Tahap Evaluasi Medik BAB 20.DISABILITAS DAN REHABILITASI

Penilaian dengan test ini berkenaan dengan waktu yang dihabiskan pasien untuk melakukan 2 kegiatan di atas. Sebagai patokannya adalah 350 detik.  Bila waktu yang dihabiskan 350 detik  dianggap kemungkinan pasien ini untuk mendapatkan perawatan jangka panjang dalam 1 tahun ke depan sangat kecil.  Bila waktu yang dibutuhkan 350 detik  menandakan pasien ini membutuhkan perawatan jangka panjang. Disabilitas dan Rehabilitasi Nancy Sujono, S. Ked 406071030 penguji memberikan aba-aba mulai, pasien membuka kunci sampai akhirnya pasien mengunci kembali kunci-kunci tersebut. 2. Simulasi kegiatan sehari-hari, baik dengan tangan yang dominan ataupun tidak dominan. Kegiatan yang dinilai adalah menulis kata yang pendek, membalikkan kartu, mengambil 2 klip kertas, uang logam berukuran kecil, tutup botol dan memasukkan ke dalam boks, juga memindahkan 4 buah kacang tanah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan sendok. Hitung waktu yang diperlukan pasien dalam melakukan semua kegiatan tersebut. Dalam mengukur kemampuan fungsional ini tim medis perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1. Kondisi fisik dan emosi pasien, misalnya pasien yang baru masuk rumah sakit maka kondisi fisik dan emosinya masih labil. 2. Adanya peraturan dari lingkungannya, misalnya pasien yang tinggal di panti yang mengharuskan pasien dimandikan. 3. Motivasi dari pasien sendiri. Status fungsional yang telah tim medis nilai dapat digunakan untuk menentukan rehabilitasi apa yang dibutuhkan, bagaimana pasien keadaan saat ini dan prognosis dari pasien itu sendiri. Jika pada pasien berusia muda, dimana yang lebih ditekankan adalah prognosis yang berkaitan dengan ad vitam kehidupan dan ad sanationam perjalanan penyakit maka pada pasien lanjut usia yang lebih ditekankan adalah pada ad functionam fungsi tubuh, yaitu apakah pasien lanjut usia ini dapat mempertahankan status fungsionam yang mandiri atau tidak.

2. Tahap Evaluasi Medik

Tahap selanjutnya setelah mendapatkan status fungsional pasien lanjut usia adalah melakukan evaluasi medik. Evaluasi medik yang dilakukan mencakup: 1. Memperhatikan segala pengobatan untuk menentukan pengobatan apa saja yang dapat memperbaiki status fungsional pasien lanjut usia. 2. Memperhatikan data-data medis pasien berkenaan dengan gangguan fungsi yang terjadi, lama dari gangguan fungsi tersebut dan mekanisme adaptasi dari pasien terhadap gangguan fungsi yang dialaminya. 3. Menentukan dampak dan efek samping dari pengobatan terhadap kondisi pasien. 4. Melakukan pemeriksaan kardiologi, muskuloskeletal dan saraf yang komprehensif untuk menindaklanjuti follow up terapi yang telah Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 155 Hasil dari test di atas dicatat dan diberikan angka sesuai dengan kriteria MMT menurut Lovet, Daniel dan Worthingham, yaitu 5  normal : mampu bergerak dengan luas, gerakan sendi penuh, melawan tahanan gravitasi dan melawan tahanan maksimal. 4  good : mampu bergerak dengan luas, gerakan sendi penuh, melawan tahanan gravitasi dan melawan tahanan sedang. 3  fair : mampu bergerak dengan luas, gerakan sendi penuh, melawan tahanan gravitasi tanpa adanya tahanan maksimal. 2  poor : mampu bergerak dengan luas, gerakan sendi penuh tanpa melawan gravitasi. 1  trace : tidak ada gerakan sendi namun kontraksi otot dapat dipalpasi. 0  zero : kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi. Disabilitas dan Rehabilitasi Nancy Sujono, S. Ked 406071030 dilakukan. Hal ini sebagai bahan evaluasi tim medis apakah terapi yang telah diberikan dapat diteruskan atau dihentikan karena dianggap terapi tersebut tidak bermanfaat bagi pasien lanjut usia. Secara komprehensif tahap evaluasi medik ini pasien lanjut usia akan mendapatkan beberapa tahap pemeriksaan, yaitu: 2.A. Pemeriksaan Fungsi Motorik. Pemeriksaan fungsi motorik meliputi pemeriksaan kekuatan otot, tonus otot, luas gerak sendi, pola jalan dan koordinasi. Dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pemeriksaan Kekuatan Otot Pemeriksaan kekuatan otot secara sederhana menggunakan metode manual muscle testing MMT. Dengan pemeriksaan ini maka diharapkan diketahui kekuatan mengkontraksikan otot secara volunter. Syarat dari pemeriksaan ini adalah pasien lanjut usia mampu mengkontraksikan ototnya secara aktif dan volunter. Prosedur atau langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut : a. Pasien lanjut usia di posisikan sedemikian rupa hingga otot mudah berkontraksi dan mudah bagi pemeriksa untuk mengobservasinya. b. Berikan contoh gerakan hingga pemeriksa yakin bahwa pasien mengerti apa yang harus dilakukan. c. Saat pasien mengkontraksikan ototnya, pemeriksa menstabilisasikan bagian proksimalnya. d. Gerakan otot diobservasi, dipalpasi dan jika memungkinkan berikan tahanan yang melawan gravitasi pada otot tersebut. Pemeriksaan ini harus disesuaikan dengan keadaan pasien. Penggunaan tahanan maksimal pada lanjut usia harus memperhatikan sistem kardiovaskular, pernafasan dan muskuloskeletal. Pemeriksa juga Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 156 Disabilitas dan Rehabilitasi Nancy Sujono, S. Ked 406071030 harus memperhatikan adanya hambatan pergerakan otot seperti adanya nyeri, kontaktur dan spasme.

2. Pemeriksaan Tonus Otot