Pemeriksaan Sensasi Diskriminatif Pemeriksaan Non Ekuilibrium

Disabilitas dan Rehabilitasi Nancy Sujono, S. Ked 406071030 2.B. Pemeriksaan Fungsi Sensorik Terdapat 2 pengujian pada pemeriksaan fungsi sensorik pada pasien lanjut usia yaitu pemeriksaan sensasi protektif dan pemeriksaan sensasi diskriminatif. 1. Pemeriksaan Sensasi Protektif Dilakukan lebih dahulu karena sensasi protektif adalah sensasi yang melindungi tubuh dari keadaan bahaya. Sensasi protektif meliputi rasa nyeri, merasakan suhu dan sentuhan ringan. Jika sensasi ini terganggu kemungkinan besar sensasi diskriminatif juga turut terganggu.

2. Pemeriksaan Sensasi Diskriminatif

Pemeriksaan ini memfokuskan apakah seorang lanjut usia masih dapat membedakan dua buah stimulus yang diberikan spontan. Lanjut usia diminta membedakan apakah stimulus nyeri tersebut berasal dari satu ujung jarum atau dua buah ujung jarum. 2.C. Pemeriksaan Fungsi Sensomotorik Terdapat 2 hal yang dapat dinilai dalam tahap pemeriksaan ini yaitu koordinasi dan keseimbangan pasien lanjut usia. Pemeriksaan meliputi 2 tahap yaitu tahap pemeriksaan non ekuilibrium dan pemeriksaan ekuilibrium.

1. Pemeriksaan Non Ekuilibrium

Pada pemeriksaan ini yang dinilai adalah koordinasi dari gerakan volunter pasien dan kesadaran mengenai letak tubuh dari pasien itu sendiri. Pemeriksaan meliputi beberapa tahapan yaitu:  Finger to nose testing. Lanjut usia diminta menyentuh ujung hidung dengan ujung jari telunjuk mula-mula dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.  Finger to finger test. Lanjut usia dan pemeriksa duduk berhadapan, Lanjut Usia diminta menyentuhkan ujung jari telunjuknya ke ujung jari telunjuk pemeriksa.  Jari ke jari pasien. Lanjut usia diminta menyentuhkan ujung jari telunjuk kirikanan ke ujung jari telunjuk kontralateral.  Menyentuh ujung jari telunjuk kirikanan bergantian, mula-mula ke hidung pasien kemudian ke ujung jari telunjuk kontralateral.  Gerak oposisi jari tangan. Lanjut usia menyentuhkan ujung ibu jari ke masing-masing ujung jari unilateral.  Lanjut usia diminta membuka dan menggerakkan jemarinya dengan cepat.  Pronasi dan supinasi. Lanjut usia diminta memutar kedua lengan bawahnya sehingga telapak tangan menghadap ke atas dan bawah secara bergantian dengan cepat.  Rebound test. Lanjut usia memfleksikan siku 90 o kemudian pemeriksaan memberikan tahanan pada lengan atas dan secara tiba- Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 159 Test-test di atas kemudian dinilai dengan kriteria sebagai berikut: Nilai 4  mampu melaksanakan aktivitas dengan lengkap. Nilai 3  mampu melakukan aktivitas dengan sedikit bantuan untuk mempertahankan keseimbangan. Nilai 2  mampu melakukan aktivitas dengan bantuan sedang sampai maksimal untuk mempertahankan keseimbangan. Nilai 1  tidak mampu melakukan aktivitas. Dari hasil pemeriksaan di atas, dinilai dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah: Nilai 5  kemampuan normal. Nilai 4  keterbatasan minimal, dapat menyelesaikan aktivitas dengan kecepatan dan kemampuan lebih lambat sedikit dibawah normal. Nilai 3  keterbatasan sedang, dapat menyelesaikan aktivitas, tetapi koordinasi tampak menurun dengan jelas, gerakan lambat, kaku dan tidak stabil. Nilai 2  keterbatasan berat, hanya dapat mengawali aktivitas, tetapi tidak Disabilitas dan Rehabilitasi Nancy Sujono, S. Ked 406071030 tiba melepaskan tahanan. Perhatikan apakah lanjut usia dapat menahan lengan atas saat menahan tahanan dari pemeriksa yang kemudian diikuti oleh menahan kestabilan dari lengan atas saat tahanan dari pemeriksa dihilangkan secara tiba-tiba.  Tepuk tangan. Lanjut usia diminta menepukkan telapak tangan ke meja tanpa mengangkat pergelangan tangan.  Tepuk kaki. Lanjut usia diminta mengetukkan telapak kaki ke lantai tanpa mengangkat tumit dari lantai.  Lanjut usia diminta menggerakkan tumit ke lutut kontralateral dan tumit ke jari-jari kaki kontralateral secara bergantian.

2. Pemeriksaan Ekuilibrium