RPJMD KABUPATEN CILACAP 2012-2017
IV-10
1. Ketimpangan Antarsektor, Ketimpangan Antarwilayah, dan Ketimpangan Pendapatan
Kemiskinan adalah potret hasil pembangunan sekaligus muara dari setiap persoalan pembangunan. Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan
menggambarkan permasalahan pembangunan yang dimensinya bukan hanya meliputi dimensi pendapatan atau ekonomi, melainkan juga dimensi sosial,
budaya dan politik. Kemiskinan masih menjadi permasalahan yang dihadapi
Kabupaten Cilacap. Angka kemiskinan di Kabupaten Cilacap masih relatif tinggi jumlah penduduk miskin
281.950 dan persentasenya 17.15 pada tahun 2011
, meskipun jumlah maupun persentasenya cenderung menurun. Tingkat keparahan maupun tingkat kedalaman kemiskinan juga cenderung menurun
Indeks kedalaman kemiskinan sebesar 2,59 dan keparahan kemiskinan sebesar 0,6 pada tahun 2011. Dilihat berdasarkan sebarannya, peta
kemiskinan di Kabupaten Cilacap cenderung tidak merata. Jumlah penduduk miskin di beberapa kecamatan masih sangat tinggi, yaitu Kecamatan
Majenang, Kecamatan
Gandrungmangu, Kecamatan
Kesugihan dan
Kecamatan Kroya. Selain kemiskinan, salah satu akar permasalahan yang ada di
Kabupaten Cilacap adalah dualisme ekonomi. Dualisme tersebut merupakan konsekuensi keberadaan kilang migas dan industri besar non-migas di
Kabupaten Cilacap. Peranan sektor migas di Kabupaten Cilacap sangat besar sehingga tampak adanya perbedaan yang menonjol pada kinerja ekonomi
Kabupaten Cilacap, khususnya antara PDRB dengan migas dan PDRB tanpa migas. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada aspek pertumbuhan ekonomi,
kontribusi sektoral dan pendapatan per kapita. Oleh karena itu strategi pembanguan
jangka panjang
Kabupaten Cilacap
harus selalu
mempertimbangkan struktur ekonomi Kabupaten Cilacap yang bersifat dualistik tersebut.
Dualisme ekonomi diperkuat dengan adanya kecenderungan sektoral dalam penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian merupakan sektor
yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Sektor lain juga banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan. Meskipun sektor-sektor
tersebut menyerap banyak tenaga kerja, sektor migas dan industri besar
RPJMD KABUPATEN CILACAP 2012-2017
IV-11
non-migas lah yang memiliki kontribusi paling besar dalam PDRB. Dualisme ini berakibat pada ketimpangan produktivitas antarsektor yang mencolok.
Produktivitas sektor industri pengolahan rata-rata sebesar Rp 295,94 juta per tahun. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada urutan kedua
dengan rata-rata Rp 85,08 juta tahun. Produktivitas sektor pertanian rata- rata hanya Rp12,93 juta per tahun.
Deskripsi mengenai struktur ekonomi Kabupaten Cilacap di atas memberikan gambaran persoalan mendasar Kabupaten Cilacap, yakni
ketimpangan antarsektor, khususnya antara sektor migas dengan non-migas dan sektor pertanian dengan sektor industri. Ketimpangan antarsektor
tersebut selanjutnya juga berdampak pada kesenjangan antar wilayah. Hal ini disebabkan karena sektor migas dan industri besar terkonsentrasi di
Kecamatan tertentu saja, sedangkan sektor pertanian relatif tersebar di semua kecamatan. Lebih jauh, keberadaan sektor migas lebih banyak
memberikan benefit kepada aktivitas di luar Kabupaten Cilacap. Pola kesenjangan di Kabupaten Cilacap juga tergambar pada perbedaan
pendapatan perkapita antar wilayah. Pendapatan perkapita di wilayah Barat dan Barat Laut cenderung lebih rendah dibanding pendapatan perkapita
wilayah Selatan dan Tenggara. Pola pertumbuhan yang tidak merata dan kecenderungan terjadinya kesenjangan antar wilayah di Kabupaten Cilacap
ini memberikan petunjuk adanya keharusan untuk merumuskan strategi dan kebijakan yang lebih mengarah pada terciptanya pemerataan antar wilayah,
khususnya antara wilayah Barat dan Barat Laut Kabupaten Cilacap dan wilayah Selatan dan Tenggara Kabupaten Cilacap.
Dari perspektif spasial, pola pertumbuhan dan kontribusi ekonomi mempunyai dua corak yang berbeda. Wilayah Cilacap Barat dan
Barat Laut adalah wilayah-wilayah yang terdiri dari kecamatan-kecamatan yang mempunyai kontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Cilacap tetapi
tingkat pertumbuhannya yang relatif lebih rendah, sedangkan wilayah Selatan dan Tenggara adalah wilayah-wilayah yang terdiri dari kecamatan-
kecamatan yang kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Cilacap lebih kecil tetapi tingkat pertumbuhannya yang relatif lebih tinggi. Wilayah Barat dan
Barat Laut tersebut memiliki pusat pertumbuhan di Kecamatan Majenang,
RPJMD KABUPATEN CILACAP 2012-2017
IV-12
sedangkan wilayah Tenggara dan Selatan di Kecamatan Cilacap Utara, Cilacap Tengah dan Cilacap Selatan.
Ketimpangan produktivitas antarsektor selain mengakibatkan kesenjangan antarwilayah juga berdampak pada kesenjangan pendapatan
penduduk. Ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat di kabupaten Cilacap cenderung meningkat dan hal ini merupakan masalah
pembangunan yang jangka panjang yang perlu diselesaikan. Meningkatnya kesenjangan pendapatan antar kelompok ini ditunjukkan oleh meningkatnya
Indeks Gini pada tahun 2011 Indeks gini sebesar 0,32. Kesenjangan pendapatan ini juga ditunjukkan oleh adanya perbedaan Upah Minimum
Kabupaten UMK antara wilayah Cilacap Kota, wilayah Cilacap Timur dan wilayah Cilacap Barat.
Berangkat dari
permasalahan pembangunan
yang telah
dijabarkan, strategi pembangunan dalam jangka panjang harus diarahkan pada formulasi kebijakan yang mendorong bertumbuh berkembangnya
sektor pertanian, sektor industri kecil dan menengah dan sektor non-migas lainnya dengan mempertimbangkan pendekatan spasial.
Kebijakan yang bersifat spasial tersebut sekaligus dimaksudkan untuk memperkuat strategi jangka panjang pembangunan Kabupaten Cilacap
sebagaimana tertuang dalam kebijakan RTRW Kabupaten Cilacap. Strategi ini dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan wilayah Barat dan Barat Laut
dengan pusat pertumbuhan di Kecamatan Majenang. Selain itu, untuk mengakselerasi terciptanya pemerataan pertumbuhan antar wilayah dan
sekaligus mendorong perkuatan efek penyebaran spread effect, perlu ditunjang dengan mengembangkan Kecamatan Sidareja sebagai wilayah
pertumbuhan selain Kecamatan Majenang dan Kecamatan Cilacap Utara, Tengah dan Selatan.
Strategi mempercepat pertumbuhan dengan pendekatan spasial tersebut dilakukan dengan mengembangkan sektor-sektor basis sebagai
modal dasar untuk mendorong tumbuhnya daya saing sekaligus motor penggerak pertumbuhan pada setiap kecamatan. Dengan demikian, ibukota
kecamatan, selain berperan sebagai pusat pelayanan kawasan sebagaimana yang tertuang dalam RTRW, juga berperan sebagai pusat aktivitas ekonomi
pendukung dan pendorong pusat-pusat pertumbuhan wilayah.
RPJMD KABUPATEN CILACAP 2012-2017
IV-13
Di samping mendorong bertumbuh kembangnya sektor pertanian, sektor industri kecil menengah dan sektor non-migas lainnya dengan
mempertimbangkan pendekatan
spasial, pembangunan
juga perlu
diprioritaskan pada pembangunan yang berbasih pada kekuatan sektor non- migas, khususnya sektor pertanian dan perdagangan yang terkait dengan
perkembangan sektor pertanian dalam arti luas. Hal ini penting dilakukan terutama untuk mengatasi perbedaan pola pertumbuhan dan pola aktivitas
ekonomi antarsektor yang muncul karena perbedaan produktivitas antar sektor, kontribusi antar sektor, serta perbedaan struktur ekonomi antara
migas dan non-migas.
2. Pendidikan dan Kebudayaan