawanda, 2004:16.
Matsuri merupakan upacara yang dilakukan berangkat dari kenyataan logis dengan memanfaatkan wahyu-wahyu yang bertentangan dengan yang
sekuler dan diilhami oleh kompleks simbol-simbol khusus dari metafisika yang dirumuskan dan gaya hidup yang disarankan dengan otoritas persuasif
sebagaimana diungkapkan oleh Geertz dalam Lawanda 2004:16.
Menurut Lawanda
2004:35 matsuri bermakna sebagai sarana
penghubung manusia dengan dewa-dewa yang berada di dunia lain, diyakini bersama dalam kelompoknya karena dipercaya merupakan sumber kehidupan
Universitas Sumatera Utara
18
orang Jepang. Dengan demikian, matsuri memiliki kategori-kategori yang sakral- yang profit, kami dewa-hito manusia, sairei upacara-saigi perayaan, pusat-
pinggir, keagamaan-sosial, kelompok-individu, laki-laki-perempuan, atasan- bawahan. Berdasarkan kategori ini, matsuri dilakukan orang Jepang didalam
menjalankan kehidupan sehari-hari.
Di Jepang. Terdapat beberapa tipe matsuri, misalnya matsuri untuk memohon kepada para dewa seperti memohon keberhasilan panen. Tipe lainnya
yaitu matsuri untuk mengucapkan terima kasih kepada para dewa, dan tipe lain lagi untuk mengusir penyakit menular dan bencana-bencana alam. Ada matsuri
yang bersifat serius dan khusyuk, tetapi ada pula yang meriah, disertai permainan bertanding dan pertunjukan-pertunjukan.
Menurut Danandjaja 1997:302 matsuri memiliki unsur-unsur penting seperti:
1. Monoimi atau pertapaan penyucian diri, secara simbolik, monoimi
merupakan “pintu gerbang” untuk memasuki kawasan khusus hare dari matsuri. Ritus-ritus penyucian diri pada beberapa tahun terakhir ini telah
banyak disederhanakan. Pada masa sebelum periode sebelum modern penduduk Jepang tidak diperkenankan mengambil bagian dalam suatu
matsuri sebelum melalui proses penyucian diri.
2. Persembahan sesajian adalah unsur kedua yang penting dalam suatu
matsuri yaitu persembahan sesajian kepada para dewa. Sesajian yang
Universitas Sumatera Utara
19
paling umum yaitu kue mochi, arak sake, ganggang laut, sayur-sayuran serta buah-buahan.
3. Komuni atau
naorai adalah unsur ketiga yang juga penting yaitu acara santap bersama di antara para peserta; yang disantap yaitu sesajian yang
telah disediakan bagi para dewa. Pada beberapa tahun terakhir ini, naorai juga menyantap makanan di tempat lain bukan di tempat matsuri, yang
diadakan setelah upacara selesai.
2.3 Definisi Hinamatsuri