Disabilitas dan Rehabilitasi Nancy Sujono, S. Ked 406071030
harus memperhatikan adanya hambatan pergerakan otot seperti adanya nyeri, kontaktur dan spasme.
2. Pemeriksaan Tonus Otot
Tonus otot adalah ketegangan minimal suatu otot dalam keadaan istirahat. Dapat diperiksa dengan 2 cara yaitu palpasi otot dan gerakan
pasif. Pada palpasi otot, selain melakukan palpasi pemeriksa rasakan juga apakah tonus otot dalam keadaan isotonus, hipotonus atau hipertonus.
Dan pada gerakan pasif, otot digerakkan berulang-ulang dengan tempo yang cepat, pada saat demikian pemeriksa rasakan apakah otot dalam
keadaan isotonus, hipotonus atau hipertonus.
3. Pemeriksaan Luas Gerak Sendi
Luas gerak sendi LGS merupakan luas gerak yang dapat dilakukan oleh persendian. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui pergerakan
sendi yang dapat dilakukan secara maksimum yang dibandingkan dengan persendian yang normal. Pemeriksa harus mempertimbangkan keadaan
Lanjut Usia yang dapat menghambat gerakan sendi seperti adanya nyeri, spasme atau perlengketan jaringan.
4. Pemeriksaan Postur Tubuh gambar 4-22
Pemeriksaan postur tubuh ini dilakukan dengan cara berdiri. Pada posisi tersebut, postur yang normal akan terlihat. Dari samping akan terlihat
dari mulai superior ke inferior adalah kepala, telinga, akromion, patella posterior dan maleolus lateralis dalam suatu garis lurus.
5. Pemeriksaan Pola Jalan gambar 4-23
Berjalan adalah aplikasi langsung dari fungsi-fungsi pergerakan otot dan sendi karena berjalan memerlukan koordinasi yang melibatkan otot,
persendian dan sistem neurologi. Keseimbangan, kekuatan dan fleksibitas diperlukan untuk mempertahankan postur berjalan yang baik.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
157
Disabilitas dan Rehabilitasi Nancy Sujono, S. Ked 406071030
Pada lanjut usia terdapat beberapa perubahan yang umum terjadi yaitu :
Rigiditas umum pada anggota gerak atas yang melebihi anggota
gerak bawah.
Gerak otomatis seperti ayunan tangan saat berjalan menurun.
Hilangnya kecepatan otot terutama otot pergerakan sendi panggul.
Langkah menjadi lebih pendek agar merasa lebih aman.
Penurunan perbandingan antara fase mengayun swing phase terhadap fase menumpu stance phase, dan juga terjadi fase
menumpuk pada kedua tungkai double support phase yang lebih lama.
Terdapat syarat yang seharusnya terpenuhi hingga pemeriksaan pola jalan dapat dilakukan dengan baik, yaitu:
Lanjut usia sebaiknya menggunakan celana pendek dan
tanpa alas kaki hingga tungkai dapat diobservasi dengan baik.
Observasi dilakukan dari berbagai arah, dari depan, belakang samping kiri dan kanan.
Saat berjalan, lanjut usia diusahakan berjalan dengan
spontan sesuai dengan kemampuannya. Setelah syarat-syarat tersebut di atas terpenuhi maka pemeriksa
melakukan pengamatan yang teliti terhadap pola gerak lanjut usia. Pemeriksa melakukan langkah-langkah di bawah ini:
Lanjut usia diminta berjalan dengan biasa. Selanjutnya
observasi dan catat adakah ayunan lengan, apakah irama dan kecepatan gerak berlangsung dengan baik, apakah saat menumpu dan
mengayun tungkai kanan dan kiri seimbang dan apakah terjadi perubahan ekspresi wajah pada lanjut usia.
Pada tahap selanjutnya pemeriksa lebih memfokuskan pada
fase menumpu dan fase mengayun accelerating, mid swing, deceleration.
Interpretasi dari pengamatan yang dilakukan pemeriksa adalah sebagai berikut:
Ekspresi wajah yang berubah seperti orang yang kesakitan
saat fase menumpu menunjukkan adanya nyeri pada persendian. Bila terjadi pada fase mengayun kemungkinan nyeri berasal dari otot atau
jaringan di sekitar persendian.
Berjalan secara perlahan kemungkinan akibat adanya pemendekan otot atau penurunan luas sendi.
Adanya peleburan bidang tumpu yang mungkin disebabkan
adanya gangguan keseimbangan.
Fase menumpu yang berlangsung cepat mungkin diakibatkan adanya nyeri pada persendian atau kerusakan pada
persendian.
Fase mengayun yang memendek kemungkinan disebabkan adanya penurunan kekuatan otot, keterbatasan luas gerak sendi serta
adanya nyeri pada otot.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
158
Disabilitas dan Rehabilitasi Nancy Sujono, S. Ked 406071030
2.B. Pemeriksaan Fungsi Sensorik
Terdapat 2 pengujian pada pemeriksaan fungsi sensorik pada pasien lanjut usia yaitu pemeriksaan sensasi protektif dan pemeriksaan sensasi
diskriminatif. 1. Pemeriksaan Sensasi Protektif
Dilakukan lebih dahulu karena sensasi protektif adalah sensasi yang melindungi tubuh dari keadaan bahaya. Sensasi protektif meliputi rasa
nyeri, merasakan suhu dan sentuhan ringan. Jika sensasi ini terganggu kemungkinan besar sensasi diskriminatif juga turut terganggu.
2. Pemeriksaan Sensasi Diskriminatif